Tampilkan postingan dengan label Farmakologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Farmakologi. Tampilkan semua postingan

06 November 2018

Fungsi, Macam, dan Efek Samping Antihistamin

Antihistamin

Alergi dan reaksi alergi umum terjadi. Sekitar sepertiga dari seluruh orang di dunia memiliki alergi tertentu baik yang disadari atau tidak. Namun, gejala-gejala reaksi alergi umumnya dapat dengan mudah dan efektif diobati dengan menggunakan kelompok obat yang disebut antihistamin.

Alergi dan histamin

Tubuh bisa menjadi sensitif terhadap hal-hal di sekitar, seperti makanan, tanaman, hewan, dan obat-obatan. Sesuatu yang menyebabkan reaksi alergi disebut sebagai alergen.

Ketika terkena/terpapar alergen. tubuh akan melepaskan bahan kimia tubuh yang disebut histamin. Histamin menyebabkan reaksi bersin, hidung meler, dan mungkin membuat mata dan kulit gatal dan membengkak.

Mengobati alergi dan reaksi alergi dengan antihistamin

Antihistamin adalah obat-obatan yang bekerja dengan cara menghalangi respons tubuh terhadap histamin. Antihistamin menurunkan tingkat keparahan reaksi dan meringankan gejala alergi.

Antihistamin biasanya digunakan untuk perawatan sejumlah kondisi yang berkaitan dengan alergi dan hipersensitivitas seperti:
  • rinitis alergi (hay fever)
  • kaligata(urtikaria)
  • konjungtivitis alergi
  • eksim (dermatitis kontak)
  • asma
  • reaksi terhadap gigitan dan sengatan binatang.

Beberapa jenis antihistamin juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi yang tidak berhubungan dengan alergi, seperti mabuk, insomnia dan mulas atau gangguan pencernaan.

Antihistamin oral dapat digunakan untuk mengobati semua gejala reaksi alergi. Sedangkan antihistamin dalam sediaan lainnya digunakan sebagai obat tetes mata atau hidung, untuk mengobati gejala tertentu saja. Sebagian antihistamin oral mungkin memiliki efek mengantuk, tetapi sebagian lainnya tidak.

Antihistamin tidak digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang sangat parah seperti anafilaksis, karena cara kerjanya yang lambat.

Macam antihistamin

Macam antihistamin antara lain: brompheniramine, carbinoxamine, cetirizine, dexbrompheniramine, diphenhydramine, fexofenadine, hydroxyzine, loratadine, triprolidine, trimeprazine , chlorpheniramine, cyproheptadine, clemastine, promethazine, dexchlorpheniramine, levocetirizine, desloratadine.

Efek samping antihistamin

Sebagian orang mengalami efek samping dari antihistamin oral seperti:
  • kelelahan
  • kantuk
  • sakit kepala
  • mulut kering
  • sakit perut.
Efek samping ini biasanya tidak berlangsung lama.


Ketika menggunakan antihistamin harus berhati-hati saat mengoperasikan mesin, seperti mengendarai mobil. Bahkan antihistamin non-penenang dapat membuat sebagian orang mengantuk.

Hati-hati menggunakan antihistamin pada orang yang:
  • memiliki penyakit ginjal atau hati
  • adalah wanita yang sedang hamil atau menyusui
  • adalah seorang pria dengan pembesaran prostat.

Article Resources
  • https://www.healthdirect.gov.au/antihistamines

04 Juni 2018

Vaksin BCG

Vaksin BCG

Vaksin untuk tuberkulosis (TB) dikenal dengan BCG (bacille Calmette-Guérin).

Vaksin BCG mengandung bentuk lemah dari bakteri penyebab tuberkulosis. Karena bakteri ini sudah dilemahkan, bakteri ini tidak menyebabkan tuberkulosis pada orang sehat, sebaliknya akan membentuk kekebalan (imunitas) terhadap tuberkulosis.

Vaksin BCG bekerja paling efektif pada bayi dan anak-anak kecil. Selain itu, sangat efektif dalam mencegah bentuk tuberkulosis yang parah, termasuk meningitis tuberkulosis dengan perlindungan 70% lebih kuat.

Hanya dibutuhkan satu kali saja untuk vaksinasi BCG - vaksinasi ulang tidak dianjurkan.

Siapa yang butuh vaksin BCG?

Setiap bayi di Indonesia wajib divaksinasi BCG. Hal ini mengingat angka kejadian tuberkulosis di Indonesia yang masih tinggi. Vaksinasi BCG biasanya diberikan pada bayi sebelum berusia 3 bulan.

Apakah BCG dapat diberikan pada anak-anak dan dewasa?

Bergantung pada risiko tertular tuberkulosis, masih ada keuntungan dengan memberikan vaksinasi BCG kepada anak-anak yang sudah besar. Dokter yang akan memutuskan apakah seorang anak perlu divaksinasi BCG atau tidak.

