Tampilkan postingan dengan label Penyakit oleh Virus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyakit oleh Virus. Tampilkan semua postingan

19 April 2020

Inilah 12 Virus Paling Mematikan di Bumi

Virus influenza
(Kredit: Shutterstock)

Manusia telah berjuang melawan virus sejak usia penciptaan manusia itu sendiri. Untuk beberapa penyakit akibat virus, sudah ditemukan obat anti virus dan vaksin yang mencegah penyebaran infeksinya. Salah satunya adalah penyakit cacar (smallpox) yang sudah bisa diberantas dan dimusnahkan dari muka bumi.

Tapi kita masih jauh dari memenangkan pertempuran melawan virus. Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa virus telah bermutasi dari sebelumnya hanya menulari hewan, tapi kemudian menulari manusia dan memicu wabah yang cukup besar, hingga merenggut ribuan nyawa. Wabah virus Ebola pada 2014-2016 di Afrika Barat membunuh hingga 90% dari orang yang terinfeksi, menjadikannya sebagai salah satu virus yang paling mematikan.

Tidak hanya Ebola, masih ada virus lain di luar sana yang juga mematikan, dan bahkan ada yang lebih mematikan. Beberapa jenis virus, seperti coronavirus baru yang saat ini menciptakan pandemi dunia, memiliki tingkat kematian yang lebih rendah, namun menimbulkan ancaman serius bagi dunia karena obat dan vaksinnya belum ditemukan.

Berikut adalah 12 virus 'pembunuh terbaik' di dunia, diambil berdasarkan pada kemungkinan bahwa penderitanya akan mati jika terinfeksi salah satunya, banyaknya orang yang telah meninggal akibatnya, dan apakah ancamannya semakin besar.

Virus Marburg
Virus Marburg
(Kredit: ROGER HARRIS/SCIENCE PHOTO LIBRARY via Getty Images)

Para ilmuwan mengidentifikasi virus Marburg pada tahun 1967, ketika wabah kecil terjadi di antara para pekerja laboratorium di Jerman yang terpapar monyet-monyet yang terinfeksi yang diimpor dari Uganda.

Virus Marburg mirip dengan Ebola karena keduanya dapat menyebabkan demam berdarah, yang berarti orang yang terinfeksi mengalami demam tinggi dan perdarahan di seluruh tubuh yang dapat menyebabkan syok, kegagalan organ, dan kematian.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat kematian selama wabah Marburg pertama adalah 25%, kemudian meningkat menjadi lebih dari 80% selama wabah 1998-2000 di Republik Demokratik Kongo, serta pada wabah 2005 di Angola.

Virus Ebola
Virus Ebola
(Kredit: Shutterstock)

Wabah Ebola pertama yang diketahui menyerang manusia secara serentak terjadi di Republik Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada tahun 1976. Ebola menyebar melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain, atau jaringan dari orang atau hewan yang terinfeksi.

Strain Ebola diketahui sangat bervariasi dan mempengaruhi kemungkinan kematian. Salah satu strain, Ebola Reston, bahkan tidak membuat penderitanya sakit. Tetapi untuk strain Bundibugyo, tingkat kematian hingga 50%, dan hingga 71% untuk strain Sudan..

Wabah Ebola yang masih berlangsung sekarang ini di Afrika Barat dimulai pada awal 2014, dan merupakan wabah penyakit terbesar dan paling kompleks hingga saat ini.

Virus Rabies
Virus Rabies
(Kredit: CDC/ Dr. Fred Murphy)

Meskipun vaksin rabies untuk hewan yang diperkenalkan pada 1920-an telah membantu menurunkan angka kejadian penyakit di negara maju secara signifikan, tetapi kondisi ini tetap menjadi masalah serius di India dan beberapa negara di belahan Afrika.

Dunia sudah memiliki vaksin untuk melawan rabies, jadi jika seseorang digigit oleh hewan rabies, akan bisa ditangani. Namun, jika penderita tidak mendapatkan perawatan yang tepat, maka ada kemungkinan penderita meninggal 100%. Rabies akan menghancurkan otak dan merupakan penyakit yang sangat buruk.  

HIV
HIV
(Kredit: Cynthia Goldsmith, Centers for Disease Control and Prevention)

Di dunia modern, virus yang paling mematikan dari semua virus mungkin adalah HIV. HIV masih menjadi virus pembunuh utama. Penyakit menular yang memakan korban terbesar umat manusia saat ini adalah HIV.

Diperkirakan 32 juta orang telah meninggal karena HIV sejak penyakit ini pertama kali diakui pada awal 1980-an.

Obat antivirus yang kuat telah memungkinkan penderita HIV bertahan hidup hingga bertahun-tahun. Tetapi penyakit ini terus menghancurkan banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana 95% infeksi HIV baru terjadi disini. Hampir 1 dari setiap 25 orang dewasa di wilayah WHO Afrika positif HIV, tercatat jumlahnya lebih dari dua pertiga penderita HIV di seluruh dunia.

Virus Smallpox
Virus Cacar Smallpox
(Kredit: CDC/ J. Nakano)

Pada tahun 1980, Majelis Kesehatan Dunia WHO menyatakan dunia bebas dari cacar (smallpox). Tetapi sebelum itu, manusia telah berjuang melawan cacar selama ribuan tahun, dan penyakit ini membunuh sekitar 1 dari 3 orang yang terinfeksi. Korban yang selamat pun mendapatkan bekas luka yang dalam dan permanen di kulit dan wajah dan bahkan kebutaan.

Tingkat kematian cacar jauh lebih tinggi terjadi pada populasi di luar Eropa, di mana mereka sebelumnya hanya sedikit kontak dengan virus dan penyakit, hingga akhirnya orang Eropa datang menularinya. Contohnya, sejarawan memperkirakan 90% populasi asli Amerika (bangsa Indian) meninggal karena cacar yang diperkenalkan oleh penjelajah Eropa. Pada abad ke-20 saja, cacar telah menewaskan 300 juta orang.

