06 April 2018

Hipertensi : Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Tekanan darah tinggi

Hipertensi adalah nama lain untuk tekanan darah tinggi. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berat dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian.

Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah. Tekanan akan tergantung dari pekerjaan jantung dan ketahanan pembuluh darah.

Menurut pedoman yang dikeluarkan oleh American Hearth Association (AHA) pada November 2017, hipertensi adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari 130/80 mmhg.

Hipertensi dan penyakit jantung merupakan masalah kesehatan global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa pesatnya pertumbuhan industri makanan olahan telah mempengaruhi jumlah asupan garam orang-orang di seluruh dunia, dan ini berperan penting dalam hipertensi.

Fakta hipertensi

Berikut adalah beberapa poin kunci tentang hipertensi:
  • Tekanan darah normal adalah 120/80 mmhg, tetapi hipertensi lebih tinggi daripada 130/80 mmhg.
  • Penyebab tekanan darah tinggi akut, antara lain stres, tetapi tekanan darah tinggi bisa terjadi dengan sendirinya, atau bisa disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya, seperti penyakit ginjal.
  • Hipertensi yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.
  • Penyesuaian gaya hidup merupakan langkah terbaik untuk mengontrol tekanan darah tinggi.

Penyebab hipertensi

Penyebab hipertensi sering tidak diketahui. Sekitar 1 dari setiap 20 kasus hipertensi adalah efek dari kondisi yang mendasarinya atau karena obat-obatan.

Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah penyebab umum tekanan darah tinggi karena ginjal tidak mampu menyaring cairan. Kelebihan cairan inilah yang menyebabkan hipertensi.

Faktor risiko

Sejumlah faktor risiko dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena hipertensi, antara lain:
  • Usia : Hipertensi lebih sering terjadi pada orang yang berusia di atas 60 tahun. Seiring bertambahnya usia, tekanan darah dapat meningkat secara bertahap karena arteri menjadi kaku dan sempit akibat penumpukan plak.
  • Etnis : Beberapa kelompok etnis lebih rentan terhadap hipertensi.
  • Ukuran dan berat badan : Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko utama hipertensi.
  • Alkohol dan tembakau : Seperti halnya merokok, mengonsumsi alkohol secara teratur juga dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.
  • Jenis kelamin : Risiko seumur hidup untuk pria dan wanita adalah sama, tetapi pria lebih rentan terhadap hipertensi pada usia muda, sedangkan wanita pada usia yang lebih tua.
  • Kondisi kesehatan yang ada : Penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit ginjal kronis, dan kolesterol tinggi dapat menyebabkan hipertensi.

Faktor lain yang berkontribusi untuk hipertensi termasuk:
  • kurang berolahrga
  • diet tinggi garam
  • kurang mengonsumsi kalium
  • penyakit dan obat-obatan tertentu
  • riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi, dan stres yang tidak ditangani dengan baik.

Diagnosis

Untuk mengukur tekanan darah digunakan alat yang bernama sphygmomanometer.

Tekanan darah yang tinggi pada suatu waktu bukan berarti mengindikasikan seseorang itu memiliki hipertensi. Bisa jadi itu merupakan respon normal dari situasi yang sedang dialaminya. Stres akut dan berolahraga berat, misalnya, dapat dengan cepat meningkatkan tekanan darah pada orang yang sehat.

Untuk alasan inilah diagnosis hipertensi tidak dapat dilakukan hanya dengan satu atau dua kali pemeriksaan. Harus diperiksa dari waktu ke waktu.

Angka 130 mmhg atau sistolik menunjukkan tekanan pada saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Angka 80 mmhg atau diastolik menunjukkan tekanan pada saat jantung beristirahat dan terisi ulang kembali dengan darah.


Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)
Tekanan darah normal Kurang dari 120 Kurang dari 80
Normal tinggi Antara 120 dan 129 Kurang dari  80
Hipertensi tingkat I Antara 130 dan 139 Antara 80 dan 89
Hipertensi tingkat II 140 atau lebih 90 atau lebih
Krisis hipertensi Lebih dari 180 Lebih dari 120

Gejala

Penderita hipertensi mungkin tidak merasakan gejala apa pun, oleh karena itu hipertensi sering disebut "silent killer". Di saat penderita belum merasakan gejalanya, hipertensi sudah mulai menyebabkan kerusakan pada sistem kardiovaskular dan organ internal, seperti ginjal.

Memeriksakan tekanan darah secara teratur sangatlah penting, karena biasanya jarang sekali gejala hipertensi muncul atau dirasakan.

Dilaporkan, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan keringat, cemas, gangguan tidur, dan muka memerah, ini benar adanya. Tapi dalam banyak kasus, hipertensi tidak menimbulkan gejala sama sekali.

Jika sudah mencapai tingkat krisis hipertensi, seseorang mungkin mengalami sakit kepala dan mimisan.