Secara umum, BCG tidak diberikan kepada orang dewasa, tetapi dapat dipertimbangkan untuk pekerja di bidang kesehatan yang sering menangani banyaknya kasus tuberkulosis.

Siapa yang tidak boleh mendapatkan BCG?

BCG tidak boleh diberikan kepada siapapun yang:
  • pernah mengidap tuberkulosis (atau sedang dalam pengobatan tuberkulosis)
  • sedang hamil atau kemungkinan hamil
  • sedang menjalani pengobatan kanker atau kondisi parah lainnya yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
  • positif HIV
  • pernah memiliki hasil positif tes tuberkulin (tes kekebalan tuberkulosis).

Kapankah pemberian BCG ditunda?

Vaksinasi BCG harus ditunda pemberiannya jika:
  • anak yang baru lahir tidak sehat atau berat badannya kurang dari 2,5 kg
  • anak yang baru lahir dilahirkan oleh seorang ibu yang positif HIV dan hasil HIV anak belum diketahui
  • orang (anak-anak atau orang dewasa) yang mendapatkan vaksin hidup dalam 4 minggu terakhir
  • orang yang sedang sakit demam atau penyakit yang parah.

Saran-saran

Sebelum vaksinasi, orang dewasa dan anak-anak yang berumur lebih dari 6 bulan akan diberikan tes kulit tuberkulin (sering juga disebut tes Mantoux). Jika hasil tesnya ternyata positif, hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut telah memiliki kekebalan tubuh terhadap tuberkulosis. Jika demikian, vaksinasi BCG tidak dianjurkan karena tidak akan memberikan manfaat apa pun, bahkan ada kemungkinan efek samping yang lebih besar.

Vaksinasi BCG diberikan melalui injeksi sedikit vaksin ke dalam lapisan kulit pertama di lengan bagian atas.

Setelah vaksinasi BCG, biasanya daerah yang disuntik akan menjadi kemerahan dan/atau muncul benjolan kecil, diikuti dengan bisul kecil (luka terbuka) selama beberapa minggu kemudian. Bisul ini biasanya berukuran kurang dari satu sentimeter dan bisa bertahan mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan sebelum penyembuhan bekas luka yang datar dan kecil.

Petunjuk setelah vaksinasi

  • Area yang divaksin harus dijaga agar tetap bersih dan kering.
  • Hanya gunakan air yang bersih dan hangat untuk membersihkan daerah tersebut saat dibutuhkan.
  • Jangan menggunakan antiseptik (termasuk alkohol, rivanol, dan betadine), krim, atau salep.
  • Jangan menggunakan plester langsung di atas daerah yang divaksin. Jika harus diperban, perban haruslah kering dan perekat plester menempel di sepanjang dua sisi perban, sehingga udara masih dapat mengalir.

Efek samping vaksinasi BCG

Efek samping vaksinasi BCG jarang terjadi. Kalaupun terjadi, demam dan pembengkakan kelenjar di ketiak atau leher akan sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Reaksi yang paling sering terjadi (saat reaksi tersebut terjadi) adalah pembengkakan kelenjar getah bening (sekitar 1 dari 100 vaksinasi yang diberikan) dan abses di daerah yang disuntik (sekitar 2 hingga 3 dari 100).

Infeksi yang disebarkan (meluas) sangat jarang (maksimum 4 dari 1.000.000) dan lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti orang yang mendapatkan pengobatan untuk kanker atau kondisi lain, maupun orang yang terinfeksi HIV.

Efek samping yang jarang terjadi lainnya adalah osteitis (radang tulang), bekas luka keloid, dan reaksi alergi parah yang terjadi secara tiba-tiba.

Layanan vaksinasi

Di Indonesia, vaksinasi BCG pada umumnya diberikan oleh Puskesmas melalui Posyandu. Vaksinasi BCG ini bebas biaya.

04 April 2018

Suntikan Steroid (Dosis Rendah untuk Pengobatan)

Suntikan steroid

Suntikan steroid juga dikenal sebagai suntikan kortikosteroid atau kortison. Kortikosteroid adalah jenis obat anti-inflamasi yang secara luas digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi kesehatan. Pembahasan ini adalah tentang suntik steroid dosis rendah yang diberikan beberapa kali setahun.

Suntikan steroid digunakan untuk mengobati nyeri pada sendi dan jaringan lunak (otot, tendon, dan ligamen), termasuk nyeri yang disebabkan peradangan. Suntikan steroid juga digunakan untuk mengatasi beberapa masalah pada saraf.

