06 Februari 2018

Salmon Liar vs Salmon Ternak : Manfaat dan Bahaya

Salmon Liar VS Salmon Ternak

Salmon adalah salah satu jenis ikan yang paling banyak manfaatnya bagi kesehatan.

Salmon adalah ikan berlemak yang sarat dengan asam lemak omega-3, yang umumnya orang-orang kurang mendapatkannya setiap hari.

Namun, sayangnya tidak semua salmon tercipta dengan kandungan gizi atau manfaat yang sama.

Saat ini, hampir semua salmon yang kita konsumsi adalah salmon yang bukan berasal dari alam liar, melainkan salmon hasil ternak.

Perbedaan salmon liar dan salmon ternak

Berbeda dengan salmon ternak, salmon liar ditangkap dari alam liar, di habitat aslinya seperti lautan, sungai, dan danau.

Dalam dua dekade terakhir, produksi tahunan salmon ternak dunia meningkat dari 27.000 menjadi lebih dari 1 juta metrik ton. Jumlah salmon ternak yang beredar di seluruh dunia tiga kali lipat lebih banyak dari salmon liar.

Makanan salmon liar adalah organisme yang hidup di lingkungan alami, sedangkan salmon ternak diberikan pakan olahan tinggi untuk menciptakan ukuran yang lebih besar.

Khusus di Indonesia saat ini, hampir bisa dipastikan bahwa salmon yang dijual adalah ikan salmon ternak, dimana sebagian besar diimpor dari Norwegia. Perairan Indonesia sendiri tidak memiliki salmon.

Perbedaan kandungan nutrisi salmon liar dan salmon ternak

Di bagian kiri adalah kandungan gizi untuk setengah fillet (± 200 gram) ikan salmon liar. Di sebelah kanan, adalah kandungan gizi untuk salmon ternak.


Seperti yang terlihat pada tabel, perbedaan nutrisi antara salmon liar dan salmon ternak bisa sangat signifikan.

Kandungan lemak salmon ternak jauh lebih banyak, sedikit lebih banyak mengandung omega-3 dan jauh lebih banyak untuk omega-6 dan tiga kali lipat lebih banyak untuk lemak jenuh. Salmon ternak juga mengandung kalori 46% lebih banyak.

Salmon ternak juga mengandung vitamin C yang berasal dari pakan.

Sebaliknya, salmon liar lebih tinggi pada mineral, termasuk kalium (potasium), zinc, dan zat besi.

Perbedaan kandungan lemak tak jenuh

Ada dua jenis utama lemak tak jenuh, yakni asam lemak omega-3 dan omega-6. Kedua asam lemak ini memiliki peran penting pada tubuh manusia.

Kita membutuhkan keduanya dalam makanan, jika tidak maka akan sakit. Itulah sebabnya keduanya disebut sebagai asam lemak "esensial."

Namun, meskipun kedua asam lemak ini baik, kita harus mendapatkan asam lemak ini dalam keseimbangan tertentu.

Umumnya orang-orang saat ini terlalu banyak mengonsumsi omega-6, dan keseimbangan antara kedua jenis asam lemak ini sangat terdistorsi terhadap omega-6.

Banyak ilmuwan yang berspekulasi bahwa ketidakseimbangan ini dapat mendorong peningkatan risiko peradangan dan mungkin berperan dalam pandemi penyakit kronis, seperti penyakit jantung dan lain-lain.

Di sinilah hal menariknya. Jumlah salmon ternak yang beredar tiga kali lipat dibanding jumlah total salmon liar, artinya asam lemak yang paling banyak beredar adalah asam lemak omega-6.

Rasio omega-6 : omega-3 tiga kali lebih tinggi pada salmon ternak, dibanding salmon liar.

Namun, tampaknya ini bukan perlu dijadikan penyebab kekhawatiran. Meskipun rasio omega-6 : omega-3 salmon ternak adalah 1:2-3, ini masih sangat baik, ini cuma terlihat kurang baik bila dibandingkan dengan rasio omega-6 : omega-3 salmon liar yang 1:10.

