26 September 2015

Memahami Bahaya Radikal Bebas dan Manfaat Antioksidan

Radikal bebas

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat banyak menggunakan bahan kimia, tanpa menyadari bahaya dan dampak buruk bahan kimia tersebut. Misalnya, penggunaan asbes sebagai bahan untuk langit-langit, dan atap rumah, hal ini dilakukan karena harganya yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan genteng atau seng. Atau pemakaian formalin sebagai pembunuh kuman, untuk membersihkan lantai kapal dan gudang, serta pengawet bahan pakaian bahkan pengawet makanan. 

Demikian juga penggunaan obat-obatan anti serangga pada industri, serta penggunaan dalam bidang pertanian dan pertambangan. Rhodamin B sebagai zat warna yang digunakan pada pabrik kertas, tekstil, sabun kayu dan kulit, sering juga disalahgunakan sebagai campuran pengawet pada pembuatan terasi, sirup dan kerupuk agar terasa renyah dan sedap.

Bahan-bahan kimia berbahaya yang disebutkan diatas sangat mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa disadari asupan makanan yang mengandung bahan berbahaya tersebut dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang lama secara rutin akan menyebabkan rusaknya sel untuk selanjutnya menyebabkan kanker.

Kanker dan tumor banyak disepakati ilmuwan sebagai penyakit yang diawali oleh adanya mutasi gen atau DNA sel. Radikal bebas dan reaksi oksidasí berantai berperan penting pada proses mutasi ini.

Radikal bebas

Radikal bebas adalah suatu molekul yang relatif tidak stabil, memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya. Karena molekulnya yang tidak stabil maka radikal bebas akan selalu berusaha mencari pasangan elektron, namun dengan cara yang radikal, yakni merebut pasangan elektron dan molekul lain. Karena itulah radikal bebas juga disebut sebagai Reactive Oxygen Species (ROS).

Radikal bebas jika sudah terbentuk di dalam tubuh maka akan mengakibatkan timbulnya reaksi berantai dan menciptakan radikal bebas baru yang jumlahnya akan terus bertambah.

Sumber-sumber radikal bebas

Radikal bebas dapat berasal dari luar maupun dari dalam tubuh.

Radikal bebas dari dalam tubuh (endogen)

Radikal bebas ini diproduksi sendiri oleh tubuh (endogen). Berupa senyawa yang sebenarnya berasal dari proses biologi normal. Untuk radikal bebas ini sebenarnya tubuh kita secara normal telah mempunyai penangkalnya, yakni berupa enzim, antara lain enzim superoksida dismutase (SOD) dan glutation peroksidase (disebut juga antioksidan enzimatis).

Enzim SOD akan mengubah oksigen yang reaktif itu menjadi H202 yang selanjutnya enzim glutation peroksidase akan mengubahnya menjadi air. Antioksidan enzimatis endogen ini pertama kali dikemukakan oleh J.M. Mc Cord dan Fridovich (ilmuwan Amerika pada 1968) yang menemukan enzim antioksidan alami dalam tubuh manusia dengan nama superoksida dismutase (SOD). Hanya dalam waktu singkat setelah teori tersebut disampaikan, selanjutnya ditemukan enzim-enzim antioksidan endogen lainnya seperti glutation peroksidase dan katalase yang mengubah hidrogen peroksidase menjadi air dan oksigen.

Radikal bebas dari luar tubuh (eksogen)

Radikal bebas ini banyak terdapat dalam asap rokok, hasil pembakaran kendaraan bermotor, paparan dan sinar ultraviolet yang berlebihan. Sebenarnya radikal bebas juga memiliki sifat baik bagi tubuh. Pada kadar tertentu, radikal bebas diperlukan oleh tubuh kita untuk sistem kekebalan tubuh untuk melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh akan menghancurkan kuman dengan bantuan radikal bebas.

Bahaya radikal bebas

Jika tubuh membentuk radikal bebas dalam jumlah berlebihan dan diperparah oleh kondisi lingkungan yang tidak baik (misalnya polusi) maka tubuh tidak akan mampu lagi menetralisir efeknya sehingga terjadi kerusakan jaringan. Akibatnya sel akan rusak, mati, bahkan terjadi mutasi.

Bahaya lain yang ditimbulkan oleh radikal bebas adalah jika ia bereaksi dengan low-density lipoprotein (LDL), yakni kolesterol yang dikenal sebagai faktor risiko penyakit jantung. Pada saat itulah kita perlu mendapatkan asupan antioksidan yang cukup untuk menangkal efek buruk radikal bebas.

Antioksidan

Antioksidan dapat didefinisikan sebagi senyawa yang bekerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif dan membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif stabil. Tetapi bila ditinjau dari keterkaitan radikal bebas dan penyakit, maka akan lebih sesuai jika antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas.

Sumber antioksidan dalam makanan


Vitamin C (asam askorbat)

Vitamin C bersifat mudah dioksidasi, artinya vitamin C dapat menghambat reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh dengan cara bertindak sebagai antioksidan. Beberapa sumber makanan yang kaya akan vitamin C, antara lain brokoli, stroberi dan tomat.

Beta karoten (pro-vitamin A)

Beta karoten bekerja dengan cara menstabilkan membran sel dan mempertahankan konsentrasi enzim glutation peroksidase. Beta karoten banyak terdapat di dalam wortel, kentang, pepaya dan labu.

