Banyak yang salah paham dengan vitamin dan manfaatnya bagi kesehatan. Vitamin memang berperan penting dalam menjaga tubuh kita agar tetap sehat, namun mengonsumsinya dalam jumlah yang berlebihan malah akan membahayakan kesehatan.
Jalan terbaik untuk memperoleh vitamin bagi tubuh adalah melalui makanan sehat, yaitu makanan yang tidak melalui proses pengolahan dan bukan berbentuk suplemen.
Suplemen vitamin juga sering disalahgunakan dan dikonsumsi diluar sepengetahuan profesional kesehatan, hal ini sebenarnya berbahaya. Vitamin-vitamin juga seringkali difungsikan oleh masyarakat sebagai obat untuk mencegah dan mengatasi suatu penyakit seperti flu, atau mengatasi masalah psikologis seperti stres. Padahal faktanya vitamin bukanlah obat, apalagi obat ajaib.
Suplemen vitamin juga sering disalahgunakan dan dikonsumsi diluar sepengetahuan profesional kesehatan, hal ini sebenarnya berbahaya. Vitamin-vitamin juga seringkali difungsikan oleh masyarakat sebagai obat untuk mencegah dan mengatasi suatu penyakit seperti flu, atau mengatasi masalah psikologis seperti stres. Padahal faktanya vitamin bukanlah obat, apalagi obat ajaib.
Vitamin adalah senyawa organik yang berguna untuk proses metabolisme tubuh. Suplemen vitamin dosis tinggi tidak boleh dikonsumsi kecuali atas saran dokter.
Suplemen vitamin juga dapat mengakibatkan kondisi dosis besar hanya pada satu jenis vitamin (tunggal). Padahal vitamin yang dikonsumsi dari makanan tidaklah berdiri sendiri, vitamin-vitamin ini juga memiliki 'keluarga' lainnya untuk memuluskan fungsinya di dalam tubuh. Kurang paham? Kita ambil satu contoh, misalnya provitamin A (beta-karoten). Provitamin A yang diperoleh dari makanan juga disertai dengan ratusan 'keluarga' karotenoid lainnya. Berbeda dengan suplemen provitamin A yang cenderung tunggal atau hanya disertai beberapa karotenoid lainnya.
Mengonsumsi vitamin dari suplemen bukan berarti akan memperbaiki tubuh kita secara instan. Vitamin yang kita perlukan tidak hanya vitamin tunggal, tapi vitamin yang terdiri dari berbagai macam senyawa (yang sebagian besar belum diketahui) yang biasanya terdapat dalam makan nabati. Inilah salah satu alasan mengapa vitamin yang diperoleh dari makanan alami tidak bisa disetarakan dengan vitamin yang diperoleh dari suplemen.
Vitamin A, D, E, dan K adalah vitamin yang larut dalam lemak, artinya vitamin-vitamin ini dapat tersimpan di dalam tubuh. Mengonsumsi vitamin-vitamin ini dalam dosis tinggi, terutama vitamin A dalam jangka panjang malah akan membahayakan tubuh.
Sebagian vitamin larut air juga dapat menyebabkan efek samping bila dikonsumsi dalam dosis tinggi. Seperti vitamin B6 yang dikaitkan dengan risiko kerusakan saraf apabila dikonsumsi dalam jumlah besar.
Bagi orang dewasa umumnya, jika memang harus menggunakan suplemen, maka harus dikonsumsi dengan kadar dekat dengan asupan diet yang direkomendasikan (RDI). Suplemen vitamin dosis tinggi tidak boleh dikonsumsi kecuali atas saran dokter.
Tubuh yang kekurangan vitamin baru akan menunjukkan gejalanya setelah beberapa minggu atau bulan. Misalnya, penyakit scurvy baru akan muncul jika dalam beberapa minggu atau bulan sebelumnya terus-terusan kekurangan vitamin C.