Cacar merupakan beban besar di planet ini, tidak hanya menyebabkan kematian tetapi juga kebutaan, dan itulah yang mendorong kampanye dunia untuk memberantasnya dari muka Bumi

Hantavirus
Hantavirus
(Kredit: Cynthia Goldsmith. Provided by CDC/ Brian W.J. Mahy, PhD; Luanne H. Elliott, M.S.)

Hantavirus pulmonary syndrome (HPS) pertama kali mendapat perhatian luas di Amerika Serikat. Pada tahun 1993, ketika seorang lelaki muda Navajo (penduduk asli Amerika yang tinggal di Amerika Serikat barat daya) yang sehat dan tunangannya yang tinggal di daerah Four Corners Amerika Serikat meninggal mendadak dalam beberapa hari karena sesak napas.

Beberapa bulan kemudian, otoritas kesehatan AS mengisolasi Hantavirus dari tikus rusa yang tinggal di rumah salah satu penderita yang terinfeksi. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, lebih dari 600 orang di AS sekarang telah terinfeksi HPS, dan 36% telah meninggal karena penyakit ini.

Virus ini tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain, melainkan dari paparan kotoran tikus yang terinfeksi.

Sebelumnya, Hantavirus yang berbeda menyebabkan wabah pada awal 1950-an, selama Perang Korea, menurut sebuah makalah 2010 dalam jurnal Clinical Microbiology Reviews. Lebih dari 3.000 tentara terinfeksi, dan sekitar 12% dari mereka tewas.

Sementara virus ini adalah virus baru bagi dunia Barat ketika ditemukan di AS, peneliti kemudian menyadari bahwa tradisi medis Navajo sudah menggambarkan penyakit yang serupa, dan menghubungkan penyakit itu dengan tikus.

Influenza
Influenza
(Kredit: National Institute of Allergies and Infectious Diseases (NIAID))

Selama musim flu biasa, hingga 500.000 orang di seluruh dunia akan meninggal karenanya, menurut WHO. Tetapi terkadang, ketika strain flu baru muncul, pandemi terjadi dengan penyebaran penyakit yang lebih cepat dan seringkali dengan tingkat kematian yang lebih tinggi.

Pandemi flu yang paling mematikan, yang juga disebut sebagai flu Spanyol, dimulai pada 1918 dan merebak hingga 40% dari populasi dunia, menewaskan sekitar 50 juta orang.

Selalu ada kemungkinan pandemi seperti wabah flu Spanyol akan terulang kembali, jika muncul strain influenza baru dan dapat ditularkan dengan mudah di antara manusia, dan menyebabkan gejala parah.

Virus Dengue
Virus dengue
(Kredit: Frederick Murphy. Provided by CDC/ Frederick Murphy, Cynthia Goldsmith)

Virus dengue pertama kali muncul pada 1950-an di Filipina dan Thailand, dan sejak itu menyebar ke seluruh wilayah tropis dan subtropis di dunia. Hingga 40% dari populasi dunia sekarang tinggal di daerah-daerah di mana dengue adalah endemik, dan penyakit ini - dengan nyamuk yang membawanya - diperkirakan akan menyebar lebih jauh ketika iklim dunia menghangat.

Menurut WHO, dengue telah membuat sakit 50 hingga 100 juta orang setiap tahunnya. Meskipun tingkat kematian untuk dengue lebih rendah dibanding beberapa virus lain, yaitu 2,5%, virus ini dapat menyebabkan gejala seperti Ebola yang disebut demam berdarah dengue, dan kondisi ini  memiliki tingkat kematian 20% jika tidak diobati.

Pada tahun 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menyetujui vaksin dengue untuk digunakan pada anak-anak berusia 9-16 tahun yang tinggal di daerah di mana dengue biasa terjadi dan dengan riwayat terkonfirmasi terinfeksi, menurut CDC. Di beberapa negara, vaksin yang disetujui tersedia untuk mereka yang berusia 9-45 tahun, tetapi sekali lagi, penerimanya harus punya riwayat dengue di masa lalu. Mereka yang belum pernah terinfeksi virus dengue sebelumnya bisa berisiko terkena demam berdarah jika diberikan vaksin.

Rotavirus
Rotavirus
(Kredit: CDC/ Dr. Erskine L. Palmer)

Sekarang sudah tersedia dua vaksin untuk melindungi anak-anak dari rotavirus, yang merupakan penyebab utama penyakit diare parah pada bayi dan anak kecil. Virus ini dapat menyebar dengan cepat, melalui apa yang oleh para peneliti disebut sebagai fecal-oral route (artinya partikel feses yang kecil yang pada akhirnya masuk ke mulut)

Meskipun anak-anak di negara maju jarang meninggal karena infeksi rotavirus, penyakit ini masih menjadi pembunuh serius di negara berkembang, terutama di negara yang fasilitas kesehatannya tidak memadai dan tidak tersedia secara luas.

WHO memperkirakan bahwa 453.000 anak-anak di bawah 5 tahun di seluruh dunia meninggal akibat infeksi rotavirus pada 2008. Namun negara-negara yang telah memperkenalkan vaksin tersebut telah melaporkan penurunan tajam dalam angka kejadian rawat inap dan kematian akibat rotavirus.

SARS-CoV
SARS-CoV
(Kredit: CDC/ Dr. Fred Murphy)

Virus ini menyebabkan sindrom pernafasan akut hebat, atau SARS, dan pertama kali muncul pada tahun 2002 di provinsi Guangdong di Cina selatan. Awalnya, virus itu kemungkinan muncul pada kelelawar, kemudian berpindah ke musang sebelum akhirnya menginfeksi manusia. Setelah memicu wabah di Cina, SARS menyebar ke 26 negara di seluruh dunia, menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan menewaskan lebih dari 770 orang selama dua tahun.

Penyakit ini menyebabkan demam, menggigil dan nyeri pada tubuh, dan seringkali berkembang menjadi pneumonia, suatu kondisi parah di mana paru-paru menjadi meradang dan terisi dengan cairan nanah. SARS memiliki angka kematian sebesar 9,6%, dan sampai sekarang belum ditemukan obat atau vaksin yang disetujui. Meskipun begitu, hingga kini belum ditemukan kasus baru SARS sejak dilaporkan pada awal 2000-an.

SARS-CoV-2
SARS-CoV-2
(Kredit: NIAID-RML)

SARS-CoV-2 termasuk dalam keluarga besar virus yang sama dengan SARS-CoV, yang dikenal sebagai virus corona, dan pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di kota Wuhan di Cina. Virus ini kemungkinan berasal dari kelelawar, seperti SARS-CoV, dan kemudian melewati hewan peralihan sebelum akhirnya menginfeksi manusia.

Sejak kemunculannya, virus ini telah menginfeksi puluhan ribu orang di Cina dan jutaan orang di seluruh dunia. Wabah ini mendorong karantina luas Wuhan dan kota-kota terdekat, pembatasan perjalanan ke dan dari negara-negara yang terkena dampak dan upaya di seluruh dunia untuk mengembangkan diagnostik, perawatan dan vaksinnya.

Penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, yang disebut COVID-19 ini, memiliki angka kematian sekitar 2,3%. Orang-orang yang berusia lanjut atau yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya adalah yang paling berisiko mengalami serangan parah atau komplikasi. Gejala umumnya adalah demam, batuk kering dan sesak napas, dan pada kasus yang parah, penyakit ini dapat berkembang menjadi pneumonia.

MERS-CoV
MERS-CoV
(Kredit: Shutterstock)

Virus inilah yang menyebabkan sindrom pernapasan Timur Tengah, atau Middle East respiratory syndrome (MERS), memicu wabah di Arab Saudi pada 2012 dan  di Korea Selatan pada tahun 2015. Virus MERS milik keluarga virus yang sama dengan SARS-CoV dan SARS-CoV-2, dan kemungkinan berasal dari kelelawar juga. Penyakit itu menginfeksi unta sebelum menular ke manusia dan memicu demam, batuk dan sesak napas pada orang yang terinfeksi.

MERS sering berkembang menjadi pneumonia berat dan diperkirakan memiliki tingkat kematian antara 30% dan 40%, menjadikannya sebagai strain yang paling mematikan dari virus korona yang diketahui yang berpindah dari hewan ke manusia. Seperti halnya SARS-CoV dan SARS-CoV-2, obat MERS belum ditemukan dan juga belum ada vaksin yang disetujui.

Article Resources

18 September 2018

Perbedaan Infeksi Karena Virus dan Bakteri


Seperti yang diketahui, infeksi bakteri dapat diobati dengan antibiotik. Namun, saat ini penggunaan antibiotik sudah sangat masif sehingga para ahli mengingatkan agar tidak menggunakan antibiotik untuk kondisi dan penyakit seperti infeksi virus, yang sebenarnya tidak terpengaruh oleh antibiotik.

Pertanyaannya, bagaimana cara mengetahui perbedaan antara infeksi karena virus dan bakteri? Anda mungkin tidak bisa membedakannya, kecuali dengan bantuan dokter.

Ketika Anda terinfeksi, Anda mungkin mencoba mendiagnosisnya dirumah, mungkin karena ingin menghemat uang atau menghemat waktu ke dokter. Anda mungkin menebak infeksi yang Anda alami adalah infeksi karena virus, dan bisa bisa saja itu benar, lalu Anda berpendapat bahwa karena antibiotik tidak berguna pada infeksi virus, jadi untuk apa ke dokter?

Memang tidak ada alasan bagi orang-orang untuk ke dokter hanya karena pilek biasa, tetapi mendiagnosis sendiri jenis infeksi sudah merupakan kesalahan. Faktanya:
  • Tergantung dari jenis infeksi virusnya, mungkin masih ada obat yang dapat membantu. Obat-obatan yang secara khusus untuk menargetkan virus disebut antivirus. Antivirus memang tidak digunakan sesering antibiotik, tetapi dalam beberapa kasus antivirus banyak membantu.
  • Kecuali dengan pemeriksaan laboratorium, tidak ada cara lain untuk memastikan apakah suatu infeksi disebabkan oleh virus atau bakteri.

Memang ada beberapa gejala/tanda yang dapat membantu menentukan apakah suatu infeksi disebabkan oleh virus atau bakteri, tetapi kecuali karena kondisi yang mengancam jiwa, dokter biasanya akan mengambil sampel terlebih dahulu sebelum memberikan antibiotik. Sampel yang diambil tergantung pada dugaan infeksi, dapat berupa sampel darah, kultur tenggorokan, usap kulit, atau lainnya.

Keinginan untuk mendiagnosis dan mengobati diri sendiri di rumah adalah sifat alami manusia, tetapi daripada mengambil risiko, lebih baik bertanya ke dokter.

Berikut adalah beberapa aturan praktis yag menjadi pertimbangan ketika Anda mencoba memutuskan apakah akan ke dokter atau tidak. Lebih baik ke dokter jika Anda mengalami hal-hal berikut:
  • Dehidrasi. Dokter akan menyarankan banyak minum cairan jernih (seperti kaldu ayam). Dengan tetap terhidrasi akan membantu Anda mengencerkan lendir yang diproduksi tubuh. Sementara sistem kekebalan tubuh melawan infeksi virus maupun bakteri dengan menggunakan lendir untuk membawa virus atau bakteri keluar tubuh. Jika lendir terlalu kental, karena tidak terhidrasi, infeksi bisa memburuk. Bakteri dapat bertahan di dalam lendir yang semula dihasilkan saat tubuh Anda sedang melawan virus.
  • Sesak napas. Jika infeksi menyerang paru-paru atau saluran napas Anda, inilah saatnya untuk ke dokter. Pneumonia atau asma dengan bronkitis dapat mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
  • Kelemahan, linglung atau pingsan. Kelemahan, apalagi yang disertai dengan demam, kedinginan (menggigil), dan nyeri tubuh merupakan tanda infeksi serius.
  • Kondisi yang memburuk secara tiba-tiba. Kondisi kesehatan yang memburuk secara tiba-tiba menjadi pertanda Anda harus ke dokter. Terkadang satu infeksi membuka jalan masuk bagi infeksi yang lain. Sebagai contoh, lendir yang dihasilkan oleh infeksi virus dapat menjadi tempat yang bagus bagi bakteri untuk berkembang biak.
  • Anak-anak dengan demam. Demam adalah bagian yang umum dari penyakit virus pada anak-anak - sebagian besar demam dapat diatasi degan mudah degan perawatan suportif, seperti pemberian cairan dan obat penurun panas. Namun ada tanda-tanda demam anak yang harus segera mendapatkan perawatan dokter. Bisa Anda baca disini.