Kegunaan suntikan steroid

Kondisi yang biasanya diobati dengan suntikan steroid, antara lain:
  • Bursitis - peradangan pada kantong pelumas di sekitar sendi
  • Sindrom carpal tunnel - kondisi yang menyebabkan mati rasa, geli, kelemahan, dan nyeri di tangan
  • Osteoarthritis - kondisi yang menyebabkan sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak
  • Rheumatoid arthritis - peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan kaku pada sendi (misalnya sendi kaki dan tangan)
  • Tennis elbow - rasa sakit yang muncul pada siku bagian luar
  • Trigger finger - rasa nyeri atau kaku ketika meluruskan atau menekuk jari. 

Suntikan steroid akan berfungsi sebagai pereda nyeri untuk beberapa bulan meskipun umumnya tidak menyembuhkan masalahnya. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa suntikan steroid dapat memperparah masalahnya.

Cara kerja suntikan steroid

Suntikan steroid adalah menyuntikkan obat anti-inflamasi yang kuat langsung ke area nyeri. Steroid mungkin butuh waktu hingga beberapa hari untuk bekerja, tetapi hasilnya akan membantu mengatasi nyeri untuk dua bulan atau bahkan lebih.

Suntikan steroid biasanya diberikan oleh dokter spesialis. Contoh obat steroid antara lain: hidrokortison, triamsinolon dan metilprednisolon.

Para ahli kesehatan menyarankan agar tidak melakukan suntik steroid tiga atau empat kali pada sendi dalam setahun, dan interval suntikan harus berjarak setidaknya enam minggu.

Yang dirasakan saat suntik steroid

Suntikan akan langsung masuk ke otot, sendi, atau jaringan lunak. Anestesi (bius) lokal dapat dikombinasikan dengan steroid sehingga area yang disuntik akan mati rasa. Suntikan pada sendi biasanya tidak terlalu menyakitkan jika jarum mudah masuk ruang sendi. Suntikan pada siku dan kaki biasanya lebih terasa sakit.

Suntikan steroid umumnya sangat aman.

Pasca suntik steroid

Anestesi lokal akan hilang dalam beberapa jam, dan area penyuntikan mungkin akan terasa nyeri selama satu sampai tiga hari. Kompres dingin dapat digunakan untuk meredakan rasa nyerinya, parasetamol adakalanya dibutuhkan. Dokter bisa saja meresepkan obat penghilang rasa sakit atau anti-inflamasi lainnya untuk dikonsumsi sementara menunggu efek obat steroid.

Jika area yang disuntik steroid adalah pada sendi yang menahan beban, maka sendi tersebut harus banyak diistirahatkan di hari pertama dan kedua, atau hindari pekerjaan-pekerjaan berat.

Kemungkinan efek samping suntikan steroid

Suntikan steroid telah digunakan secara luas selama puluhan tahun dan para ahli telah memahami manfaat dan risikonya. Di masa lalu, dosis suntikan steroid yang digunakan besar karena penyuntikan tidak langsung dilakukan di area yang bermasalah. Sedangkan saat ini dosis yang digunakan lebih rendah karena disuntikkan langsung ke area yang bermasalah, sehingga efek sampingnya sangat minim.

Umumnya, tidak ada efek samping yang terjadi pasca suntik steroid, namun ada juga sebagian kecil yang mengalami reaksi ringan, seperti:
  • Memar di lokasi penyuntikan. Memar akan hilang dengan sendirinya.
  • Pendarahan di lokasi penyuntikan. Tekan dengan kapas atau tisu untuk mengatasinya.
  • Suntikan di dekat kulit dapat meninggalkan area yang pucat. Ini akan memudar dan tidak menyakitkan.
  • Mungkin muncul spider veins atau pembuluh darah yang tampak di sekitar lokasi penyuntikan. Ini bersifat sementara.
  • Sejumlah kecil steroid mungkin akan diserap dari lokasi penyuntikan dan disebarkan ke seluruh tubuh. Ini bisa membuat wajah memerah, yang bisa bertahan selama satu atau dua hari.
  • Mungkin terjadi peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes. Kadar gula darah harus dimonitor selama beberapa hari pasca penyuntikan.

Efek samping serius suntikan steroid

Setiap tindakan medis selalu memiliki risiko, tapi efek samping suntik steroid yang serius sangat jarang terjadi.

Infeksi sendi

Infeksi sendi merupakan kondisi yang serius, tapi kurang umum terjadi setelah penyuntikan. Jika rasa sakit pada area yang disuntik makin parah (misalnya semakin nyeri atau panas) selama lebih dari 48 jam atau kurang, segera hubungi dokter.

Kerusakan tulang rawan dan tendon

Suntikan yang sering dapat menyebabkan kerusakan kartilago, terutama pada sendi yang menahan beban seperti sendi lutut. Suntikan jarang dilakukan pada tendon besar, seperti tendon Achilles. Hal ini karena steroid dapat melemahkan tendon dan meningkatkan risiko ruptur.

