18 Oktober 2014

Penyebab dan Pengobatan Infertilitas pada Pria

Sperma normal dan abnormal

Infertilitas atau ketidaksuburan merupakan masalah umum yang mempengaruhi sekitar 10-15% pasangan. Sepertiga masalah infertilitas pada pasangan terkait dengan masalah reproduksi pria. Sangatlah penting bagi seorang pria untuk segera mencari penyebab infertilitas dan mengobatinya. Kabar baiknya, sekarang sudah banyak prosedur medis canggih dan obat-obatan terbaik sehingga meningkatkan peluang penyembuhan infertilitas pria.

Kondisi normal

Kesuburan seorang pria tergantung dari produksi sperma dan kemampuan untuk mengirimkannya ke organ reproduksi pasangan. Proses ini dimulai dari spermatogenesis atau pengembangan sperma di testis. Sel sperma (spermatozoa) diproduksi melalui proses pembelahan sel rumit yang terjadi selama beberapa bulan. Setelah terbentuk, sperma kemudian meninggalkan testis untuk kemudian disimpan di dalam epididimis dimana disana mereka akan berkembang. Sperma kemudian didorong saat ejakulasi melalui vas deferens dan uretra untuk menuju ke organ reproduksi wanita.

Apa itu infertilitas pada pria?

Infertilitas pada pria adalah kondisi kelemahan pria untuk membuat pasangan wanitanya hamil. Masalah yang paling umum dijumpai terkait hal ini adalah soal produksi sperma yang minim atau kualitasnya yang buruk atau tidak mampu mengirimkannya ke organ reproduksi pasangan.

Penyebab infertilitas pada pria

Banyak faktor yang menjadi penyebab infertilitas pada pria, seperti kecacatan struktural dalam sistem reproduksi, kekurangan hormon, penyakit atau bahkan trauma yang mempengaruhi kesuburan seorang pria. Beberapa penyebab infertilitas pria yang paling umum adalah:

Masalah pada sperma

Terdapat masalah dengan produksi dan pengembangan sperma. Ini merupakan masalah infertilitas pria yang paling umum. Kualitas sperma mungkin buruk, bentuknya abnormal atau tidak mampu bergerak dengan benar. Atau pria tersebut memproduksi sperma normal namun jumlahnya rendah (oligospermia) atau tidak mampu memproduksi sperma sama sekali (azoospermia).

Varikokel

Pembesaran vena skrotum terjadi hampir pada 16 persen pria namun lebih umum terjadi pada 40 persen pria infertil. Varikokel mudah ditemukan saat pemeriksaan fisik, dan ini termasuk penyebab infertilitas pria yang dapat diperbaiki.

Ejakulasi retrograde

Ejakulasi retrograde terjadi apabila air mani (semen) terdorong mundur ke kandung kemih, bukannya keluar dari kelamin. Hal ini disebabkan oleh kegagalan saraf dan otot di leher kandung kemih untuk menutup selama proses ejakulasi. Ejakulasi retrograde dapat disebabkan karena operasi sebelumnya, obat-obatan atau penyakit yang mempengaruhi sistem saraf. Gejala-gejala kondisi ini yakni urin yang berwarna keruh setelah ejakulasi dan ejakulasi yang "kering".

Infertilitas imunologik

Dipicu oleh respon imunologi pria terhadap spermanya sendiri, biasanya disebabkan karena cedera, pembedahan atau infeksi. Dalam menyerang sperma, antibodi tubuh ini akan menghambat gerakan dan fungsi normal sperma. Meski para peneliti belum memahami mengapa antibodi merusak kesuburan, namun mereka tahu bahwa antibodi ini dapat membuat sperma lebih sulit berenang menuju rahim dan menembus sel telur wanita.

Obstruksi

Saluran sperma yang terblokir. Blokiran ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti karena infeksi berulang, pembedahan sebelumnya (termasuk vasektomi), peradangan atau masalah tumbuh kembang. Setiap bagian dari saluran reproduksi pria, seperti vas deferens atau epididimis dapat terblokir, menghambat jalur normal sperma dari testis ke uretra, dimana dari sana ia akan meninggalkan tubuh saat ejakulasi.