Mungkin Anda pernah mendengar bahwa lendir hijau atau batuk berdahak adalah tanda infeksi bakteri. Mungkin benar bahwa lendir hijau adalah tanda adanya sesuatu yang berkembang biak di sana, tetapi itu tidak mengecualikan kemungkinan bahwa sesuatu yang lain yang menyebabkan infeksi di tempat pertama.

Apapun itu, jika Anda merasa ragu dan tidak memiliki pengetahuan akan sesuatu, lebih baik bertanya ke dokter. (verywellhealth)

27 Agustus 2018

Perbedaan Antara Campak dan Rubella

Campak dan rubella memiliki nama yang mirip. Mengapa disebut mirip? Karena nama asli campak sendiri adalah rubeola. Sedangkan nama lain untuk rubella adalah campak Jerman. Baik campak maupun rubella disebabkan oleh virus. Keduanya sama-sama menyebabkan ruam pada kulit.

Bingung dengan perbedaan campak dan rubella?

Meskipun kedua penyakit ini memiliki kesamaan, tapi keduanya masih memiliki karakteristik yang berbeda dengan keseriusannya masing-masing.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, rubella juga disebut sebagai campak Jerman, sedangkan rubeola adalah campak biasa. Perbedaan terbesar antara keduanya adalah bahwa rubella dianggap hanya sebagai penyakit ringan yang hanya berlangsung sekira tiga hari. Sedangkan campak dapat merupakan penyakit serius yang berlangsung selama beberapa hari dan dapat menyebabkan komplikasi permanen serius.

Tapi rubella akan sangat berbahaya bagi wanita hamil terutama jika terinfeksi virus rubella di 20 minggu pertama kehamilannya.

Jika seorang wanita hamil terinfeksi rubella, dapat menyebabkan cacat lahir pada janin yang belum lahir dan bahkan keguguran. Orang yang terinfeksi rubella seringkali tidak menunjukkan gejala yang berarti, sehingga mereka sering tidak menyadari bahwa mereka sedang terinfeksi rubella.

Itulah mengapa sangat penting bagi wanita usia subur atau wanita yang ingin hamil diimunisasi rubella. Paling tidak dilakukan pada satu bulan sebelum kehamilan.

Perbedaan ruam campak dan rubella

Ruam rubella berwarna merah muda atau merah terang, terlihat berbintik-bintik atau bertutul-tutul dan berlangsung hingga tiga hari. Gejala lainnya adalah demam ringan selama satu sampai dua hari, pembengkakan sendi, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening terdapat di leher, tulang selangka, di bawah lengan (ketiak), dan pangkal paha.

Penderita rubella dapat menularkan virus rubella ke orang lain satu minggu sebelum dan satu minggu setelah gejalanya. Anak-anak biasanya akan pulih dalam waktu sekira satu minggu, tetapi pada orang dewasa, mungkin sedikit lebih lama meskipun gejalanya ringan.

Campak biasa adalah ruam merah atau coklat kemerah-merahan di seluruh tubuh. Namun gejala pertamanya biasanya adalah batuk kering, pilek, dan demam tinggi.

Selain itu, penanda umum yang ditemukan pada campak adalah bintik-bintik Koplik, yang muncul di mulut dalam bentuk bintik-bintik merah kecil dengan pusat putih biru. Campak sangatlah menular. Orang dengan campak sudah dapat menularkan virus campak empat hari sebelum gejala muncul, dan empat hari setelah ruam erupsi.

Komplikasi campak bisa serius. Enam hingga 20 persen komplikasi campak adalah infeksi telinga, diare, atau bahkan pneumonia.

Pencegahan:
Tidak ada pengobatan untuk campak dan rubella, itulah sebabnya mengapa imunisasi diperlukan untuk mencegah penyebarannya. Vaksinasi MMR adalah singkatan dari Measles (rubeola), Mumps dan Rubella atau juga MR (Measles dan Rubella) adalah vaksin untuk mencegah campak dan rubella.

Article Resources
  • https://www.empowher.com/measles/content/difference-between-rubella-and-rubeola
  • http://www.cdc.gov/vaccines/vpd-vac/measles/faqs-dis-vac-risks.htm

05 Juni 2018

Gejala, Pencegahan, dan Pengobatan Hepatitis A

Hepatitis A merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus. Virus ini ditularkan melalui rute fekal-oral termasuk dari makanan atau air tercemar, atau melalui kontak langsung dengan penderita. Vaksinasi dan kebersihan akan mencegah penyebarannya.

Hepatitis A

Apa itu hepatitis A?

Hepatitis berarti radang atau bengkak hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh bahan kimia atau obat-obatan, atau berbagai jenis virus. Salah satu penyebab umum hepatitis adalah virus hepatitis A.

Infeksi dengan satu jenis virus hepatitis tidak memberikan kekebalan terhadap infeksi dengan virus hepatitis lain.

Apa saja gejala hepatitis A?

Gejala-gejala hepatitis A termasuk:
  • lemah
  • demam
  • mual
  • kurang nafsu makan
  • perut terasa kurang enak
  • air seni berwarna pekat
  • tinja pucat
  • penyakit kuning (mata dan kulit menjadi kuning).

Gejala biasanya berlanjut selama satu sampai tiga minggu (walaupun gejala tertentu dapat berlanjut lebih lama) dan hampir selalu diikuti dengan kesembuhan sepenuhnya.

Anak-anak kecil yang terinfeksi biasanya tidak mendapatkan gejalanya. Hepatitis A tidak mengakibatkan penyakit hati jangka panjang, dan kematian akibat hepatitis A jarang terjadi.