Kerusakan saraf

Ada risiko suntikan steroid masuk ke saraf dekat lokasi penyuntikan dan membuat saraf layu dan mati.

Efek pada seluruh tubuh

Tubuh akan menyerap steroid dari lokasi penyuntikan dan disebarkan ke seluruh tubuh. Obat steroid dapat menyebabkan masalah pada sistem kekebalan tubuh, tulang, otot, dan kulit, Namun, hal ini mungkin tidak akan terjadi pada suntikan steroid karena dosisnya yang rendah.

Article Resources
  • https://www.healthinfo.org.nz/index.htm?Steroid-injections_1.htm
  • https://www.nhs.uk/conditions/steroid-injections/
  • Beberapa sumber lainnya

24 Januari 2018

Asiklovir : Indikasi, Dosis, dan Efek Samping

Asiklovir

Asiklovir (aciclovir) adalah obat antivirus yang paling banyak diresepkan di dunia. Obat ini pertama kali diresepkan pada awal 80-an.

Asiklovir merupakan senyawa sintetis dengan struktur molekul yang serupa dengan nukleosida purin. Asiklovir telah dibuktikan mampu menghentikan pertumbuhan virus herpes simpleks (HSV), virus varicella zoster (VZV) (penyebab cacar air dan herpes zoster), virus Epstein-Barr (EBV) (penyebab demam kelenjar), dan Cytomegalovirus (CMV) pada tingkat yang lebih rendah.

Indikasi pengobatan dengan asiklovir

Asiklovir digunakan untuk pengobatan:
  • Herpes simpleks primer
  • Episode herpes genital berulang
  • Penekanan pada infeksi HSV
  • Infeksi herpes zoster di beberapa hari pertama.

Aturan dosis asiklovir

Herpes simpleks

  • Untuk kejangkitan awal pada orang dewasa dan anak di atas 2 tahun, asiklovir oral 200 mg atau 400 mg tiga kali sehari, diberikan sebanyak lima kali sehari selama 10 hari. Untuk anak usia di bawah 2 tahun, digunakan setengah dosis dewasa.
  • Untuk episode berulang, pengobatan harus dimulai sejak awal dan dilanjutkan selama 5 hari.
  • Jika terapi supresif jangka panjang diperlukan, 400 mg diberikan dua kali sehari.

Asiklovir juga tersedia dalam bentuk krim untuk bibir dan wajah, dan dalam bentuk salep mata untuk infeksi mata. Asiklovir harus digunakan di tahap awal infeksi berulang, yang seringkali berupa perasaan kesemutan atau geli. Kemudian dioleskan ke daerah yang terkena setiap empat jam selama 5 hari.

Varicella zoster

Asiklovir adalah obat penting untuk herpes zoster (herpes zoster), tetapi juga dapat digunakan untuk mengobati varicella (cacar air) pada orang dewasa, atau infeksi berat pada anak-anak.

Hasil terbaik pengobatan dimulai dalam 48 jam setelah kemunculan ruam. Asiklovir oral 800 mg lima kali sehari selama 7 hari mempercepat laju penyembuhan lecet (lepuh). Pada infeksi zoster, asiklovir juga mengurangi keparahan dan durasi rasa sakit, dan dapat mencegah neuralgia pasca herpes.

Asiklovir yang diberikan secara intravena mencapai kadar dalam darah lebih tinggi dibandingkan dengan asiklovir oral. Yang dianjurkan untuk infeksi berat:
  • Pasien immunocompromised dengan cacar air, disebarkan herpes zoster atau herpes simpleks berat
  • Herpes zoster akut saat menyerang saraf trigeminal (dahi dan kelopak mata)
  • Eksim herpetikum berat
  • Infeksi herpes pada otak (ensefalitis)
  • Infeksi herpes pada bayi baru lahir.

Asiklovir intravena diberikan lebih dari 1 jam setiap 8 jam selama 7 hari dengan dosis 5 mg / kg untuk HSV dan 10 mg / kg untuk VZV.

Mekanisme kerja asiklovir

Agar efektif, asiklovir pertama-tama harus diubah menjadi asiklovir monofosfat oleh enzim yang hanya ditemukan pada virus, disebut timidin kinase (TK). Kemudian diubah menjadi bentuk triphosphate aktif oleh enzim manusia yang ditemukan di dalam sel.

CMV tidak menghasilkan timidin kinase sehingga aktivitas antivirus asiklovir pada infeksi CMV buruk.

Aciclovir triphosphate (AT) adalah bentuk aktif obat. Ini mengurangi produksi DNA virus dengan bersaing dengan senyawa alami, deoxyguanosine triphosphate, untuk enzim DNA polimerase virus. Penggabungan AT ke dalam DNA virus mencegah sintesis DNA baru.

DNA polimerase Virus mengikat 10-30 kali lebih kuat ke AT daripada DNA polimerase seluler. Ini berarti asiklovir tidak beracun.

Sayangnya, hanya sekitar 15-20% dosis asiklovir yang diserap melalui dinding usus, yang berarti harus sering dikonsumsi karena hanya aktif selama dua atau tiga jam dalam aliran darah.

Efek samping asiklovir

Efek samping jarang terjadi pada asiklovir, tapi meliputi: mual atau muntah, diare, sakit kepala, demam, linglung, limfadenopati, nyeri otot, dan kulit gatal.

Asiklovir harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan penyakit ginjal. Dosis harus dikurangi untuk mencegah akumulasi obat dan mengurangi risiko obat tersebut akan merusak ginjal atau sistem saraf. Asiklovir juga dapat menyebabkan tes fungsi hati abnormal, dan jarang, penurunan jumlah sel darah putih.

Catatan kehamilan lebih dari 1000 wanita yang menerima asiklovir sebelum atau selama kehamilan awal tidak menunjukkan peningkatan keguguran atau cacat lahir. Namun, seperti obat apapun, obat ini hanya boleh diberikan pada wanita hamil jika manfaatnya diyakini lebih besar daripada risikonya.

Agen antiviral lain digunakan pada infeksi herpes

Valaciclovir adalah prodrug asiklovir dan memiliki bioavailabilitas yang lebih baik. Ini juga bisa digunakan untuk mengobati HSV dan HZV. Ini digunakan untuk mencegah infeksi CMV setelah transplantasi organ. Dosis biasa adalah:
  • HZV: 1 g tiga kali sehari selama 7 hari
  • HSV: 500 mg dua kali sehari selama 5 hari
Famciclovir digunakan untuk HSV dan HZV. Dosis biasa adalah:
  • HZV: 500 mg tiga kali sehari selama 10 hari
  • HSV: 125-250 mg tiga kali sehari selama 5 hari
  • Penekanan jangka panjang: 250 mg dua kali sehari
  • HSV rekuren dari bibir: dosis tunggal 500 mg pada tanda-tanda awal terik
  • HSV genital rekuren: 100 mg dua kali sehari selama 1 hari pada tanda-tanda awal terik

List nama dagang asiklovir

Di bawah ini adalah beberapa nama dagang asiklovir yang beredar di Indonesia

AcifarAcifarAzovir
ClinovirClopesClovika
DanovirHeraxHerpiclof
LacyvirLicovirLovires
LovirtropMatrovirMecovir
MediclovirMolavirPalovir
PoviralSamclovirScanovir
TemiralViralisVircovir
VirethVirtazVirules
VisiraxVyrono 400Zorel
ZoterZovirax

Article Resources
  • https://www.dermnetnz.org/topics/aciclovir
  • http://pionas.pom.go.id/monografi/asiklovir

20 November 2017

Keracunan Antibiotik : Gejala, Pengobatan, dan Tips

Antibiotik
Keracunan atau overdosis antibiotik terjadi karena penggunaan dosis yang melebihi kebutuhan. Keracunan antibiotik lebih sering terjadi pada anak-anak. Hampir semua dosis obat yang diberikan untuk anak-anak dihitung berdasarkan perkilogram berat badan, bukan berdasarkan usia. Oleh karena itu, jika antibiotik dikonsumsi tanpa sepengetahuan dokter, termasuk juga pada orang dewasa, dan orang tersebut tidak memiliki pengetahuan, maka konsekuensi negatif seperti keracunan dapat terjadi.

Gejala keracunan antibiotik

Masing-masing jenis antibiotik bila dikonsumsi dalam dosis tinggi akan memberikan efek toksik (racun-negatif-merugikan) pada organ yang berbeda pula. Karena itu, ketika terjadi keracunan antibiotik, maka gejala yang muncul akan berdasarkan jenis antibiotik apa yang dikonsumsi.

Namun ada gejala-gejala keracunan antibiotik secara umum, diantaranya:

Pengobatan keracunan antibiotik

Keracunan antibiotik cukup jarang membahayakan jiwa dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Namun yang perlu diwaspadai adalah gangguan pencernaan dan kemungkinan diarenya. Dalam kasus diare, penderita harus minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Sedangkan kasus syok anafilaktik yang terjadi akibat mengonsumsi antibiotik, adalah karena reaksi alergi tubuh seseorang terhadap suatu jenis antibiotik, bukan karena dosis yang tinggi. Meskipun dosis tinggi antibiotik akan memperparah reaksi alergi anafilaktik.

Tips menggunakan antibiotik

Antibiotik adalah obat antibakteri, jadi tidak dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus atau jamur. Infeksi saluran pernapasan yang umum terjadi, seperti influenza, disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Antibiotik tidak boleh diresepkan untuk infeksi akibat virus, karena tidak akan efektif, kecuali jika dokter memiliki pertimbangan lain, seperti untuk mengatasi komplikasi infeksi bakteri yang terjadi akibat infeksi oleh virus.