Vitamin E (tokoferol)

Sama seperti beta karoten, vitamin E juga bekerja dengan cara menstabilkan membran sel dan mempertahankan konsentrasi enzim glutation peroksidase. Vitamin E akan disimpan tubuh di dalam jaringan adiposa. Vitamin E dapat diperoleh dari minyak nabati, terutama minyak kecambah, kacang-kacangan, gandum dan sayuran hijau.

Likopen (lycopene)

Likopen mampu mencegah radikal bebas agar tidak berkeliaran mencari asam lemak tidak jenuh di dalam sel. Likopen banyak terkandung di dalam tomat. Penduduk negara Mediterania, seperti Italia, Yunani dan Spanyol memiliki tradisi mengkonsumsi tomat. Studi epidemiologi di beberapa wilayah di Italia dan Yunani menunjukkan angka kejadian rendah penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara, kolon, dan prostat.

Struktur likopen berubah menjadi senyawa nonpolar yang lebih mudah larut dalam minyak. Tradisi masakan Mediterania yang umum berbahan tomat dan dimasak dengan minyak zaitun (olive oil) ternyata menghasilkan pelepasan likopen secara optimal dan membuat penyerapannya menjadi lebih efisien.

Lutein dan zeasantin

Sama halnya seperti likopen, lutein dan zeasantin juga termasuk dalam golongan senyawa carotenoidterpenoid. Keduanya memiliki kerja yang sama dengan likopen. Senyawa ini banyak terkandung di dalam bayam, tomat dan wortel, serta ikan salmon.

Kuersentin

Kuersentin merupakan kelompok senyawa flavonoid, kuersentin menunjukkan aktivitasnya untuk menghambat reaksi oksidasi low-density lipoprotein (LDL) secara invitro. Kuersentin banyak terdapat di dalam tomat, teh, anggur dan bawang.

Selenium

Selenium merupakan salah satu mineral yang terdapat dalam jumlah kecil di dalam tubuh namun sangat dibutuhkan. Selenium telah terbukti dapat menurunkan angka kejadian kanker prostat. Tetapi harus diingat bahwa penggunaan selenium dalam dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan. Jadi penggunaan selenium harus dengan dosis yang tepat. Secara alami, selenium banyak terdapat dalam ikan, kerang, dagìng, telur, dan biji bunga matahari.

Dosis antioksidan

Suplemen vitamin saat ini banyak beredar di pasaran dalam berbagai dosis. Namun perlu diketahui bahwa hingga saat ini para ahli masih sulit memastìkan berapa komposisi yang seimbang antara radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh. Kadar antioksidan yang tinggi pada suatu makanan atau minuman tidak selalu akan disimpan tubuh dalam kadar yang tinggì pula. Semua tergantung pada bagaimana tubuh menyerap dan menggunakan antioksidan tersebut.

Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang paling banyak dikonsumsi. Berdasarkan hasil studi epidemiologi dìtunjukkan asupan vìtamin E lebih dari 400 IU sehari akan meningkatkan risiko kematian dan harus dihindari. Sementara dosis konsumsi vitamin E bagi orang dewasa normal cukup 8-10 IU per hari.

Umumnya, produk suplemen vitamin C dan E yang dijual saat ini berdosis relatif tinggì. Beberapa produk mengandung vitamin C 1.000 mg per tablet. Padahal, kecukupan gizi vitamin C perhari bagì orang dewasa normal, adalah hanya sekitar 60-75 mg perhari atau sudah dapat tercukupi dengan asupan makanan sehari-hari. Untuk mereka yang tìnggal di kota besar yang penuh polusi dan hìdup díbawah tekanan, dosis 500 mg bisa diterima.

Kadar vitamin C yang berlebih dapat membuat vitamin C yang semula bersifat antioksidan menjadi prooksidan. Mekanismenya di dalam tubuh sebagai berikut, vitamin C sebagai antioksidan akan menangkap (scavenging) radikal bebas. Setelah bereaksi dengan radikal bebas, vitamin C akan menjadi vitamin C radikal, yang sifatnya cukup reaktif seperti radikal bebas. Vitamin C radìkal juga dapat merusak sel, seperti yang dilakukan radikal bebas. Karena itu, vitamin C radikal tersebut akan dinetralisir oleh glutation, sehìngga vitamin C yang radikal menjadi stabil kembali. Tetapi sebaliknya, ketika kadar vitamin C dalam tubuh berlebihan, meski sebagian dapat larut bersama urin, vitamin C radikal dalam tubuh dalam jumlah tinggi akan sulit dinetralkan oleh glutation. Akìbatnya, vitamin C radikal akan berkeliaran merusak jaringan sel.

Kadar vitamin E yang berlebihan dalam tubuh juga akan melahirkan vitamin E radikal. Selain itu, vitamin E bersifat akumulatif dalam jaringan adiposa sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan keracunan. Beberapa ahli juga mengkhawatirkan vitamin E berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan darah sulit membeku jika terjadi luka, karena vitamin E berfungsi sebagai antikoagulan (anti-pembekuan darah).

Seperti yang direkomendasikan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, lebih baik mengonsumsi langsung bahan makanan yang mengandung antioksidan daripada menggantungkan diri dengan suplemen. Sebab, melalui makanan langsung, risiko overdosis sangat kecil. Jadi, intinya dengan mengonsumsi buah-buahan dan sayuran setiap hari, kebutuhan antioksidan akan terpenuhi dan Anda akan tetap sehat.

Article Resources
  • Antioksidan (Mediakom) oleh Nyoman Fitri, S.Si. Apt. Puslitbang Biomedis dan Farmasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI