15 April 2023

Tes Polisomnografi: Pengertian, Manfaat, dan Prosedur

Tes polisonografi

Tidur yang nyenyak dan berkualitas adalah syarat penting untuk terjaganya kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Namun, gangguan tidur dapat mengganggu kualitas tidur dan memengaruhi kesehatan seseorang secara umum.

Untuk mendiagnosis gangguan tidur, dokter dapat melakukan tes Polisomnografi. Tes ini menggunakan teknologi perekam canggih untuk merekam aktivitas otak, jantung, pernapasan, dan otot selama tidur. Dalam artikel ini, kita akan membahas definisi tes Polisomnografi, manfaatnya, persiapan dan prosedur tes, serta risiko dan efek samping yang mungkin terjadi.

Manfaat tes Polisomnografi

Tes Polisomnografi sangat penting untuk mendiagnosis dan menentukan jenis pengobatan yang tepat untuk gangguan tidur. Beberapa manfaat dari tes Polisomnografi adalah:
  • Mendiagnosis gangguan tidur: Tes Polisomnografi dapat membantu dokter untuk mendiagnosis gangguan tidur, seperti sleep apnea, insomnia, restless leg syndrome, parasomnia, dan lain-lain. Hal ini karena tes Polisomnografi merekam aktivitas otak, jantung, pernapasan, dan otot selama tidur yang dapat memberikan informasi penting bagi dokter untuk menentukan jenis gangguan tidur yang dialami pasien.
  • Menentukan jenis pengobatan yang tepat: Hasil tes Polisomnografi dapat membantu dokter dalam menentukan jenis pengobatan yang tepat bagi pasien. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin membutuhkan obat-obatan atau peralatan bantu pernapasan seperti CPAP atau BiPAP untuk mengatasi gangguan tidur yang dialaminya.
  • Menentukan tingkat keparahan gangguan tidur: Tes Polisomnografi juga dapat membantu dokter untuk menentukan tingkat keparahan gangguan tidur yang dialami pasien. Hal ini dapat membantu dokter untuk membuat rekomendasi pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Tes Polisomnografi dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi pasien yang mengalami gangguan tidur. Tes ini dapat membantu dokter untuk mendiagnosis gangguan tidur, menentukan jenis pengobatan yang tepat, serta menentukan tingkat keparahan gangguan tidur yang dialami pasien.

Persiapan tes Polisomnografi

Persiapan tes Polisomnografi penting untuk memastikan hasil tes yang akurat dan memaksimalkan kenyamanan pasien selama prosedur tes. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan tes Polisomnografi:
  • Menghindari minum kopi atau minuman berkafein lainnya pada hari tes. Kafein dapat mengganggu kualitas tidur pasien dan mempengaruhi hasil tes.
  • Hindari minum alkohol atau obat-obatan terlarang pada hari tes. Hal ini dapat memengaruhi kualitas tidur pasien dan hasil tes.
  • Memakai pakaian yang nyaman dan longgar. Pasien akan diminta untuk mengenakan baju tidur yang diberikan oleh pihak laboratorium tidur, sehingga disarankan untuk memakai pakaian dalam yang nyaman dan longgar.
  • Menghindari makan makanan berat atau makanan pedas pada malam sebelum tes. Hal ini dapat membuat pasien merasa tidak nyaman dan memengaruhi kualitas tidur pasien.
  • Membersihkan rambut dan kulit kepala. Pasien akan ditempatkan elektroda di kepala dan kulit kepala, sehingga disarankan untuk membersihkan rambut dan kulit kepala sebelum tes.
  • Konsultasi dengan dokter tentang penggunaan obat-obatan. Beberapa obat-obatan tertentu dapat memengaruhi hasil tes Polisomnografi, sehingga pasien disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter tentang penggunaan obat-obatan sebelum tes.
  • Membawa barang-barang yang diperlukan. Pasien disarankan untuk membawa barang-barang yang diperlukan, seperti baju ganti, perlengkapan mandi, dan sebagainya.
Dengan melakukan persiapan yang baik sebelum tes Polisomnografi, pasien dapat memastikan hasil tes yang akurat dan memaksimalkan kenyamanan selama prosedur tes berlangsung. Pasien juga disarankan untuk mengikuti instruksi dari pihak laboratorium tidur dengan baik untuk memastikan prosedur tes berjalan dengan lancar.

