16 April 2023

Parasomnia: Jenis, Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Tidur berjalan

Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan. Namun, terkadang tidur dapat menjadi momok yang menakutkan bagi beberapa orang. Bagi sebagian orang, tidur tidak hanya berarti mengistirahatkan tubuh, tetapi juga berarti mengalami kondisi yang disebut parasomnia.

Parasomnia adalah kondisi yang ditandai dengan perilaku atau aktivitas yang tidak normal selama tidur atau saat seseorang sedang tertidur. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang parasomnia, termasuk jenis-jenis, gejala, faktor risiko, pengobatan, dan cara mencegah terjadinya parasomnia. Dengan mengetahui lebih banyak tentang parasomnia, kita dapat lebih memahami kondisi ini dan mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan kita selama tidur.

Jenis-jenis parasomnia

Parasomnia adalah kondisi tidur yang dapat mempengaruhi perilaku atau aktivitas seseorang selama tidur atau saat tertidur. Berikut adalah beberapa jenis parasomnia yang umum terjadi:
  • Somnambulisme atau tidur berjalan: Somnambulisme adalah kondisi di mana seseorang berjalan atau melakukan aktivitas lain saat sedang tidur. Hal ini sering terjadi pada anak-anak dan remaja, meskipun dapat terjadi pada orang dewasa juga. Somnambulisme biasanya terjadi pada awal tidur atau selama tidur yang sangat dalam. Orang yang mengalami somnambulisme seringkali tidak menyadari tindakan mereka saat tidur dan bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain.
  • Teror malam atau night terror: Teror malam adalah kondisi di mana seseorang terbangun secara tiba-tiba dengan rasa takut atau cemas yang kuat selama tidur. Teror malam biasanya terjadi pada awal tidur dan seringkali disertai dengan detak jantung yang cepat, keringat dingin, dan kesulitan bernapas. Orang yang mengalami teror malam biasanya sulit untuk dibangunkan dan cenderung tidak ingat apa yang terjadi saat tidur.
  • Mimpi buruk atau nightmare: Mimpi buruk adalah mimpi yang sangat buruk dan menakutkan, yang dapat membangunkan seseorang dari tidur. Mimpi buruk dapat terjadi pada siapa saja dan seringkali disebabkan oleh stres atau kecemasan. Mimpi buruk dapat membuat seseorang merasa cemas, takut, atau sedih setelah terbangun dari tidur.
  • Bruxism atau gigi gemeretak: Bruxism adalah kondisi di mana seseorang menggemeretakkan gigi saat tidur. Bruxism dapat menyebabkan kerusakan pada gigi, sakit kepala, dan sakit rahang. Bruxism seringkali disebabkan oleh stres atau kecemasan.
  • REM sleep behavior disorder: REM sleep behavior disorder (RBD) adalah kondisi di mana seseorang melakukan gerakan atau aktivitas lain selama tahap tidur REM (Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM biasanya terjadi setelah tidur selama beberapa jam dan seringkali disertai dengan mimpi. Orang yang mengalami RBD biasanya terbangun dengan tiba-tiba setelah melakukan gerakan atau aktivitas selama tidur.
Itulah beberapa jenis parasomnia yang umum terjadi. Meskipun kondisi ini dapat mengganggu tidur dan kualitas hidup seseorang, kebanyakan parasomnia dapat diobati dan dikelola dengan tepat.

