14 September 2014

Gejala dan Pengobatan Alergi Obat

Obat-obatan
Reaksi alergi obat muncul ketika sistem kekebalan tubuh diaktifkan dalam merespon obat. Alergi obat bisa terjadi dari obat yang diminum, disuntikkan, atau dioleskan pada kulit. Gejala reaksi alergi obat bervariasi mulai dari ruam kulit ringan, hingga pembengkakan dan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba yang dapat mengancam nyawa seseorang.

Umumnya, orang yang alergi obat biasanya sudah pernah terpapar obat tersebut atau obat sejenisnya. Ketika pertama kali terjadi paparan, sel-sel imun (sel-sel kekebalan tubuh) membentuk antibodi untuk melawan obat tersebut. Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem imun untuk melawan penyerbu asing seperti bakteri dan virus. Ketika orang itu terpapar lagi dengan obat tersebut, maka antibodi akan bereaksi, dan memunculkan respon alergi. Gejala alergi obat dapat terjadi segera setelah minum obat atau dapat terjadi satu minggu kemudian.

Penyebab seseorang alergi terhadap jenis obat-obatan tertentu hingga kini masih belum diketahui, namun faktor genetik atau keturunan diyakini berperan penting.

Alergi obat dapat menimbulkan keadaan yang serius, bukan hanya karena gejala yang ditimbulkannya, tapi juga karena akan menghambat atau mencegah fungsi obat tersebut untuk mengobati penyakit atau kondisi medis tertentu.

Umumnya, alergi obat tidak terdeteksi hingga seseorang itu terpapar obat tersebut, lalu kemudian muncul reaksi alergi.

Banyak orang yang sensitif terhadap obat-obatan, namun tidak semua sifat sensitivitas ini adalah alergi obat sejati. Sebagian reaksi negatif dari obat hanyalah merupakan efek samping bagi mereka yang sensitif, sedangkan bagi mereka yang tidak sensitif, efek samping ini mungkin tidak terjadi. Di antara efek samping obat yang paling umum adalah sakit perut, diare, muntah, demam dan kulit yang sensitif terhadap cahaya matahari (photosensitivity). Alergi obat berbeda dengan sensitif terhadap obat. Keadaan sensitif pada obat tidak melibatkan sistem imun tubuh, dan kadangkala efek samping akan hilang ketika dosisnya diturunkan. Sedangkan yang dikatakan alergi obat adalah jika reaksi alerginya melibatkan sistem imun tubuh.

Gejala alergi obat

Gejala alergi obat bervariasi tergantung dari bentuk mekanisme imun tubuh yang terlibat. Reaksi yang paling sering terjadi adalah ruam kulit. Jika sebelumnya seseorang pernah terpapar obat yang menyebabkannya alergi, maka ruam mungkin akan timbul lebih cepat, bisa dalam satu atau dua hari sejak minum obat. Reaksi juga dapat 'tertunda' atau belum terjadi hingga 8 sampai 10 hari setelah meminum obat. Reaksi obat juga mungkin baru terjadi setelah satu minggu sejak seseorang berhenti dari meminum obat, biasanya ini terkait dengan penggunaan antibiotik.

Gejala alergi yang muncul hanya beberapa saat setelah mengonsumsi obat (gejala akut) biasanya memunculkan ruam kulit dan gatal-gatal (mirip kaligata). Namun pada kasus yang lebih berat, gejala lain yang mungkin timbul adalah hidung tersumbat, denyut nadi cepat, tekanan darah turun, sesak napas, wajah bengkak, dan sakit kepala. Jenis reaksi alergi yang satu ini disebut dengan anafilaksis, yang merupakan jenis reaksi alergi yang paling serius. Jika tidak segera ditangani, dapat menyebabkan kematian bahkan dalam hitungan menit.

Jenis reaksi alergi yang kurang umum disebut dengan serum sickness. Serum sickness dapat terjadi setelah satu hingga tujuh hari setelah mulai mengonsumsi obat, juga dapat terjadi meskipun sebelumnya belum pernah menggunakan obat tersebut. Gejala serum sickness antara lain, ruam kulit, gatal-gatal, demam dan nyeri sendi. Pada kasus yang cukup jarang terjadi, reaksi alergi juga dapat menyebabkan pemecahan sel darah merah yang disebut dengan anemia hemolitik.