Hormon

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bertanggungjawab merangsang testis untuk memproduksi sperma. Karena itu, ketika kadarnya sangat rendah, maka sperma kualitas buruklah yang akan diproduksi.

Genetik

Genetik memainkan peran sentral dalam kesuburan, utamanya karena sperma membawa setengah campuran DNA ke sel telur pasangannya. Kelainan pada struktur dan jumlah kromosom juga berdampak pada kesuburan.

Obat-obatan

Jenis obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi produksi dan fungsi sperma dan ejakulasi. Obat-obat tersebut biasanya adalah obat diresepkan untuk mengatasi kondisi seperti arthritis, depresi, masalah pencernaan, infeksi, hipertensi dan kanker (kemoterapi).

Mendiagnosis infertilitas pada pria

Diagnosis dimulai dengan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lengkap, dan biasanya diikuti dengan pemeriksaan air mani. Sampel air mani dimasukkan ke dalam wadah steril, dokter kemudian akan melihat volume, konsentrasi, gerakan dan struktur spermatozoa.

Jika analisa air mani menunjukkan jumlah sperma yang rendah, atau bahkan tidak ada sama sekali, itu bukan berarti infertilitas absolut. Nilai-nilai yang rendah dari variabel di atas bisa saja hanya menunjukkan adanya masalah pada perkembangan atau pengiriman sperma.

Dokter mungkin juga akan memeriksa Anda dengan USG transrectal, sebuah tes pencitraan yang menempatkan probe ke dalam anus guna memancarkan gelombang suara frekuensi tinggi di dekat saluran ejakulasi. Tes ini akan membantu dokter menentukan apakah struktur ini normal atau terblokir oleh kista, kalsifikasi (akumulasi kalsium) atau karena penyumbatan lainnya.

Biopsi testis digunakan ketika analisa air mani menunjukkan angka sperma sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Tes ini dilakukan di ruang operasi dengan anestesi umum atau lokal melalui sayatan kecil pada skrotum. Tes ini juga dapat dilakukan di klinik-klinik khusus dengan menggunakan jarum yang dimasukkan melalui kulit di atas testis yang sudah dianestesi. Sepotong jaringan dari setiap testis akan diambil untuk dianalisa di laboratorium dengan mikroskop. Biopsi ini dilakukan untuk dua tujuan, yaitu menentukan penyebab infertilitas, dan untuk mengambil sperma untuk digunakan membantu reproduksi.

Selain analisa air mani, dokter mungkin juga akan melakukan tes profil hormonal untuk melihat kemampuan testis Anda dalam memproduksi sperma. Misalnya follicle-stimulating hormone (FSH) adalah hormon hipofisis yang bertanggung jawab merangsang testis dalam memproduksi sperma. Tingginya kadar FSH mungkin menunjukkan bahwa hipofisis sedang berusaha merangsang testis untuk memproduksi sperma meskipun tidak ada respon.

Pengobatan infertilitas pada pria

Pengobatan infertilitas pada pria tergantung dari penyebabnya. Dalam beberapa kasus infertilitas yang parah, mungkin tidak ada lagi perawatan medis yang efektif. Namun, ada kombinasi obat, pembedahan dan teknik reproduksi bantuan yang tersedia untuk mengatasi banyak masalah kesuburan pada pria. Pilihannya antara lain::

Pembedahan

Varikokelektomi seringkali diterapkan untuk memperbaiki varikokel. Penelitian menunjukkan bahwa perbaikan ini akan meningkatkan gerakan, konsentrasi dan struktur sperma. Dalam beberapa kasus, obstruksi yang menyebabkan infertilitas juga dapat diatasi melalui pembedahan.

Obat-obatan

Obat merupakan kunci dalam mengatasi ejakulasi retrograde dan infertilitas imunologik. Selain itu, kekurangan hormon hipofisis juga dapat diatasi dengan obat-obatan seperti clomiphene atau gonadotropin.