Dibawah ini adalah tips menggunakan antibiotik dengan benar:
  • Jangan mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter, dan jangan mengonsumsi antibiotik yang diresepkan untuk orang lain meskipun penyakit terlihat sama.
  • Antibiotik harus digunakan sesuai petunjuk dokter atau apoteker, takar atau ambil dosisnya dengan benar dan tepat waktu konsumsi.
  • Jika terjadi diare, minumlah banyak cairan.
  • Semua obat memiliki efek samping, termasuk antibiotik. Jika terjadi gejala lain yang membuat tidak nyaman, sebaiknya hubungi dokter.

Antibiotik harus dikonsumsi selama yang diperintahkan dokter, meskipun kondisi tubuh tampak sudah sehat. Lamanya waktu pengobatan dengan antibiotik yang disarankan dokter adalah agar konsentrasi antibiotik di aliran darah dapat dipertahankan dalam waktu tertentu untuk membunuh bakteri penyebab penyakit. Jika konsumsi antibiotik dihentikan lebih cepat dari yang diperintahkan dokter, maka bakteri akan kembali bangkit dan semakin kuat.

Article Resources
  • What to do if you are poisoned (overdose) with antibiotics. http://en.intoxication-stop.com/peredozirovka-antibiotikami-simptomy_html_default.htm
  • Antibiotics: Overdose vs Misuse. https://www.poison.org/articles/2012-oct/antibiotics-overdose-vs-misuse
  • The Danger of Antibiotic Overuse. http://kidshealth.org/en/parents/antibiotic-overuse.html

06 Oktober 2015

Fungsi dan Efek Samping Amoksisilin

Amoksisilin

Apa itu amoksisilin?

Amoksisilin atau Amoxicillin adalah antibiotik golongan penisilin untuk melawan bakteri.

Amoksisilin digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti tonsilitis, bronkitis, pneumonia, gonore, dan infeksi telinga, hidung, tenggorokan, kulit atau saluran kemih.

Ada sangat banyak merek dagang dan bentuk amoksisilin di pasaran.

Hal-hal penting tentang amoksisilin

Jangan gunakan obat ini jika Anda alergi terhadap amoksisilin atau terhadap antibiotik golongan penisilin lainnya, seperti ampisilin, diklosasilin, oksasilin, penisilin, dan lain-lain.

Sebelum dokter meresepkan amoksisilin atau sebelum Anda menggunakan amoksisilin, pastikan dokter sudah mengetahui jika Anda ada alergi terhadap antibiotik lain, seperti sefalosporin dan lain-lain. Juga beritahu dokter jika Anda memiliki asma, penyakit hati atau ginjal, gangguan perdarahan atau pembekuan darah, mononukleosis, atau jenis alergi lainnya.

Perlu Anda ketahui bahwa amoksisilin dapat mengurangi efek pil KB dan amoksisilin bukan obat untuk untuk mengobati infeksi akibat virus. Jangan mengonsumsi obat ini tanpa sepengetahuan dokter meskipun gejala Anda mirip dengan gejala orang lain.

Antibiotik dapat menyebabkan diare, yang bisa jadi merupakan pertanda kehadiran infeksi baru. Jika selama menggunakan amoksisilin Anda mengalami diare atau mengalami perdarahan, hentikan minum amoksisilin dan segera hubungi dokter. Jangan menggunakan obat anti diare kecuali jika dokter memang menyarankannya.

Sebelum menggunakan amoksisilin

Tidak boleh menggunakan amoksisilin jika Anda alergi pada setiap jenis antibiotik golongan penisilin, seperti ampisilin, diklosasilin, oksasilin, penisilin, atau tikarsilin.

Guna memastikan amoksisilin aman Anda gunakan, beritahukan dokter jika Anda memiliki:
  • Asma
  • Penyakit hati atau ginjal
  • Mononukleosis
  • Sering diare ketika menggunakan antibiotik
  • Alergi makanan atau alergi obat
  • Gonore atau kencing nanah.

Amoksisilin dapat menurunkan efek pil KB dan amoksisilin dapat masuk ke dalam ASI dan dapat membahayakan bayi yang meminumnya.

Menggunakan amoksisilin

Gunakan amoksisilin sesuai perintah dokter. Taati semua keterangan pada label resep. Jangan pernah menambah atau mengurangi dosisnya dan juga jangan pernah memperpendek atau memperpanjang periode penggunaannya. Gunakan obat ini setiap hari di waktu dan jam yang sama.

Beberapa bentuk amoksisilin dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makan terlebih dahulu. Periksa labelnya apakah harus digunakan setelah makan atau tidak.