Prosedur tes Polisomnografi

Prosedur tes Polisomnografi melibatkan perekaman aktivitas otak, mata, jantung, pernapasan, dan otot selama pasien tidur. Tes ini dilakukan di laboratorium tidur yang dilengkapi dengan peralatan khusus untuk merekam aktivitas tubuh pasien. Berikut adalah prosedur umum tes Polisomnografi:
  1. Persiapan: Pasien akan diberikan waktu untuk mempersiapkan diri dan mengenakan baju tidur yang telah disediakan oleh pihak laboratorium tidur. Selanjutnya, pasien akan dipasang elektroda di kepala, dada, kaki, dan wajah, serta perangkat yang digunakan untuk merekam aktivitas jantung, pernapasan, dan oksigen dalam darah.
  2. Tes berlangsung: Pasien akan diinstruksikan untuk tidur dan melakukan aktivitas tidur seperti biasa. Selama prosedur tes, teknisi akan memonitor dan merekam aktivitas tubuh pasien seperti gerakan mata, aktivitas otak, pernapasan, dan aktivitas jantung.
  3. Selesai: Setelah tes selesai, elektroda dan perangkat lainnya akan dilepas dari tubuh pasien. Pasien dapat kembali ke aktivitas normal setelah tes selesai.

Hasil tes Polisomnografi akan dianalisis oleh dokter spesialis gangguan tidur untuk mendiagnosis gangguan tidur dan menentukan jenis pengobatan yang tepat. Prosedur tes Polisomnografi dapat memakan waktu sekitar satu malam, namun dapat juga dilakukan dalam beberapa malam tergantung pada kondisi pasien.

Selama prosedur tes Polisomnografi, pasien dapat merasa tidak nyaman karena perangkat yang dipasang di tubuhnya. Namun, teknisi dan staf laboratorium tidur akan berusaha membuat pasien merasa nyaman sebisa mungkin selama prosedur tes berlangsung.

Risiko dan efek samping tes polisomnografi

Tes Polisomnografi biasanya merupakan prosedur yang aman dan tidak menimbulkan efek samping yang serius. Namun, seperti prosedur medis lainnya, ada beberapa risiko dan efek samping yang mungkin terjadi selama atau setelah prosedur tes Polisomnografi. Berikut adalah beberapa risiko dan efek samping yang mungkin terjadi:
  • Ketidaknyamanan: Pasien mungkin merasa tidak nyaman selama prosedur tes Polisomnografi karena elektroda yang dipasang di tubuhnya. Namun, teknisi dan staf laboratorium tidur akan berusaha membuat pasien merasa nyaman sebisa mungkin.
  • Infeksi: Ada risiko infeksi pada kulit atau tempat dimasukkannya elektroda. Pihak laboratorium tidur akan memastikan kebersihan dan sterilisasi peralatan untuk mengurangi risiko infeksi.
  • Perdarahan atau memar: Pasien mungkin mengalami perdarahan atau memar pada tempat dimasukkannya elektroda. Namun, ini sangat jarang terjadi.
  • Reaksi alergi: Beberapa pasien mungkin mengalami reaksi alergi terhadap perekat yang digunakan untuk menempelkan elektroda pada kulit.
  • Gangguan tidur: Pasien mungkin mengalami gangguan tidur selama prosedur tes Polisomnografi karena elektroda dan perangkat yang dipasang di tubuhnya.
  • Efek samping dari obat: Jika pasien diberikan obat untuk membantu tidurnya selama prosedur tes, ada kemungkinan pasien mengalami efek samping dari obat tersebut.
Risiko dan efek samping dari tes Polisomnografi biasanya sangat jarang terjadi dan tidak serius. Pasien disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala yang tidak biasa setelah tes Polisomnografi.

