30 Oktober 2013

Mengenal Halitosis, Penyebab dan Penanganannya

Halitosis

Masalah bau mulut merupakan masalah yang dialami banyak orang terutama saat usia dewasa. Keluhan ini sangat menggangu karena memiliki dampak yang tidak menyenangkan ketika harus berinteraksi secara sosial, dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa percaya diri yang rendah dan stress.

Dalam dunia medis, keluhan bau mulut dikenal dengan istilah halitosis. Halitosis sendiri ada yang bersifat fisiologis (wajar) dan patologis (tidak wajar). Halitosis yang bersifat fisiologis tidak membutuhkan perawatan khusus. Contoh dari halitosis fisiologis adalah morning breath, yaitu bau nafas pada saat bangun pagi. Bau nafas pada kondisi ini disebabkan tidak aktifnya otot-otot di rongga mulut dan berkurangnya aliran saliva (air ludah) ketika tidur. Hal ini dapat diatasi dengan hanya mengunyah, berkumur atau menyikat gigi.

Sedangkan pada halitosis bersifat patologis, ada faktor penyebab timbulnya bau mulut yang harus diatasi secara khusus agar keluhan ini hilang. Secara umum, penyebab timbulnya halitosis dibedakan menjadi intraoral (faktor penyebabnya bersumber dari dalam rongga mulut) dan ekstraoral (penyebab bukan berasal dari rongga mulut). 90% halitosis bersumber dari rongga mulut, sedangkan 10% sisanya bersumber dari faktor lain, seperti infeksi di hidung dan rongga sinus, gangguan lambung, atau pada individu dengan diabetes melitus, gagal ginjal dan gangguan hati.

Halitosis yang sumbernya berasal dari rongga mulut muncul akibat terbentuknya senyawa yang mengandung sulfur atau amonia yang merupakan hasil pemecahan sisa makanan oleh bakteri maupun sisa sel yang mati. Oleh karena itu, secara otomatis seluruh kondisi yang memudahkan terjadinya pemecahan sisa makanan oleh bakteri akan memicu timbulnya bau mulut. Beberapa kodisi yang menjadi faktor risiko munculya bau mulut ini adalah:
  1. Gigi yang berlubang. Lubang pada gigi akan meningkatkan risiko adanya sisa makanan pada rongga mulut dan infeksi oleh bakteri.
  2. Xerotomia/mulut kering. Kondisi ini ditandai dengan produksi saliva yang menurun, dan menyebabkan fungsi self cleansing rongga mulut oleh aliran saliva terganggu. Kondisi alkohol dan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan mulut kering.
  3. Pemasangan gigi tiruan yang kurang baik. Posisi gigi tiruan/palsu yang kurang baik akan memudahkan sisa makanan tertinggal dan mengalami pemecahan oleh bakteri.
  4. Peradangan pada gusi atau jaringan di sekitar gigi.
  5. Mengonsumsi makan tertentu, seperti bawang, telur, jengkol, dll. Namun halitosis akibat mengonsumsi makanan hanya bersifat temporer/sementara.
Jika memang seseorang itu mengalami halitosis dan faktanya ia memiliki gigi berlubang, maka kemungkinan besar hal itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya keluhan bau mulut. Pada kasus gigi berlubang ini, selain harus melakukan perawatan gigi dengan menambal bagian gigi yang berlubang tersebut, ada beberapa hal yang disarankan untuk menanganinya:
  1. Menyikat gigi dengan benar minimal 2 kali sehari.
  2. Menghindari kebiasaan yang kurang baik seperti menggigit kuku, mengisap jari, menggigit bibir atau menggigit semua hal lain yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.
  3. Menggunakan dental floss/benang gigi untuk membersihkan celah-celah gigi.
  4. Menggunakan obat kumur antiseptik, sebaiknya hindari yang mengandung alkohol.
Selain beberapa cara diatas, diet yang sehat juga dapat membantu mengurangi keluhan bau mulut. Konsumsi makan yang berserat dan konsumi banyak air putih dapat membantu membersihkan lidah dan rongga mulut. Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa konsumsi yogurt tanpa gula serta teh dapat mengurangi jumlah senyawa sulfur yang menyebabkan halitosis.

Demikian perihal penyebab dan penanganan halitosis. Semoga kita dapat terus memperoleh kenyamanan dalam berinteraksi dan menjalin hubungan dengan banyak orang.