Jika seseorang alergi pada salah satu jenis obat, menggunakan obat jenis lain namun dengan struktur kimia yang mirip juga berisiko memicu alergi. Sebagai contoh, jika seseorang diketahui alergi pada antibiotik penisilin, maka ia juga harus menghindari penggunaan antibiotik sefalosforin seperti cephalexin.

Diagnosis alergi obat

Selain pemeriksaan fisik dan mempelajari riwayat kesehatan pasien, terutama riwayat alergi, biasanya juga akan dilakukan tes kulit. Contoh, tes kulit dengan penisilin yang sering dilakukan sebelum dokter memberikan resep penisilin, sedikit penisilin akan disuntikkan dokter tepat di bawah kulit. Jika muncul reaksi alergi pada lokasi penyuntikan (dengan radius tertentu), maka orang tersebut alergi penisilin. Namun tes kulit ini tidak selalu dapat diandalkan karena tes ini hanya menggunakan bagian dari molekul penisilin.

Durasi alergi obat

Reaksi alergi obat biasanya sembuh dengan sendirinya dan paling lama hanya berlangsung selama beberapa hari setelah obat dihentikan. Namun pada beberapa kasus, reaksi alergi yang berat bisa saja terjadi. Pada kasus yang cukup jarang, reaksi alergi obat dapat menyebabkan kulit mengelupas/melepuh, kondisi ini disebut dengan toxic epidermal necrolysis (TEN). Pasien yang mengalami reaksi alergi ini membutuhkan perawatan yang sama dengan pasien luka bakar, dan mungkin kulit akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk sembuh sepenuhnya. Obat-obat yang memiliki keterkaitan dengan TEN antara lain, antibiotik berbasis sulfa, allopurinol, beberapa jenis obat kejang, dan ampisilin.

Mencegah alergi obat

Langkah terbaik untuk mencegah alergi obat adalah dengan menghindari obat-obatan yang menjadi pemicunya. Namun menentukan jenisnya merupakan hal yang sulit, karena pada kenyataannya pasien baru diketahui alergi obat setelah ia mengalaminya.

Jika saat ini Anda memiliki riwayat alergi pada makanan tertentu, serbuk sari, jenis sabun dan kosmetik tertentu, atau produk-produk umum lainnya, pastikan untuk memberitahukannya kepada dokter sebelum mereka meresepkan obat. Anda juga harus memberitahu dokter mengenai reaksi negatif jenis obat tertentu yang sebelumnya pernah Anda alami. Satu langkah baik bagi Anda, sebaiknya catat obat-obatan, jenis makanan dan produk tertentu yang memberikan efek negatif bagi Anda untuk diberitahukan kepada dokter. Terlebih lagi jika dokter tersebut belum pernah menangani Anda sebelumnya.

Perlu diingat bahwa, jika setelah meminum obat muncul reaksi negatif, hentikan penggunaan obat tersebut dan segeralah hubungi dokter. Dokter akan memastikan ini apakah alergi obat sejati atau hanya sensitivitas, solusinya dokter mungkin akan mengganti obat tersebut dengan obat lain.

Pengobatan alergi obat

Setelah gejala-gejala alergi obat muncul, pengobatannya akan berdasarkan tingkat keparahannya. Jika hanya terjadi ruam kulit, dan selebihnya kondisi Anda sehat secara umum, mungkin hanya butuh menghentikan penggunaan obat tersebut. Namun jika tidak, pengobatan akan dilakukan untuk menghilangkan gejalanya.

Antihistamin sangat disarankan untuk mengurangi gejala gatal-gatal dan gejala terkait histamin lainnya. Salep/krim kortikosteroid (seperti hydrocortisone dan lain-lain) dapat diresepkan dokter untuk mengatasi gejala alergi pada kulit. Sedangkan tablet kortikosteroid (seperti prednison) dapat juga digunakan untuk gejala yang lebih parah.

Anafilaksis, reaksi alergi yang paling serius, akan menyebabkan tekanan darah turun secara dramatis, mengi dan sesak napas. Pada kasus anafilaksis yang parah, pasien dapat kehilangan kesadaran, atau bahkan kematian. Perawatan anafilaksis adalah dengan cara menyuntikkan epinefrin (adrenalin) dan cairan yang diberikan secara intravena (infus).