Mengenal alat Polisomnografi

Alat untuk Polisomnografi biasanya disebut sebagai "Polysomnography system" atau "Sleep monitoring system". Ada beberapa merek dan jenis alat Polisomnografi yang tersedia di pasaran, seperti Embla, Compumedics, Alice, dan Grass, yang masing-masing memiliki fitur dan spesifikasi yang berbeda. Selain itu, ada juga alat Polisomnografi portable atau wearable yang dapat digunakan di rumah, seperti WatchPAT, yang memungkinkan pasien untuk melakukan tes tidur tanpa harus pergi ke laboratorium tidur.

Namun secara umum, alat Polisomnografi terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
  • Elektroda: Elektroda adalah sensor kecil yang ditempatkan di kulit kepala dan tubuh pasien untuk merekam aktivitas fisiologis selama tidur. Elektroda dapat merekam aktivitas otak, aktivitas otot, dan detak jantung.
  • Sensor pernapasan: Sensor pernapasan digunakan untuk merekam pernapasan selama tidur. Sensor ini dapat merekam apnea (henti napas) dan hipopnea (pengurangan napas).
  • Sensor detak jantung: Sensor detak jantung digunakan untuk merekam detak jantung selama tidur.
  • Sensor oksigen: Sensor oksigen digunakan untuk merekam kadar oksigen dalam darah selama tidur.
  • Sensor gerakan tubuh: Sensor gerakan tubuh digunakan untuk merekam gerakan tubuh selama tidur. Sensor ini dapat mendeteksi gerakan yang tidak normal, seperti parasomnias.
  • Perangkat keras dan lunak: Perangkat keras dan lunak digunakan untuk merekam dan memproses data dari elektroda dan sensor. Data ini kemudian dianalisis oleh dokter spesialis gangguan tidur untuk membuat diagnosis dan merencanakan pengobatan.
Alat Polisomnografi yang modern dilengkapi dengan teknologi yang lebih canggih dan dapat merekam data yang lebih detail, sehingga membantu dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat dan memilih pengobatan yang lebih tepat untuk pasien.

Sejarah tes Polisomnografi

Tes Polisomnografi pertama kali dikembangkan pada tahun 1950-an oleh seorang dokter bernama Nathaniel Kleitman dan rekannya, Eugene Aserinsky. Mereka menemukan bahwa gerakan mata yang terjadi selama tidur REM (Rapid Eye Movement) terkait erat dengan mimpi dan aktivitas otak.

Pada awalnya, penggunaan tes Polisomnografi hanya terbatas pada laboratorium penelitian. Namun, seiring berjalannya waktu, tes ini mulai digunakan secara luas dalam praktek klinis untuk mendiagnosis gangguan tidur.

Pada tahun 1970-an, American Sleep Disorders Association (ASDA) dibentuk untuk mempromosikan penelitian dan pengobatan gangguan tidur. ASDA kemudian berganti nama menjadi American Academy of Sleep Medicine (AASM) pada tahun 2004.

Sejak itu, tes Polisomnografi telah menjadi standar emas untuk mendiagnosis gangguan tidur seperti sleep apnea, insomnia, restless legs syndrome, parasomnia dan lainnya. Peralatan dan teknologi yang digunakan dalam tes Polisomnografi terus berkembang dan menjadi lebih canggih, sehingga memungkinkan dokter spesialis tidur untuk membuat diagnosis yang lebih akurat dan menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dengan gangguan tidur.

Article Resources
  • American Sleep Association. (2021). Polysomnography (PSG). https://www.sleepassociation.org/sleep-tests/polysomnography-psg/
  • Mayo Clinic. (2021). Polysomnography (sleep study). https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/polysomnography/about/pac-20394877
  • Sleep Education. (n.d.). Polysomnography (PSG). https://www.sleepeducation.org/tests-and-treatments/polysomnography/
  • Mayo Clinic. (2021). Polysomnography (sleep study). https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/polysomnography/about/pac-20394877
  • American Academy of Sleep Medicine. (2014). The AASM Manual for the Scoring of Sleep and Associated Events: Rules, Terminology and Technical Specifications. American Academy of Sleep Medicine
  • Carskadon, M. A., & Dement, W. C. (2011). Monitoring and staging human sleep. In Principles and Practice of Sleep Medicine (pp. 16-26). Elsevier Saunders.