Transfusi darah adalah pemindahan darah dari satu orang ke orang lain. Darah yang disumbangkan atau didonorkan harus sesuai dengan golongan darah penerima, jika tidak maka akan terjadi komplikasi. Namun, dalam keadaan darurat dimana golongan darah seseorang tidak diketahui, maka dapat diberikan darah dengan golongan darah O dengan Rh-negatif.
Jika seseorang mengalami pendarahan yang banyak, seperti karena menjalani operasi atau akibat kecelakaan, maka volume darahnya akan berkurang dan tidak lagi efektif untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Pada keadaan ini, transfusi darah dapat menyelamatkan nyawanya.
Donor dan jenis golongan darah
Seluruh darah yang didonorkan harus melalui pemeriksaan ketat untuk menghindari darah mengandung virus dan kuman hepatitis, sifilis, atau HIV.Empat jenis darah yang ada adalah A, B, AB dan O, dan masing-masing golongan darah tersebut dapat berjenis Rh-positif atau Rh-negatif (dulu Rh lebih sering kita sebut dengan Rhesus). Untuk melakukan transfusi darah, golongan darah pendonor dan penerima harus sama, termasuk jenis Rh-nya.
Namun, dalam keadaan darurat, jika golongan darah penerima tidak diketahui atau tidak ada cukup waktu untuk mengetahuinya, maka dapat diberikan darah dengan golongan O dengan Rh-negatif.
Darah mengangkut oksigen dan nutrisi
Seluruh sel tubuh membutuhkan oksigen dan nutrisi. Pengiriman oksigen dan nutrisi ke seluruh sel menjadi tugas utama bagi sistem peredaran darah. Melalui jaringan arteri, vena, dan kapiler, darah mengalir membawa karbondioksida ke paru-paru (untuk ekshalasi) dan mengambil oksigen kembali. Dari usus kecil, darah mengumpulkan nutrisi makanan dan mengantarkannya ke seluruh sel.Darah terdiri dari:
- Sel darah merah - untuk mengangkut oksigen
- Sel darah putih - yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh
- Trombosit - dibutuhkan untuk pembekuan darah
- Plasma - cairan, dimana sel-sel darah, nutrisi dan limbah mengapung.
Bilakah transfusi darah dibutuhkan?
Beberapa kondisi yang memerlukan transfusi darah, antara lain:- Kehilangan darah - Kehilangan darah yang banyak sehingga mempengaruhi volume dan sirkulasi darah
- Anemia berat - dimana darah kurang mampu membawa oksigen ke sel-sel tubuh
- Trombositopenia - pendarahan spontan yang disebabkan karena trombosit yang terlalu sedikit.
Komplikasi transfusi darah
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi selama atau setelah transfusi darah, antara lain:- Kelebihan cairan - kondisi ini dapat dicegah dengan mendonorkan darah secara perlahan.
- Reaksi alergi - sistem kekebalan tubuh penerima menganggap darah yang disumbangkan adalah suatu ancaman, sehingga tubuh melepaskan histamin. Akibatnya terjadi gatal, pusing, sakit kepala dan kesulitan bernapas.
- Reaksi hemolitik - biasanya terjadi ketika darah yang disumbangkan tidak sejenis. Sel darah darah merah yang ditransfusikan hancur atau rusak. Gejalanya seperti perasaan tertekan di dada, nyeri punggung dan kesulitan bernapas. Reaksi hemolitik juga dapat mengancam nyawa.
- Transfusion related acute lung injury (TRALI) - dimana darah yang ditransfusikan bereaksi pada penerima yang mengarah ke penyumbatan di pembuluh darah di paru-paru. Gejalanya seperti kesulitan bernapas dan tingkat oksigen yang rendah. Kondisi ini juga dapat mengancam nyawa.
Syarat pendonor
Seseorang yang mau mendonorkan darahnya, minimal harus memiliki persyaratan berikut:- Berusia antara 16 hingga 70 tahun
- Memiliki berat badan minimal 45 kilogram
- Berada dalam kondisi kesehatan yang prima, termasuk memiliki suhu tubuh dan tekanan darah normal
- Bebas dari penyakit-penyakit berbahaya seperti hepatitis, sifilis dan HIV.
- http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Blood_transfusion
- Gambar: https://orthocath.files.wordpress.com