Komplikasi

Hipertensi dalam jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi melalui aterosklerosis, di mana pembentukan plak menghasilkan penyempitan pembuluh darah. Ini membuat hipertensi menjadi lebih buruk, karena jantung harus memompa lebih keras untuk mengirim darah ke tubuh.

Pengobatan hipertensi

Ada beberapa bentuk perawatan untuk hipertensi. Penyesuaian gaya hidup merupakan perawatan standar utama untuk hipertensi.

Penderita hipertensi disarankan untuk berolahraga intensitas sedang, dinamis, atau aerobik selama 30 menit dalam sehari. Contohnya, jalan kaki, joging, bersepeda, atau berenang sebanyak 5 - 7 kali seminggu.

Menghindari stres, atau mengelola stres dapat membantu mengendalikan tekanan darah. Menggunakan alkohol, obat-obatan, merokok, dan memakan makanan yang tidak sehat untuk mengatasi stres malah akan memperparah hipertensi.

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Berhenti merokok akan mengurangi risiko hipertensi, kondisi jantung, dan masalah kesehatan lainnya.

Obat-obat hipertensi

Orang dengan tekanan darah lebih tinggi dari 130/80 mmhg dapat diberikan obat untuk menurunkan tekanan darah mereka.

Obat biasanya dimulai dengan obat hipertensi tunggal dosis rendah. Efek samping dari obat-obat hipertensi biasanya ringan. Selanjutnya mungkin diperlukan dua obat (kombinasi) anti hipertensi secara bersamaan.

Beberapa jenis obat untuk membantu menurunkan tekanan darah, antara lain:
  • diuretik, termasuk tiazid, chlorthalidone, dan indapamide
  • beta blocker dan alpha blocker
  • calcium channel blocker
  • central agonist
  • peripheral adrenergic inhibitor
  • vasodilator
  • angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
  • angiotensin receptor blocker.

Obat mana yang dipilih akan tergantung dari kesehatan pasien secara umum, dan kondisi lain yang mungkin dimiliki.

Siapapun yang mengonsumsi obat-obat darah tinggi harus berhati-hati dalam mengonsumsi obat lain, termasuk obat-obat yang dijual bebas. Obat-obat tersebut dapat berinteraksi dengan obat hipertensi. Dampak buruk bisa terjadi.

Diet

Beberapa jenis hipertensi dapat dikelola dengan gaya hidup dan pilihan diet, seperti berolahraga, meninggalkan alkohol dan tembakau, dan menghindari diet tinggi sodium.

Mengurangi asupan garam

Asupan garam rata-rata orang di seluruh dunia saat ini adalah antara 9 gram (g) dan 12 g per hari. WHO merekomendasikan untuk mengurangi asupan garam hingga di bawah 5 g sehari, ini untuk membantu mengurangi risiko hipertensi dan masalah kesehatan terkait.

Meninggalkan alkohol

Mengonsumsi alkohol dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan peningkatan risiko stroke.

Makan banyak buah dan sayuran dan kurangi konsumsi lemak

Orang yang memiliki atau yang berisiko terkena tekanan darah tinggi disarankan untuk mengurangi konsumsi lemak jenuh dan total.

Disarankan sebagai gantinya adalah:

Menjaga berat badan

Hipertensi berkaitan erat dengan obesitas, dan penurunan berat badan biasanya akan diikuti oleh penurunan tekanan darah. Diet yang sehat dan seimbang dengan asupan kalori yang sesuai dengan ukuran, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas individu akan membantu tubuh tetap sehat.

Jenis hipertensi

Hipertensi yang tidak disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain disebut hipertensi primer atau esensial. Jika hipertensi terjadi sebagai akibat dari kondisi atau penyakit lain, disebut hipertensi sekunder.

Hipertensi primer dapat terjadi akibat berbagai faktor, termasuk volume plasma darah dan aktivitas hormon yang mengatur volume dan tekanan darah. Ini juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti stres dan kurang olahraga.

Hipertensi sekunder memiliki penyebab tersendiri dan merupakan komplikasi dari masalah lain.

Hipertensi sekunder bisa merupakan hasil dari:
  • diabetes, karena masalah ginjal dan kerusakan saraf
  • penyakit ginjal
  • pheochromocytoma, kanker langka kelenjar adrenal
  • sindrom cushing, yang dapat disebabkan oleh obat kortikosteroid
  • hiperplasia adrenal kongenital (HAK), gangguan kelenjar adrenal yang mensekresikan kortisol
  • hipertiroidisme, atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif
  • hyperparathyroidism, yang mempengaruhi tingkat kalsium dan fosfor
  • kehamilan
  • sleep apnea, gangguan tidur serius di mana pernapasan sering berhenti
  • obesitas.

Jika penyebab yang mendasarinya dapat diatasi, seharusnya tekanan darah juga akan membaik.

Article Resources
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/150109.php