Salmon, baik yang liar maupun yang ternak akan meningkatkan asupan omega-3 dan memang direkomendasikan untuk tujuan ini.

Dalam sebuah penelitian selama 4 minggu terhadap 19 sukarelawan, makan salmon Atlantik dua kali seminggu meningkatkan level DHA (asam lemak omega-3 penting) dalam darah hingga 50%.

Salmon ternak lebih berisiko akan kontaminan

Ikan cenderung mengakumulasi kontaminan dari lingkungan hidupnya yang cenderung berbahaya. Kontaminan ini ditemukan di air di mana tempat mereka hidup serta makanan yang mereka makan.

Salmon ternak memiliki konsentrasi kontaminan yang jauh lebih tinggi ketimbang salmon liar.

Beberapa dari kontaminan ini adalah polychlorinated biphenyls (PCB), dioksin, dan beberapa pestisida terklorinasi.

Polutan yang dianggap paling berbahaya yang ditemukan pada salmon adalah PCB, yang memiliki hubungan erat dengan kanker dan berbagai masalah kesehatan lainnya.
Peternakan salmon
Peternakan salmon di Norwegia

Ada sebuah penelitian pada lebih dari 700 sampel salmon dari seluruh dunia dan menemukan bahwa rata-rata konsentrasi PCB pada salmon ternak delapan kali lebih tinggi dari salmon liar.

Namun, tingkat kontaminan tersebut masih dianggap mana oleh FDA namun tidak oleh Environmental Protection Agency (EPA). Periset menyebutkan bahwa jika pedoman EPA diterapkan pada salmon ternak yang mereka uji, maka rekomendasi untuk konsumsi salmon ternak tidak boleh lebih dari satu kali sebulan.

Banyak yang berpendapat bahwa manfaat mengonsumsi omega-3 dari salmon jauh lebih besar ketimbang risiko kesehatan akibat kontaminan. Ini tentu pendapat yang sangat bisa diterima.

Jejak logam dan merkuri pada salmon

Bukti saat ini untuk jejak logam pada salmon masih bertentangan.

Dua penelitian menemukan bahwa hanya terdapat sedikit perbedaan merkuri antara salmon liar dan ternak.

Namun, penelitian lainnya menemukan bahwa salmon liar memiliki kadar merkuri tiga kali lebih tinggi dari salmon ternak.

Tingkat arsenik ditemukan lebih tinggi pada salmon ternak, namun kadar kobalt, tembaga, dan kadmium lebih tinggi pada salmon liar.

Tapi bagaimanapun, jejak logam baik yang ditemukan pada salmon liar atau ternak masih dalam kadar yang rendah sehingga tidak perlu dijadikan kekhawatiran.

Makan salmon tetap menyehatkan

Penting untuk diingat dan ditekankan bahwa salmon ternak itu adalah makanan yang sehat dan menyehatkan. Salmon ternak tampak tidak terlihat lebih baik hanya karena dibandingkan dengan salmon liar.

Salmon liar juga lebih mahal daripada salmon ternak. Untuk orang yang berkantong tebal, mungkin tidak menjadi masalah. Tapi yang menjadi masalah adalah dimana mendapatkannya?

Makan ikan berlemak seperti salmon sebaiknya dilakukan satu atau dua kali seminggu demi kesehatan optimal.

Sejak lama, yang menjadi perdebatan antar salmon liar dan ternak adalah polutan seperti PCB. Sebenarnya ini tidak perlu dikhawatirkan karena jumlahnya masih jauh dari batas maksimal yang direkomendasikan FDA.

Mengingat tingginya kandungan omega-3, protein dan nutrisi berkualitas lainnya, maka manfaat makan salmon, baik yang liar maupun yang ternak masih jauh lebih besar ketimbang kekhawatirannya.

Konsumsi salmon sesuai rekomendasi, Anda akan sehat.

Article Resources
  • https://www.healthline.com/nutrition/wild-vs-farmed-salmon#section2
  • Gambar: http://salmonbusiness.com/norwegian-salmon-biomass-growing-after-feeding-levels-stepped-up/