Vitamin saja bukanlah solusi
Kecukupan dan keseimbangan kadar nutrisi sangatlah penting demi kelancaran proses metabolisme tubuh kita yang kompleks. Ketika seseorang mengonsumsi vitamin dari suplemen, tanpa disadari mereka telah memperkenalkan tubuh mereka dengan dosis vitamin yang tinggi yang tidak pernah dicapai dari mengonsumsi makanan, termasuk makanan yang kaya vitamin sekalipun.Suplemen vitamin juga dapat mengakibatkan kondisi dosis besar hanya pada satu jenis vitamin (tunggal). Padahal vitamin yang dikonsumsi dari makanan tidaklah berdiri sendiri, vitamin-vitamin ini juga memiliki 'keluarga' lainnya untuk memuluskan fungsinya di dalam tubuh. Kurang paham? Kita ambil satu contoh, misalnya provitamin A (beta-karoten). Provitamin A yang diperoleh dari makanan juga disertai dengan ratusan 'keluarga' karotenoid lainnya. Berbeda dengan suplemen provitamin A yang cenderung tunggal atau hanya disertai beberapa karotenoid lainnya.
Mengonsumsi vitamin dari suplemen bukan berarti akan memperbaiki tubuh kita secara instan. Vitamin yang kita perlukan tidak hanya vitamin tunggal, tapi vitamin yang terdiri dari berbagai macam senyawa (yang sebagian besar belum diketahui) yang biasanya terdapat dalam makan nabati. Inilah salah satu alasan mengapa vitamin yang diperoleh dari makanan alami tidak bisa disetarakan dengan vitamin yang diperoleh dari suplemen.
Intake makanan yang direkomendasikan
Masih ada saja orang yang beranggapan bahwa karena vitamin dalam jumlah kecil saja sudah bermanfaat bagi tubuh, apalagi bila dikonsumsi dalam jumlah yang besar. Padahal pendapat ini sepenuhnya tidak benar.Vitamin A, D, E, dan K adalah vitamin yang larut dalam lemak, artinya vitamin-vitamin ini dapat tersimpan di dalam tubuh. Mengonsumsi vitamin-vitamin ini dalam dosis tinggi, terutama vitamin A dalam jangka panjang malah akan membahayakan tubuh.
Sebagian vitamin larut air juga dapat menyebabkan efek samping bila dikonsumsi dalam dosis tinggi. Seperti vitamin B6 yang dikaitkan dengan risiko kerusakan saraf apabila dikonsumsi dalam jumlah besar.
Bagi orang dewasa umumnya, jika memang harus menggunakan suplemen, maka harus dikonsumsi dengan kadar dekat dengan asupan diet yang direkomendasikan (RDI). Suplemen vitamin dosis tinggi tidak boleh dikonsumsi kecuali atas saran dokter.
Kekurangan vitamin
Vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak dapat tersimpan (terkunci) dalam waktu yang lama di dalam hati dan lemak tubuh. Sedangkan vitamin B Kompleks dan vitamin C yang larut dalam air, hanya tersimpan sebagian di dalam tubuh dalam waktu yang singkat.Tubuh yang kekurangan vitamin baru akan menunjukkan gejalanya setelah beberapa minggu atau bulan. Misalnya, penyakit scurvy baru akan muncul jika dalam beberapa minggu atau bulan sebelumnya terus-terusan kekurangan vitamin C.
Sesekali tidak mengonsumsi vitamin tidak akan merusak kesehatan Anda, namun tetap saja Anda sebaiknya mengonsumsi berbagai macam makanan sehat secara rutin.
Suplemen asam folat sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang merencanakan kehamilan, hal ini untuk mengurangi risiko bayi lahir cacat tabung saraf, seperti spina bifida. Juga pada orang yang diet vegan, terlebih lagi saat hamil, mereka akan mendapatkan manfaat dari suplemen vitamin B12.
Jika Anda masuk kategori yang membutuhkan suplemen vitamin, maka yang terbaik dikonsumsi adalah multivitamin yang kadar gizinya dianjurkan, bukan suplemen gizi tunggal atau multivitamin dosis tinggi.
Ada pula risiko yang harus Anda hadapi ketika mengonsumsi vitamin C dalam jumlah yang besar. Dosis tinggi vitamin C dapat menyebabkan mual, kram perut, sakit kepala, kelelahan, batu ginjal dan diare. Juga dapat mengganggu kemampuan tubuh dalam memproses (metabolisme) nutrisi lainnya, seperti menyebabkan tubuh menyerap zat besi terlalu banyak.