Jangka waktu antara kontak dengan virus dan timbulnya gejala berkisar antara dua sampai tujuh minggu, tapi biasanya empat minggu.

Bagaimana hepatitis A ditularkan?

Orang yang terinfeksi dapat menularkan virus ini kepada orang lain sejak dua minggu sebelum timbulnya gejala sampai seminggu setelah timbulnya penyakit kuning (kira-kira tiga minggu secara keseluruhan).

Jumlah virus yang besar ditemui dalam tinja (tahi) orang yang terinfeksi selama waktu penularan. Virus ini dapat hidup di lingkungan selama beberapa minggu.

Hepatitis A biasanya ditularkan ketika virus dari penderita tertelan oleh orang lain melalui:
  • makan makanan tercemar
  • minum air tercemar
  • menyentuh lampin, sprai dan handuk yang dikotori tinja penderita
  • hubungan langsung (termasuk seksual) dengan orang yang terinfeksi.

Siapa saja yang berisiko?

Semua orang yang belum menderita hepatitis A dan belum divaksinasi terhadap penyakit ini memiliki risiko terjangkit penyakit ini.

Bagaimana mencegah hepatitis A?

Vaksinasi

Tersedia vaksin yang aman dan efektif terhadap hepatitis A. Vaksin ini mungkin butuh waktu sampai dua minggu sampai memberikan kekebalan.

Vaksinasi direkomendasikan untuk kelompok-kelompok berikut yang menghadapi risiko lebih tinggi:
  • orang yang berkunjung ke negara di mana hepatitis A umum terjadi
  • pria yang berhubungan kelamin dengan pria (homoseksual)
  • petugas penitipan anak dan prasekolah
  • penyandang cacat intelektual dan pengasuhnya/penjaganya
  • petugas kesehatan yang sering berhubungan dengan penderita hepatitis A
  • pengguna narkoba suntik
  • pasien yang menderita penyakit hati kronis
  • penderita hemofilia yang mungkin menerima konsentrat plasma.

Apa lagi yang dapat dilakukan untuk mencegah hepatitis A?

Semua orang harus selalu mencuci tangan dengan baik dengan sabun dan air mengalir selama sekurang-kurangnya 10 detik dan dikeringkan dengan handuk bersih:
  • setelah menggunakan kakus
  • sebelum makan
  • sebelum menyiapkan makanan atau minuman
  • setelah menyentuh benda seperti lampin dan kondom.

Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah dari menginfeksi orang lain?

Jika Anda menderita hepatitis A, di samping mencuci tangan Anda dengan bersih, Anda harus menjauhi dari kegiatan berikut ketika dapat menularkan penyakit (yaitu, sampai sekurang-kurangnya seminggu setelah timbulnya penyakit kuning):
  • jangan menyiapkan makanan atau minuman untuk orang lain
  • jangan menggunakan alat makan atau alat minum yang sama dengan orang lain
  • jangan menggunakan sprai dan handuk yang sama dengan orang lain
  • jangan berhubungan kelamin
  • cuci alat makan dalam air bersabun, dan cuci seprai dan handuk dengan mesin cuci.

Orang berikut yang menderita hepatitis A harus harus tidak bekerja atau ke sekolah ketika dapat menularkan penyakit:
  • orang yang mengendalikan makanan atau minuman
  • orang yang pekerjaannya melibatkan hubungan pribadi secara dekat, misalnya petugas penitipan anak dan petugas kesehatan
  • staf, anak-anak dan remaja harus tidak menghadiri fasilitas penitipan anak atau sekolah ketika dapat menularkan penyakit
  • semua pasien harus bertanya kepada dokternya sebelum kembali bekerja atau bersekolah.

Bagaimana hepatitis A didiagnosis?

Diagnosis berdasarkan gejala pasien dan dikonfirmasikan dengan tes darah yang menunjukkan antibodi IgM terhadap hepatitis A.

Bagaimana perawatan hepatitis A?

Tidak ada perawatan spesifik untuk hepatitis A. Mereka yang melakukan kontak dan pasangan seksual orang yang dapat menularkan hepatitis A biasanya memerlukan suntikan imunoglobulin. Injeksi tersebut dapat mencegah atau mengurangi penyakit jika diberikan dalam waktu dua minggu setelah kontak dengan penderita hepatitis A.

Article Resources
  • http://www.health.nsw.gov.au/

29 Mei 2018

Hepatitis C : Pengertian, Penularan, dan Pengobatan

Hepatitis C

Apakah itu hepatitis C?

Istilah ‘hepatitis’ berarti radang hati. Peradangan ini bisa disebabkan oleh zat kimia, obat-obatan, alkohol, atau beberapa jenis virus. Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C.

Apa beda hepatitis C dengan hepatitis A dan B?

Hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C adalah peradangan hati yang disebabkan oleh virus yang berbeda. Cara penularannya juga berbeda. Vaksinasi pencegahan untuk hepatitis A dan hepatitis B sudah tersedia, tetapi tidak untuk hepatitis C. Ada kemungkinan terjangkit virus hepatitis yang berbeda pada waktu yang bersamaan.

Banyak orang yang tidak sadar telah terinfeksi hepatitis C karena gejalanya bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Bagaimana penularan hepatitis C?

Hepatitis C ditularkan sewaktu darah orang yang terinfeksi masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi. Ini disebut kontak darah ke darah. Walaupun jumlah darahnya sangat kecil untuk dilihat dengan kasat mata, virus masih bisa ditularkan.

Hepatitis C dapat ditularkan melalui:

Risiko tinggi
  • Alat-alat medis yang tidak steril atau alat-alat medis di dokter gigi dan pengobatan tradisional dengan cara menindik/melukai tubuh. Cara penularan hepatitis C di atas umum di banyak negara.
  • Tato dan menindik tubuh dengan alat-alat yang tidak steril.

Risiko rendah
  • Petugas kesehatan yang tertusuk jarum suntik.
  • Penularan dari ibu ke anak mungkin bisa terjadi selama mengandung atau setelah melahirkan jika si ibu terinfeksi hepatitis C.
  • Menggunakan barang orang lain yang mungkin ada darah yang tertinggal, contohnya pisau cukur dan sikat gigi.
  • kontak dari darah ke darah selama hubungan seks.
  • Luka tertusuk jarum dari jarum bekas obat-obatan yang dibuang ditempat umum.

Hepatitis C tidak dapat ditularkan melalui:

  • Pemakaian satu toilet oleh banyak orang.
  • Pemakaian alat makan dan alat minum bersama.
  • Batuk, bersin, berciuman atau berpelukan.
  • Kolam renang.
  • Gigitan nyamuk atau serangga lainnya.

Apa akibat dari hepatitis C?

Dari 100 orang penderita hepatitis C,
  • 25% dapat sembuh secara alami, dalam masa kurun waktu 12 bulan.
  • Sisa yang 75% lagi masih terjangkit virus pada tubuhnya, tetapi kemungkinan penderita tidak merasakan gejalanya.
  • Tanpa pengobatan, kira-kira 30% dari mereka akan melihat gejalanya, yang akan dirasakan dalam waktu 10 sampai 15 tahun.
  • Setelah 20 tahun, kira-kira 10% akan terserang penyakit liver tanpa adanya pengobatan, 5% dari mereka akan terkena gagal hati atau kanker hati.
Kebanyakan penderita tidak mengalami gejala hepatitis C. Jika penderita mengalami gejala, biasanya gejala yang lazim ialah: selalu merasa lelah, rasa mual, dan rasa sakit di bagian perut bawah.

Tes untuk hepatitis C

Tes hepatitis C perlu dilakukan apabila:
  • Anda pernah menerima transfusi darah, vaksinasi atau prosedur medis (mis. gigi) yang Anda kurang yakin akan ke sterilan alat-alatnya.
  • Pernah mendapatkan perawatan tradisional, tato atau menindik tubuh secara tidak steril.
  • Pernah menggunakan narkoba suntik, atau pemakaian alat-alatnya bersama-sama, atau membantu seseorang menyuntikkan narkoba (termasuk steroid).
  • Pernah di penjara dan menggunakan narkoba yang disuntikkan, termasuk steroid, atau pemakaian alat-alatnya bersama-sama, punya tato atau tindik; menggunakan pisau cukur dan pemakaian sikat gigi bersama.
Satu-satunya cara untuk menentukan apakah anda mempunyai hepatitis C adalah dengan tes darah.

Pengobatan hepatitis C

Pengobatan baru sudah tersedia untuk mengobati hepatitis C. Pengobatan ini efektif, mudah untuk dilakukan dan memiliki sedikit efek samping.

Pengobatan baru ini tidak hanya memiliki kesempatan 90-95% untuk sembuh dari hepatitis C, tapi juga jangka waktu pengobatan lebih pendek dari sebelumnya.

Ini dapat diresepkan oleh dokter umum (dokter) juga oleh spesialis, yang memudahkan penderita untuk diobati.

Pengobatan baru yang disebut Direact-Acting Antivirals atau Daas dan berbentuk tablet. Dalam beberapa kasus, obat lain disebut Ribavirin dan pegylated interferon dapat disertakan dalam pengobatan. Pegylated interferon diberikan dalam bentuk suntikan.

Pengobatan membutuhkan waktu antara 8-24 minggu dan direkomendasikan untuk semua penderita hepatitis C.

Dukungan dan pengertian

Hepatitis C bisa menjadikan salah pengertian dan membawa aib. Membuat penderitanya merasa malu dan terkucil. Padahal dukungan dan pengertian dari orang lain sangat mereka butuhkan untuk dukungan kesembuhannya.

Masalah terbesar bagi penderita hepatitis C adalah kepada siapa kita bisa mengatakannya (mengungkapkan). Jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa dia menyandang hepatitis C, jangan memberi tahu orang lain kecuali jika Anda sudah diizinkannya. Merusak kepercayaan akan mengakibatkan tekanan batin yang berat bagi penderita.

Di banyak negara maju, diskriminasi terhadap penyandang hepatitis C dianggap melanggar hukum. Termasuk juga di lapangan kerja. Penyandang hepatitis C tidak perlu memberi tahu keadaannya kepada siapapun, kecuali untuk pengajuan asuransi atau jika ingin donor darah.

Petugas kesehatan juga tidak diperbolehkan mengungkapkan keadaan kesehatan Anda kepada siapapun tanpa persetujuan Anda.

Article Resources
  • http://mhahs.org.au/index.php/id/hepatitis/hepatitis-c-what-you-need-to-know

17 Mei 2018

Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan Flu (Influenza)

Flu

Flu atau influenza adalah infeksi menular saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus yang dapat menyebabkan gejala-gejala berat, bahkan komplikasi yang mengancam jiwa, termasuk pneumonia.

Flu berbeda dengan pilek. Virus yang menyebabkan flu juga berbeda dengan pilek. Gejala pilek biasanya lebih ringan, sedangkan gejala flu cenderung lebih parah. Flu menular melalui kontak dengan cairan dari batuk dan bersin penderitanya.

Gejala flu

Gejala paling umum dari flu adalah:
  • demam tinggi secara tiba-tiba (38°C atau lebih)
  • batuk kering
  • nyeri tubuh (terutama di kepala, pinggang, dan kaki)
  • merasa sangat lemah dan lelah (dan tidak ingin beranjak dari tempat tidur).

Gejala lain yang dapat menyertai flu:
  • panas dingin
  • sakit di belakang mata
  • hilang nafsu makan
  • sakit tenggorokan
  • hidung meler atau tersumbat.

Flu lebih mungkin terjadi pada orang yang telah melakukan kontak dengan orang lain yang sudah terkena flu.

Untuk menentukan secara pasti apakah seseorang terkena flu atau bukan, hanya dapat dikonfirmasi oleh pemeriksaan laboratorium dengan pengambilan usapan hidung dan tenggorokan. Tapi untuk mengobatinya, kurang diperlukan pemeriksaan laboratorium karena bentuk pengobatan untuk penyakit seperti flu terbilang sama.

