26 April 2015

Fungsi, Jenis, dan Efek Samping Antihistamin

CTM

Antihistamin adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati reaksi atau gejala alergi, seperti hay fever (rinitis alergi). Antihistamin juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit lain, seperti vertigo, dan insomnia.

Beberapa reaksi alergi yang dapat diatasi dengan antihistamin, antara lain:
  • Hay fever atau alergi serbuk bunga
  • Kondisi alergi kulit, seperti kaligata (urtikaria) dan dermatitis
  • Gatal-gatal
  • Gigitan atau sengatan serangga.

Selain itu, beberapa jenis antihistamin dapat digunakan untuk membantu meringankan gejala penyakit vertigo dan insomnia.

Jenis utama antihistamin

Antihistamin terdiri dari dua jenis utama seperti yang kami uraikan di bawah ini.

Penenang

Antihistamin jenis ini sering disebut dengan antihistamin sedatif. Kerjanya akan mempengaruhi otak, sehingga menyebabkan Anda mengantuk. Contoh antihistamin sedatif yang populer adalah chlorpheniramine maleate atau sering kita kenal dengan sebutan CTM (contohnya Piriton dan Alleron).

Non-penenang

Antihistamin ini sering disebut dengan antihistamin non-sedatif. Jenis antihistamin yang satu ini kurang memiliki efek pada otak dan tidak membuat Anda begitu mengantuk. Contoh dari antihistamin non-sedatif ini adalah acrivastine (contohnya Benadryl).

Cara kerja antihistamin

Sistem kekebalan tubuh manusia akan memberikan perlindungan dari zat berbahaya, seperti bakteri dan virus. Sistem kekebalan tubuh akan memproduksi antibodi yang bertugas untuk mengeliminasi atau menghilangkan zat-zat berbahaya ini dari tubuh.

Pada reaksi alergi, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi terhadap zat yang sebenarnya tidak berbahaya, seperti serbuk sari. Ketika ini terjadi, zat kimia yang disebut histamin dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh. Histamin sebenarnya sangat berguna karena dapat membantu menyembuhkan jaringan yang rusak. Namun reaksi histamin ini juga dapat menyebabkan gejala seperti:
  • Pilek atau hidung meler
  • Gatal-gatal pada mata, hidung, tenggorokan atau kulit
  • Bersin-bersin
  • Urtikaria (kaligata).

Antihistamin akan bekerja dengan memblokir (menghalangi) efek histamin di dalam tubuh Anda, yang akhirnya akan membantu mencegah peradangan dan meredakan reaksi alergi.

Ada pula bentuk reaksi alergi yang hebat, gejalanya biasanya:
  • Kesulitan bernapas
  • Bibir dan kelopak mata bengkak
  • Jantung berdebar-debar. 

Jenis reaksi alergi ini disebut anafilaksis, yang harus segera mendapatkan pertolongan medis karena ini merupakan kondisi serius yang dapat mengancam nyawa. Biasanya pihak medis akan menyuntikkan adrenalin untuk kondisi anafilaksis. Tapi terkadang juga suntikan antihistamin juga digunakan selain suntikan adrenalin.

Cara mengonsumsi antihistamin

Beberapa jenis antihistamin dijual bebas di pasaran, contohnya chlorpheniramine maleate (misalnya CTM, Alleron, dan Piriton), loratadine (misalnya Clarityn) dan cetirizine (misalnya Zirtek). Sedangkan beberapa jenis antihistamin lainnya hanya bisa dibeli dengan resep dokter, karena obat-obat ini cukup berbahaya dan harus dibawah pengawasan dokter.

Tergantung dari jenis antihistamin yang Anda butuhkan, antihistamin tersedia dalam bentuk tablet, cairan, semprotan hidung, krim dan suntikan. Untuk antihistamin jenis krim, sebaiknya menggunakannya hanya dalam waktu singkat karena juga dapat menyebabkan reaksi alergi, dan jangan mengoleskannya pada area kulit rusak (seperti koreng dan luka), kecuali jika telah diizinkan dokter.

Antihistamin dan kehamilan

Jika Anda hamil, sangat disarankan untuk tidak mengonsumsi antihistamin. Hal ini juga berlaku untuk wanita menyusui karena antihistamin dapat terkonsumsi bayi Anda melalui ASI. Jika memang Anda mengalami reaksi alergi atau perlu menggunakan antihistamin padahal sedang hamil atau menyusui, sebaiknya mintalah saran dokter.

Untuk penderita epilepsi, penggunaan antihistamin sedatif juga harus mendapatkan izin dari dokter. Dan tidak boleh mengonsumsi antihistamin sedatif jika memiliki penyakit hati yang berat.

Efek samping antihistamin

Efek samping tiap-tiap jenis antihistamin dapat berbeda-beda, begitu pula efek samping satu jenis antihistamin juga dapat berbeda-beda pada tiap-tiap orang. Selalu baca keterangannya pada kemasan antihistamin.

Antihistamin sedatif (penenang) akan membuat Anda merasa sangat mengantuk dan juga mempengaruhi koordinasi tubuh. Karena itu, disarankan untuk tidak mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin tertentu yang berbahaya selama 24 jam setelah mengonsumsi antihistamin sedatif. Sedangkan alkohol akan meningkatkan efek sedatif (penenang) dari jenis antihistamin sedatif. Tidak boleh meminum alkohol ketika selama mengonsumsi antihistamin sedatif. Sedangkan, antihistamin non-sedatif kurang menyebabkan kantuk atau bahkan tidak sama sekali.

Efek samping antihistamin yang cukup sering terjadi, antara lain:

Sedangkan efek samping antihistamin yang jarang terjadi, antara lain:
  • Tekanan darah turun
  • Aritmia (irama jantung abnormal)
  • Pusing
  • Bingung
  • Depresi
  • Gangguan tidur
  • Tremor (gemetar pada bagian tubuh, lebih sering tangan)
  • Reaksi alergi (termasuk bengkak, ruam, dan kesulitan bernapas)
  • Gangguan hati dan darah. 

Yang paling berisiko mengalami efek samping antihistamin adalah anak-anak dan orang tua diatas 65 tahun.

Interaksi antihistamin dengan obat lain

Tanyakan kepada dokter jika Anda akan mengonsumsi obat lain padahal sedang mengonsumsi antihistamin.

Antidepresan trisiklik akan berinteraksi dengan antihistamin dan dapat memperparah efek samping mengantuknya. Antihistamin mizolastine juga dapat berinteraksi dengan beberapa obat lain dan dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang serius. Antihistamin yang satu ini hanya bisa dibeli dengan resep dokter.

Beberapa jenis obat anti jamur (panu, kadas, kurap) seperti ketokonazol, dan antibiotik seperti eritromisin dapat meningkatkan kadar antihistamin non-sedatif dalam tubuh.

Dilarang meminum alkohol selama mengonsumsi antihistamin sedatif karena dapat meningkatkan efek samping mengantuknya.

Image Credit
  • http://www.bupa.co.uk/health-information/directory/a/antihistamines