Gejala dan tanda-tanda parasomnia

Gejala dan tanda-tanda parasomnia dapat bervariasi tergantung pada jenis parasomnia yang dialami. Beberapa gejala umum yang mungkin muncul pada parasomnia antara lain:
  • Perilaku tidak normal selama tidur: Ini bisa termasuk tidur berjalan, berbicara atau menangis saat tidur, atau melakukan gerakan-gerakan yang tidak lazim saat tidur.
  • Mimpi buruk atau mimpi yang intens: Mimpi buruk atau mimpi yang intens dapat membangunkan seseorang dari tidur dan membuat mereka merasa takut, cemas, atau sedih.
  • Teror malam atau night terror: Teror malam biasanya terjadi pada awal tidur dan ditandai dengan tiba-tiba terbangun dengan rasa takut yang kuat, keringat dingin, detak jantung yang cepat, dan kesulitan bernapas.
  • Bruxism atau gigi gemeretak: Bruxism dapat menyebabkan sakit kepala, sakit rahang, dan kerusakan pada gigi.
  • Gangguan tidur lainnya: Parasomnia dapat menyebabkan gangguan tidur lainnya, seperti kesulitan tidur, terbangun terlalu awal, atau merasa sangat lelah saat bangun tidur.
Penting untuk diingat bahwa seseorang mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami parasomnia, terutama jika mereka tidur sendiri. Bagi orang yang tidur bersama dengan pasangan atau keluarga, mereka mungkin lebih menyadari perilaku atau aktivitas yang tidak normal selama tidur.

Faktor penyebab terjadinya parasomnia

Penyebab pasti terjadinya parasomnia belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor yang mungkin berkontribusi antara lain:
  • Gangguan tidur: Gangguan tidur seperti sleep apnea, insomnia, atau sindrom kaki gelisah dapat menyebabkan parasomnia.
  • Stres atau kecemasan: Stres atau kecemasan dapat memengaruhi kualitas tidur dan menyebabkan parasomnia.
  • Konsumsi obat-obatan atau alkohol: Obat-obatan atau alkohol dapat memengaruhi kualitas tidur dan menyebabkan parasomnia.
  • Faktor genetik: Beberapa jenis parasomnia dapat memiliki faktor genetik.
  • Penyakit atau gangguan medis: Beberapa kondisi medis seperti demensia, epilepsi, atau gangguan neurologis lainnya dapat menyebabkan parasomnia.
  • Perubahan lingkungan atau jadwal tidur: Perubahan lingkungan atau jadwal tidur yang tidak biasa, seperti bekerja malam atau perjalanan jarak jauh, juga dapat memicu parasomnia.
Meskipun faktor-faktor tersebut dapat berkontribusi terhadap parasomnia, penting untuk dicatat bahwa setiap individu mungkin memiliki pengalaman yang berbeda dalam mengalami parasomnia, dan tidak semua orang dengan faktor risiko tersebut akan mengalami parasomnia.

Ada pula beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami parasomnia, seperti usia. Parasomnia lebih umum terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi dapat terjadi pada semua usia. Selain itu, jenis kelamin juga mempengaruhi kejadian parasomnia, dimana beberapa jenis parasomnia lebih umum terjadi pada laki-laki daripada perempuan, seperti tidur berjalan.

Dampak parasomnia

Parasomnia dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Beberapa dampak yang mungkin terjadi akibat parasomnia antara lain:
  • Gangguan tidur: Parasomnia dapat mengganggu tidur seseorang dan mengurangi kualitas tidurnya, yang dapat menyebabkan kelelahan, kantuk, dan kesulitan berkonsentrasi saat bangun.
  • Cedera fisik: Beberapa jenis parasomnia, seperti sleepwalking dan night terrors, dapat menyebabkan cedera fisik pada diri sendiri atau orang lain, seperti jatuh atau terbentur.
  • Gangguan emosional: Parasomnia dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi akibat rasa tidak aman dan tidak nyaman saat tidur, serta rasa malu atau ketidaknyamanan setelah kejadian yang terkait dengan parasomnia.
  • Gangguan kesehatan mental: Beberapa studi menunjukkan bahwa parasomnia dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan dan depresi.
  • Gangguan kesehatan fisik: Parasomnia dapat menyebabkan gangguan kesehatan fisik lainnya, seperti migrain, sakit kepala, dan gangguan pencernaan.
  • Gangguan hubungan interpersonal: Parasomnia dapat menyebabkan masalah dalam hubungan interpersonal karena perilaku dan tindakan yang terkait dengan parasomnia, seperti sleep-talking atau night terrors, yang dapat membuat pasangan atau anggota keluarga merasa tidak nyaman atau khawatir.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala dan tanda-tanda parasomnia dan segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat agar dapat mengurangi risiko dampak yang mungkin terjadi.