Dosis tinggi vitamin C dalam tubuh juga dapat mengganggu pemeriksaan medis, seperti tes diabetes, karena dapat memberikan hasil palsu.
Orang dewasa rata-rata hanya membutuhkan sekitar 45 mg vitamin C setiap harinya, sedangkan suplemen-suplemen vitamin C yang sering diiklankan di TV rata-rata memiliki kadar 500 mg per-tabletnya.
Perasaan selalu merasa tertekan tidak secara otomatis disebabkan kekurangan vitamin, sehingga bila pun sudah mengonsumsi vitamin stres tidak kunjung hilang. Penyakit mental yang lebih serius seperti skizofrenia dan gangguan bipolar, tidak bisa disebabkan ataupun dicegah oleh vitamin, meskipun diet sehat dan asupan gizi yang baik dapat membantu meringankan kondisi mereka.
Disebutkan pula bahwa antioksidan dosis tinggi dapat membantu efektivitas pengobatan konvensional pada kanker seperti kemoterapi dan radioterapi, namun lagi-lagi belum ada bukti meyakinkan yang mendukung kebenarannya. Bahkan, penelitian lainnya menunjukkan bahwa dosis tinggi antioksidan malah akan mengganggu pengobatan kanker karena antioksidan akan melindungi sel-sel kanker yang seharusnya dibunuh oleh terapi.
Hingga kini penelitian tentang vitamin masih terus dilakukan, semakin diteliti semakin banyak pula muncul fakta-fakta baru. Pendapat yang dulu dibenarkan bisa saja terpatahkan karena hasil dari penelitian terbaru, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini sudah menjadi bagian kehidupan agar manusia belajar, karena masih banyak rahasia-rahasia alam atau tubuh manusia yang belum terungkap secara ilmiah.
Suplemen juga terkadang dibutuhkan
Tidak dipungkiri, suplemen vitamin juga bermanfaat pada sebagian orang. Misalnya pada orang-orang yang sedang menjalankan diet jangka panjang untuk menurunkan berat badan atau pada orang yang mengalami gangguan malabsorpsi, seperti diare, penyakit celiac, cystic fibrosis atau pankreatitis, suplemen vitamin akan bermanfaat bagi mereka.Suplemen asam folat sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang merencanakan kehamilan, hal ini untuk mengurangi risiko bayi lahir cacat tabung saraf, seperti spina bifida. Juga pada orang yang diet vegan, terlebih lagi saat hamil, mereka akan mendapatkan manfaat dari suplemen vitamin B12.
Jika Anda masuk kategori yang membutuhkan suplemen vitamin, maka yang terbaik dikonsumsi adalah multivitamin yang kadar gizinya dianjurkan, bukan suplemen gizi tunggal atau multivitamin dosis tinggi.
Vitamin C dan flu
Banyak yang berpendapat bahwa vitamin C dapat mencegah flu. Meskipun sudah banyak riset di seluruh dunia, belum ada bukti kuat yang membenarkan hal ini. Namun, sebagian penelitian memang menunjukkan bahwa mengonsumsi vitamin C dosis tinggi (lebih dari 1.000 mg per hari) pada saat pertama kali seseorang terkena flu, dapat meringankan gejala dan durasinya. Rata-rata durasinya lebih pendek sekitar setengah hari. Tapi tetap saja belum ada bukti kuat yang menunjukkan vitamin C dapat mencegah Anda dari flu.Ada pula risiko yang harus Anda hadapi ketika mengonsumsi vitamin C dalam jumlah yang besar. Dosis tinggi vitamin C dapat menyebabkan mual, kram perut, sakit kepala, kelelahan, batu ginjal dan diare. Juga dapat mengganggu kemampuan tubuh dalam memproses (metabolisme) nutrisi lainnya, seperti menyebabkan tubuh menyerap zat besi terlalu banyak.
Dosis tinggi vitamin C dalam tubuh juga dapat mengganggu pemeriksaan medis, seperti tes diabetes, karena dapat memberikan hasil palsu.
Orang dewasa rata-rata hanya membutuhkan sekitar 45 mg vitamin C setiap harinya, sedangkan suplemen-suplemen vitamin C yang sering diiklankan di TV rata-rata memiliki kadar 500 mg per-tabletnya.