Jika teknik ini gagal, ahli kesuburan memiliki berbagai teknik reproduksi bantuan berteknologi tinggi yang mampu membuat konsepsi atau pembuahan tanpa hubungan seksual. Beberapa metode dapat diambil namun tergantung dari penyebab infertilitas Anda, antara lain:
  • Intrauterine insemination (IUI): Dengan menempatkan sperma langsung ke rahim melalui kateter khusus. IUI seringkali berhasil untuk mengatasi masalah infertilitas terkait jumlah dan gerakan sperma, ejakulasi retrograde, infertilitas imunologik dan penyebab lainnya.
  • In vitro fertilization (IVF): Mengacu pada pembuahan yang terjadi diluar tubuh, yaitu di laboratorium. Di sana, sel telur pasangan wanita akan digabungkan dengan sperma. Untuk melakukan IVF, ovarium harus dirangsang agar banyak sel telur matang yang bisa diambil, biasanya dengan obat kesuburan. Setelah 48 sampai 72 jam inkubasi, telur yang sudah dibuahi (embrio) kemudian dimasukkan ke dalam rahim dan selanjutnya terjadi kehamilan normal. IVF seringkali diterapkan pada pria dengan oligospermia atau wanita infertil dengan gangguan penyumbatan tuba falopi.
  • Intracytoplasmic sperm injection (ICSI): Merupakan varian dari IVF. Prosedur ini merupakan revolusi pengobatan untuk pria dengan infertilitas berat. Satu sperma langsung disuntikkan ke dalam sel telur dengan jarum mikroskopis dan kemudian setelah dibuahi, ditransfer ke rahim pasangan. Dokter akan menerapkan ICSI jika Anda memiliki kualitas air mani yang sangat buruk atau kurangnya jumlah sperma dalam air mani yang disebabkan karena obstruksi atau kegagalan testis.

Pertanyaan-pertanyaan terkait infertilitas pria

Penyakit apa yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria?

Berbagai penyakit ginjal hingga kanker testis dapat menyebabkan infertilitas pada pria. Kondisi sistemik dan gangguan metabolisme, termasuk demam biasa dan infeksi juga dapat mengganggu perkembangan sperma. Selain itu, penyakit menular seksual (PMS) dapat menyebabkan obstruksi dan jaringan parut pada saluran reproduksi. Sementara itu, kondisi genetik seperti cystic fibrosis juga dapat menyebabkan jumlah sperma berkurang. Karena banyaknya jenis penyakit yang dapat menjadi faktor infertilitas, maka sangat penting bagi masing-masing pasangan untuk mengetahui riwayat medis masing-masing pasangan.

Apakah rokok mempengaruhi air mani?

Ya. Penelitian menunjukkan bahwa dampak merokok akan mempengaruhi sperma. Kebiasaan merokok dapat mengurangi ukuran dan pergerakan sel-sel sperma dan juga menimbulkan kerusakan pada kandungan DNA sperma.

Apakah penggunaan steroid untuk membentuk tubuh (body building) akan menyebabkan infertilitas?

Ya. Menggunakan steroid baik secara oral maupun suntikan dapat menghentikan produksi hormon yang diperlukan untuk memproduksi sperma.

Apakah analisa sperma atau teknik pemeriksaan lainnya akan membuat pasangan mengandung bayi dengan cacat lahir?

Belum tentu. Risiko hamil bayi cacat lahir pada pasangan yang berusaha memperoleh anak dengan perawatan kesuburan sama dengan pasangan normal. Meskipun begitu, beberapa jenis gangguan (terutama kelainan genetik) yang menyebabkan infertilitas juga dapat menyebabkan peningkatan risiko mengandung anak yang cacat lahir. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa pasangan perlu melakukan evaluasi dan konseling secara menyeluruh sebelum melanjutkan dengan perawatan atau teknik reproduksi lainnya.