Jika amoksisilin berbentuk cairan atau sirup, kocok terlebih dahulu sebelum menggunakannya. Tablet amoksisilin kunyah harus dikunyah sebelum ditelan.

Gunakan amoksisilin untuk waktu yang diperintahkan dokter, jangan dikurangi atau ditambah-tambah. Perlu Anda ketahui bahwa gejala penyakit Anda mungkin saja akan meningkat sebelum akhirnya infeksi benar-benar diatasi oleh amoksisilin. Tidak menaati jadwal menggunakan amoksisilin atau melewatkannya dapat membuat bakteri menjadi resisten dan infeksi meningkat. Amoksisilin tidak berfungsi untuk infeksi yang disebabkan oleh virus seperti flu.

Amoksisilin dapat menyebabkan perubahan hasil pada beberapa pemeriksaan medis tertentu. Jadi beritahu dokter jika Anda sebelumnya mengonsumsi amoksisilin.

Simpan amoksisilin pada suhu kamar, terhindar dari kelembaban, panas dan cahaya.

Diperbolehkan untuk menyimpan amoksisilin cair di dalam kulkas, tapi tidak boleh sampai beku. Setelah bubuk amoksisilin dicampur dengan air (amoksisilin sirup), obat ini hanya baik digunakan maksimal 14 hari.

Jika lupa minum amoksisilin

Jika Anda lupa mengonsumsi amoksisilin, segera minum ketika Anda ingat. Namun jika waktunya sudah mendekati untuk dosis berikutnya, lewatkan saja.

Jika overdosis

Gejala overdosis amoksisilin antara lain bingung, perubahan perilaku, ruam kulit yang parah, buang air kecil lebih sedikit dari biasanya, dan kejang.

Yang harus dihindari selama mengonsumsi amoksisilin

Antibiotik dapat menyebabkan diare, yang bisa jadi merupakan gejala dari adanya infeksi baru. Jika mengalami diare dan berdarah, hentikan menggunakan amoksisilin dan segera hubungi dokter. Jangan konsumsi obat anti diare kecuali jika dokter memang menyarankannya.

Efek samping amoksisilin

Segera pergi ke gawat darurat rumah sakit jika mengalami gejala reaksi alergi berikut:
  • Gatal-gatal
  • Sukar bernapas
  • Bengkak pada wajah, bibir, lidah atau tenggorokan.

Dan beritahu dokter jika Anda mengalami:
  • Diare biasa atau berdarah
  • Demam, gusi bengkak, sariawan, nyeri menelan, batuk atau kesukaran bernapas
  • Nyeri sendi yang tidak biasa
  • Muncul ruam atau gatal-gatal
  • Kulit memucat atau kuning, mata kuning, urin berwarna gelap
  • Linglung
  • Kesemutan, mati rasa, otot mengalami kelemahan
  • Mudah memar, dan perdarahan yang tidak biasa (dari hidung, mulut, kelamin atau dari rektum/anus)
  • Muncul ruam kulit yang berwarna ungu atau merah, gatal-gatal, kulit mengelupas atau reaksi kulit lainnya yang tidak biasa
  • Pembengkakan pada kelenjar, pada wajah atau lidah, dan rasa terbakar pada mata.

Efek samping amoksisilin yang umum antara lain:
  • Sakit perut, mual, muntah dan diare
  • Gatal-gatal atau keputihan
  • Sakit kepala
  • Lidah terasa aneh.

Interaksi amoksisilin dengan obat lain

Obat lain dapat berinteraksi dengan amoksisilin, termasuk obat warung, obat resep lain, dan juga obat herbal. Interaksi ini tidak hanya dapat meningkatkan atau menurunkan efektivitas amoksisilin, tapi dalam juga dapat membahayakan penggunanya. Jangan pernah mengonsumsi obat lain selama mengonsumsi amoksisilin tanpa sepengetahuan dokter.


21 September 2015

Ketahui Bahaya Antibiotik Pada Anak-anak

Anak-anak dan antibiotik
Jaman sekarang, anak-anak cenderung mudah dan cepat terserang infeksi. Tidak peduli apakah infeksi itu disebabkan oleh bakteri atau virus, langkah terbaik adalah segera membawanya ke dokter dan tidak mencoba-coba merawatnya sendiri di rumah. Umumnya orangtua berpendapat bahwa anak yang sakit akan lebih cepat sembuh apabila diberikan antibiotik. Pendapat ini ada benarnya. Namun dalam kenyataannya, antibiotik sebenarnya hanya berfungsi untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri, tidak pada virus. Dan satu hal lainnya yang perlu Anda ketahui adalah jika antibiotik tidak diberikan dengan benar, maka akan berbahaya bagi anak atau bayi Anda.

Sebagian orangtua saat ini juga bahkan merasa khawatir apabila dokter tidak meresepkan antibiotik untuk anak mereka yang sakit. Seharusnya orangtua memahami bahwa pada antibiotik terdapat bahaya bagi anak jika tidak diberikan dengan benar. Pun apabila diberikan dengan benar, antibiotik memiliki efek tertentu yang juga dapat mempengaruhi kesehatan si anak. Efek antibiotik bagi kesehatan anak akan tergantung dari usia, berat badan, kondisi kesehatan umum si anak, dan jenis antibiotik yang diberikan.

Dokter tidak meresepkan antibiotik karena mereka mengetahui apa yang mungkin Anda tidak ketahui. Yang perlu Anda lakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter mengapa mereka tidak meresepkan antibiotik. Juga, apabila anak Anda sudah diresepkan antibiotik oleh dokter, maka Anda harus mentaati instruksi cara penggunaan serta dosisnya. Ini demi menghindari efek buruk bagi kesehatannya. Ingat, berlebihan dan salah menggunakan antibiotik akan berbahaya bagi anak Anda.

Mari kita bahas mengenai beberapa efek bahaya antibiotik bagi kesehatan anak-anak.

Overdosis

Jika dokter sudah meresepkan antibiotik, hati-hati menakarnya dan jangan penah melebihi dosis yang dianjurkannya. Saat ini sudah banyak paket antibiotik untuk anak-anak yang sudah dilengkapi dengan pengukur dosisnya. Pengukur dosis semacam ini akan lebih akurat daripada menggunakan sendok. Ingat, overdosis dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada anak-anak.

Resistensi obat

Masing-masing antibiotik memiliki jangka waktu pengobatan masing-masing. Selalu patuhi anjuran yang diberikan dokter. Jika dokter mengatakan antibiotiknya harus diminum selama 5 hari, maka tuntaskan pemberiannya sampai 5 hari meskipun anak tampak sudah sehat. Tidak tuntas meminum antibiotik akan menyebabkan bakteri menjadi resisten (kebal), sehingga apabila si anak sakit kembali maka antibiotik yang sebelumnya ia minum tidak lagi mempan dan si anak akan butuh antibiotik yang lebih kuat.

Bakteri baik juga ikut mati

Antibiotik memang dibuat atau dimaksudkan untuk membunuh bakteri yang berbahaya, tapi ketahuilah bahwa antibiotik juga dapat membunuh bakteri baik di dalam usus. Bakteri baik di dalam usus tentulah sangat penting untuk kesehatan fungsi tubuh. Ini termasuk salah satu bahaya antibiotik yang paling umum pada anak-anak.

Diare

Diare merupakan efek samping yang umum terjadi pada anak-anak yang mengonsumsi antibiotik. Matinya bakteri baik di dalam usus menjadi penyebab masalah ini. Untuk mengatasi hal ini biasanya dokter juga meresepkan suplemen vitamin bersama dengan antibiotik, hal ini dapat mencegah diare terjadi atau setidaknya dapat meringankannya.

Alergi

Sebagian anak mengalami reaksi alergi terhadap antibiotik, salah satunya antibiotik dari golongan penisilin. Setiap kali anak Anda dibawa berobat ke dokter, beritahukan dokter mengenai antibiotik apa saja yang dapat menyebabkan anak Anda alergi, termasuk juga obat lain non-antibiotik. Reaksi alergi akibat antibiotik dapat bersifat ringan hingga mengancam jiwa.

Radang usus

Ketika antibiotik terlalu sering dikonsumsi, maka akan menyebabkan peradangan pada usus. Inilah yang menjadi penyebab utama sakit perut pada anak-anak. Nahasnya, ada saja orangtua yang malah memberikan antibiotik untuk mengobati sakit perut mereka itu, padahal sakit perut mereka itu disebabkan oleh antibiotik itu sendiri.

Banyak pula orang yang memberikan suatu antibiotik pada anak lain karena mengira penyakit yang dideritanya sama. Perilaku tanpa sepengetahuan dokter ini sangatlah berbahaya. Ketahuilah bahwa bahaya antibiotik dapat lebih berat dari yang Anda pikirkan. Jangan sembarangan menggunakan antibiotik.

Jika sudah diresepkan antibiotik, pastikan Anda bertanya kepada dokter mengenai efek apa saja yang mungkin terjadi selama antibiotik tersebut dikonsumsi anak Anda. Dan sekali lagi, patuhi jadwal pemberian dan dosis antibiotik, dan minumlah antibiotik hingga tuntas meskipun anak Anda sudah terlihat sehat.

Akhirnya, sedapat mungkin hindarilah penggunaan antibiotik pada anak-anak kecuali pada kondisi-kondisi tertentu yang tentu saja dokter sudah memahami betul alasan untuk memberikan antibiotik pada seorang anak.

Image Credit
  • thestir.cafemom.com