Stres, depresi dan kecemasan
Kekurangan sebagian vitamin dan asam lemak omega-3 memang dapat menyebabkan gangguan emosi, tapi sebenarnya penyebabnya yang paling umum adalah karena stres, depresi atau kebiasaan hidup yang tidak sehat (seperti kurang tidur dan merokok), daripada karena kekurangan vitamin.Perasaan selalu merasa tertekan tidak secara otomatis disebabkan kekurangan vitamin, sehingga bila pun sudah mengonsumsi vitamin stres tidak kunjung hilang. Penyakit mental yang lebih serius seperti skizofrenia dan gangguan bipolar, tidak bisa disebabkan ataupun dicegah oleh vitamin, meskipun diet sehat dan asupan gizi yang baik dapat membantu meringankan kondisi mereka.
Vitamin E dan penyakit jantung
Vitamin E sudah terkenal sebagai antioksidan yang bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung. Sayangnya, beberapa penelitian skala besar belum menemukan bukti bahwa suplemen vitamin E dapat mencegah kematian akibat penyakit jantung.Sebagai obat kanker
Vitamin A dosis besar tidak dapat menyembuhkan kanker, sebaliknya dapat menjadi racun, terutama jika diperoleh dari suplemen. Ada beberapa bukti penelitian yang menunjukkan bahwa vitamin E berperan dalam mencegah beberapa jenis kanker, namun di saat bersamaan bukti lainnya menunjukkan vitamin E juga dapat mempercepat munculnya kanker pada beberapa jenis kanker. Kedua hal ini masih perlu dibuktikan dengan banyak penelitian mendalam.Disebutkan pula bahwa antioksidan dosis tinggi dapat membantu efektivitas pengobatan konvensional pada kanker seperti kemoterapi dan radioterapi, namun lagi-lagi belum ada bukti meyakinkan yang mendukung kebenarannya. Bahkan, penelitian lainnya menunjukkan bahwa dosis tinggi antioksidan malah akan mengganggu pengobatan kanker karena antioksidan akan melindungi sel-sel kanker yang seharusnya dibunuh oleh terapi.
Beberapa hasil penelitian
Sejumlah penelitian terkait penggunaan suplemen menemukan temuan-temuan negatif, diantaranya:- Vitamin A dianggap dapat menurunkan risiko beberapa jenis kanker, tapi ternyata vitamin A juga memiliki keterkaitan dalam peningkatan risiko kanker paru-paru pada perokok, jika dikonsumsi dari suplemen.
- Beberapa penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa risiko kanker payudara, prostat, dan paru-paru tidak turun karena mengonsumsi suplemen yang mengandung selenium dan vitamin C dosis tinggi.
- Orang yang mengonsumsi suplemen vitamin E dosis tinggi ternyata mengalami peningkatan risiko kematian dini. Namun hal ini masih harus dikonfirmasi lagi dengan penelitian lainnya.
Vitamin anti-penuaan
Vitamin E sering dianggap sebagai vitamin anti penuaan. Namun belum ada bukti yang menunjukkan bahwa dosis besar vitamin apapun dapat membalikkan efek penuaan. Suplemen-suplemen vitamin ini juga tidak dapat menyembuhkan lemah syahwat atau menyembuhkan infertilitas (kemandulan).Vitamin dan penyakit kronis
Kurangnya asupan beberapa vitamin dalam jangka pendek bukanlah hal langka, hal ini cukup umum terjadi. Meskipun begitu, kekurangan beberapa jenis vitamin tetap saja dianggap memiliki keterkaitan dengan peningkatan risiko penyakit-penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker dan osteoporosis.Hingga kini penelitian tentang vitamin masih terus dilakukan, semakin diteliti semakin banyak pula muncul fakta-fakta baru. Pendapat yang dulu dibenarkan bisa saja terpatahkan karena hasil dari penelitian terbaru, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini sudah menjadi bagian kehidupan agar manusia belajar, karena masih banyak rahasia-rahasia alam atau tubuh manusia yang belum terungkap secara ilmiah.
Namun, kita tidak perlu memusingkan fakta-fakta penelitian kesehatan khususnya tentang vitamin, karena sejak dulu para peneliti telah sepakat bahwa jalan teraman adalah dengan mengonsumsi makanan sehat dan seimbang.