Perjalanan gejala flu

Gejala flu bisa muncul sangat cepat dan bisa berlangsung selama beberapa minggu. Pola gejala flu biasanya seperti ini:
  • Hari ke 1–3: Tiba-tiba demam, sakit kepala, nyeri otot dan lemah, batuk kering, sakit tenggorokan dan kadang hidung tersumbat.
  • Hari ke 4: Demam dan nyeri otot berkurang. Serak, tenggorokan sakit atau kering, batuk dan kemungkinan rasa tidak nyaman di dada. Penderita akan merasa lemah.
  • Hari ke 8: Gejala menurun. Batuk dan lemah bisa berlangsung satu hingga dua minggu atau bahkan lebih.

Komplikasi flu

Dalam beberapa kasus, komplikasi dan penyakit berat akibat flu seperti pneumonia dan bronkitis dapat berkembang, yang dapat mengakibatkan penderita harus dirawat inap atau hingga menyebabkan kematian.

Flu juga bisa membuat penyakit/kondisi yang ada saat ini pada Anda menjadi bertambah parah. Orang-orang yang berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi berat akibat flu, diantaranya:
  • wanita hamil
  • orang tua usia  di atas 65 tahun
  • balita
  • orang dengan kondisi medis kronis.

Mencegah flu

Selain dengan menjaga tubuh tetap sehat agar sistem kekebalan tubuh optimal, langkah lainnya untuk mencegah flu adalah dengan vaksinasi tahunan. Vaksinasi ini tidak 100 persen efektif tetapi memberikan tingkat perlindungan yang tinggi dan dapat mengurangi gejala pada mereka yang terkena flu.

Orang masih dapat menularkan virus flu hingga tujuh hari setelah ia sakit, jadi dengan menghindari kontak dengan penderita flu akan menghindari penularannya.

Jika terkena flu

Orang-orang yang secara umum sehat tidak perlu berobat ke dokter karena flu. Sistem kekebalan tubuh mereka sendiri yang akan melawan infeksi, dan gejalanya akan hilang dengan sendirinya.

Jika terserang flu, beristirahatlah, konsumsi cukup cairan, dan atasi gejala yang muncul. Ini akan membantu kecepatan pemulihan dan mencegah dehidrasi.

Tapi segera ke dokter jika mengalami salah satu dari gejala berikut:
  • sulit bernafas
  • sakit dada
  • sakit kepala mendadak
  • kebingungan / diosrientasi
  • muntah hebat
  • demam dengan ruam.

Pengobatan flu

Flu adalah infeksi akibat virus, sehingga antibiotik tidak diperlukan karena tidak akan membantu.

Obat antiviral atau anti virus, jika diberikan di dua hari pertama gejala muncul, dapat mempersingkat lamanya flu. Namun, ini harus diresepkan oleh dokter.

Dekongestan dan obat pereda nyeri biasa dapat membantu tubuh dan hidung lebih baik sementara sistem kekebalan tubuh melawan infeksi.

Perawatan di rumah untuk flu

Yang terbaik dilakukan ketika terkena flu adalah:
  • Istirahat - penderita biasanya akan merasa sangat lemah dan lelah hingga suhu tubuhnya normal kembali (sekitar tiga hari), dan istirahat akan memberikan kenyamanan dan memberikan energi bagi sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
  • Tetap di rumah - jangan bekerja, atau sekolah dan hindari kontak dengan orang lain. Masa penularan flu oleh orang dewasa biasanya selama 3-5 hari sejak gejala pertama muncul, dan selama 7 hari pada remaja dan anak-anak.
  • Minum banyak cairan - cairan ekstra diperlukan tubuh untuk menggantikan carian yang hilang karena demam (karena berkeringat). Jika urin terlihat gelap, berarti anda kurang cairan.

Tips lain untuk mempercepat kesembuhan

Yang dapat dilakukan agar flu sembuh lebih cepat:
  • Gunakan obat pereda nyeri biasa seperti parasetamol atau ibuprofen, untuk meredakan nyeri otot dan menurunkan demam.
  • Jangan berikan obat apa pun yang mengandung asam asetilsalisilat (asetosal) untuk anak di bawah usia 18 tahun karena flu. Kombinasi flu dan aspirin pada anak-anak telah diketahui menyebabkan sindrom Reye - kondisi serius yang mempengaruhi sistem saraf dan hati.
  • Antibiotik tidak berguna melawan flu karena flu disebabkan oleh virus, sedangkan antibiotik melawan bakteri. Namun, dokter bisa saja meresepkan antibiotik terjadi komplikasi infeksi bakteri atas flu Anda.
  • Kumur-kumur dengan air hangat dapat membantu meredakan sakit tenggorokan. Mengisap permen bebas gula atau pelega tenggorokan juga membantu.
  • Selain  mandi air hangat, botol berisi air panas atau bantal pemanas dapat membantu meredakan nyeri otot.
  • Gunakan tetes hidung atau semprotan saline untuk membantu mengatasi hidung yang tersumbat. Dekongestan ini membantu mengecilkan pembuluh darah yang membengkak di hidung.
  • Jangan merokok - ini akan mengiritasi saluran napas Anda yang rusak.
  • Cobalah menghirup udara hangat dan lembab. Masukkan air mendidih ke dalam mangkuk di atas meja. Taruh kepala Anda di atas mangkuk dengan handuk di atas kepala Anda dan hirup udara hangat hingga 20 menit. Jangan menambahkan apapun ke dalam air.

Article Resources
  • https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/ConditionsAndTreatments/flu-influenza

11 November 2017

Hepatitis B: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Hepatitis B

Definisi Hepatitis B

Gejala utama penyakit hepatitis adalah pembengkakan pada hati, yang disebabkan infeksi oleh virus hepatitis. Hepatitis terdiri dari beberapa jenis, namun yang umum adalah hepatitis A, B, dan C. Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV).