Diagnosis dan pengobatan parasomnia

Diagnosis parasomnia melibatkan evaluasi medis oleh dokter, termasuk wawancara mengenai gejala dan pola tidur, pemeriksaan fisik, dan tes tidur. Dokter mungkin juga merujuk pasien untuk melakukan tes medis seperti elektroensefalogram (EEG), tes polisomnografi (PSG), atau tes genetik untuk menentukan jenis parasomnia yang dialami dan memastikan diagnosis yang akurat.

Pengobatan untuk parasomnia bervariasi tergantung pada jenisnya dan tingkat keparahannya. Beberapa pengobatan yang mungkin direkomendasikan termasuk:
  • Perubahan gaya hidup: Menghindari stimulan seperti kafein atau alkohol, menjaga jadwal tidur yang konsisten, dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan tenang dapat membantu mengurangi gejala parasomnia.
  • Terapi perilaku kognitif: Terapi ini melibatkan latihan untuk mengendalikan perilaku parasomnia dengan meningkatkan kesadaran saat terjaga dan memperbaiki kebiasaan tidur.
  • Obat-obatan: Dokter mungkin meresepkan obat-obatan tertentu untuk membantu mengurangi gejala parasomnia, seperti antidepresan, obat anti-kecemasan, atau obat tidur. Namun, penggunaan obat-obatan harus dilakukan dengan hati-hati dan hanya di bawah pengawasan dokter karena dapat memiliki efek samping.
  • Terapi fisik: Beberapa jenis parasomnia dapat diobati dengan terapi fisik seperti terapi okupasi atau terapi fisik untuk meningkatkan koordinasi dan kontrol gerakan saat tidur.
  • Pengobatan untuk kondisi medis yang mendasari: Jika parasomnia disebabkan oleh kondisi medis seperti epilepsi, gangguan neurologis, atau gangguan mental, pengobatan untuk kondisi mendasar tersebut dapat membantu mengurangi gejala parasomnia.
Dengan diagnosis yang akurat dan pengobatan yang tepat, sebagian besar orang dapat mengelola gejala parasomnia dan memperbaiki kualitas tidur mereka.

Pencegahan parasomnia

Tidak ada cara pasti untuk mencegah parasomnia. Namun, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risiko terjadinya parasomnia atau memperbaiki kualitas tidur, antara lain:
  • Menjaga jadwal tidur yang teratur: Cobalah untuk tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, termasuk akhir pekan.
  • Menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan tenang: Usahakan agar lingkungan tidur Anda tenang, gelap, dan nyaman. Hindari sumber kebisingan seperti TV, radio, atau suara lalu lintas.
  • Menghindari stimulan sebelum tidur: Hindari konsumsi kafein, alkohol, atau obat-obatan terlarang sebelum tidur.
  • Mengurangi stres dan kecemasan: Menjaga kesehatan mental dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi risiko terjadinya parasomnia.
  • Meningkatkan keamanan tidur: Jika Anda atau seseorang dalam keluarga mengalami parasomnia yang melibatkan perilaku berbahaya seperti tidur berjalan, pastikan untuk mengunci pintu dan jendela dengan aman dan menghapus benda-benda berbahaya dari sekitar tempat tidur.
  • Berkonsultasi dengan dokter: Jika Anda memiliki gejala parasomnia atau masalah tidur lainnya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran dan pengobatan yang tepat.
Meskipun tidak selalu dapat dicegah, dengan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, seseorang dapat membantu mengurangi risiko terjadinya parasomnia atau memperbaiki kualitas tidur mereka.

Article Resources
  • "Parasomnias." Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/parasomnias/symptoms-causes/syc-20355984
  • "Parasomnias." American Academy of Sleep Medicine. https://aasm.org/resources/factsheets/parasomnias.pdf
  • "Parasomnia." National Sleep Foundation. https://www.sleepfoundation.org/parasomnia
  • "Sleep Disorders." National Institute of Mental Health. https://www.nimh.nih.gov/health/topics/sleep-disorders/index.shtml
  • "Parasomnias: Diagnosis and Management." Canadian Family Physician, vol. 57, no. 6, 2011, pp. 683-689. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3115309/