Hepatitis B adalah penyakit menular yang sangat umum. Dengan persentase sebesar 5% dari total populasi dunia telah terinfeksi. Sedikit saja darah sudah cukup sebagai media virus untuk memasuki tubuh seseorang melalui luka kecil atau selaput lendir.

Penyebab Hepatitis B

Hepatitis B ditularkan melalui kontak darah atau cairan tubuh lainnya (darah, air mani, cairan vagina).

Cara penularan primer hepatitis B: kontak darah atau cairan

  • Hubungan seks dengan orang yang terinfeksi hepatitis B.
  • Penggunaan jarum suntik berulang atau tidak steril.
  • Tato dengan menggunakan peralatan yang tidak steril.
  • Penularan dari ibu ke bayi ketika melahirkan (transmisi perinatal).

Risiko penularan akan meningkat jika:

  • Tinggal di rumah yang sama dengan orang yang terinfeksi hepatitis B.
  • Menggunakan sikat gigi, pisau cukur, gunting kuku dll. yang juga dipakai oleh orang yang terinfeksi hepatitis B.
  • Bekerja sebagai petugas kesehatan atau pekerja sosial (melalui kontak cairan tubuh).

Penularan jarang pada kondisi atau kegiatan:

  • Dialisis ginjal dan transfusi darah.
  • Bepergian ke area yang berisiko hepatitis B.

Gejala Hepatitis B

Ada istilah masa inkubasi, yakni interval waktu antara dimulainya infeksi hingga munculnya gejala. Masa inkubasi hepatitis B berkisar antara 30 sampai 180 hari, namun yang umum adalah sekitar 75 hari.
  • Gejalanya beragam.
  • Hampir dua pertiga orang dewasa, dan bayi dan anak-anak pada umumnya, tidak menunjukkan gejala yang berarti.
  • Fase awal penyakit hepatitis B ditandai dengan gejala yang tidak spesifik, seperti kurang nafsu makan, mual dan muntah, nyeri otot dan sendi, urin berwarna gelap, dan demam ringan.
  • Pada fase lanjutan, muncul jaundice (kuning) yang dapat terjadi pada: kulit tubuh, selaput lendir, dan konjungtiva mata. Kuning ini disebabkan karena pelepasan pigmen empedu dari darah ke jaringan tubuh. Kuning akan mencapai puncaknya setelah 1-2 minggu, biasanya diikuti dengan perbaikan gejala.
  • Hampir 1% orang dewasa meninggal karena gagal hati akut.
  • Mayoritas orang dewasa (90%) dengan hepatitis B sembuh dari penyakit ini dan kebal selamanya.
  • Sektiar 5% hingga 10% orang yang terinfeksi hepatitis B, berubah menjadi hepatitis kronis. 

Hepatitis B seringkali tidak menunjukkan gejala yang parah: seperti lemah, nyeri sendi dan otot, dan kadang nyeri di bawah tulang rusuk di sisi kanan. Padahal jika tidak ditangani, penyakit ini dapat terus berkembang di dalam tubuh sehingga menyebabkan fibrosis hati, yang memiliki keterkaitan dengan gagal hati atau kanker hati.

Diagnosis Hepatitis B

  • Riwayat kesehatan dan gejala-gejala yang terjadi saat ini.
  • Tiga pemeriksaan darah dapat dilakukan, yakni untuk: menentukan antigen virus (protein virus), menentukan antibodi terhadap virus, identifikasi DNA virus (asam deoksiribonukleat), yaitu materi genetik virus.
  • Tes fungsi hati.

Pengobatan Hepatitis B

Hepatitis B akut

  • Pengobatan simptomatik: istirahat, menghindari makanan dan minuman atau obat-obatan yang dapat berdampak buruk pada hati, dan diet rendah lemak.

Asimptomatik hepatitis B kronis

  • Pemeriksan medis rutin.
  • Menghindari obat-obatan yang dapat meracuni hati.
  • Jika tidak diobati, sirosis hati (jaringan parut hati) atau kanker hati bisa terjadi. Maka perlu perawatan yang tepat.

Obat medis

  • Virostatik: mencegah perkembangbiakan virus hepatitis di dalam tubuh. Sekitar 60% pasien merespon pengobatan ini dengan baik.
  • Interferon: diberikan secara subkutan, sepertiga pasien merespon pengobatan ini dengan baik.

Operasi

  • Sirosis hati stadium akhir, transplantasi hati mungkin masih bisa menjadi solusi.

Kemungkinan Komplikasi Hepatitis B

Infeksi hepatitis D mungkin juga dapat terjadi bersamaan dengan hepatitis B. Namun virus hepatitis D hanya bisa berkembang biak jika virus hepatitis B berkembang biak dengan baik. Jika hepatitis B dan D terjadi secara bersamaan, maka risiko sirosis hati atau kanker hati semakin tinggi.

Tidak ada pengobatan dasar untuk hepatitis B. Pengobatan hepatitis B murni untuk mengatasi gejalanya dan mencegah komplikasinya. Yang penting adalah gizi cukup, istirahat, pantangi alkohol, dan menghindari makanan dan minuman, dan obat-obatan yang beracun bagi hati, serta pemeriksaan rutin sesuai yang dijadwalkan dokter.

Mencegah Hepatitis B

  • Vaksinasi hepatitis B. Vaksin hepatitis B telah ada sejak tahun 1982. Vaksin ini 95% efektif dalam mencegah infeksi dan perkembangan penyakit kronis dan kanker hati karena hepatitis B. Lamanya kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi hepatitis B belum diketahui secara pasti, namun data eksperimen menunjukkan bahwa kekebalan dapat diperoleh seumur hidup jika produksi antibodi tubuh juga memadai. 
  • Setia pada pasangan.
  • Tidak menggunakan jarum suntik secara berulang.
  • Tidak menggunakan alat-atat higiene pribadi, seperti sikat gigi dan gunting kuku secara bersama-sama.

Article Resources
  • Rayur. Hepatitis B. Definition, Causes, Symptoms, Diagnosis, Treatment And Prevent http://www.rayur.com/hepatitis-b-definition-causes-symptoms-diagnosis-treatment-and-prevent.html
  • WHO. Hepatitis B. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/