28 أكتوبر 2017

Penyebab, Komplikasi, dan Pengobatan Amenore

Amenore adalah tidak adanya menstruasi. Pada wanita usia subur, yang pertama dilakukan untuk mendiagnosis amenore adalah memastikan kehamilan. Jika penyebabnya bukan kehamilan, maka akan menjadi tantangan bagi dokter untuk menemukan penyebab pastinya.

Selain disebabkan oleh kehamilan, menyusui, atau menopause, amenore juga bisa disebabkan karena gangguan hormon dan sistem reproduksi.

Amenore primer dan sekunder

Amenore terbagi dalam dua kategori, yaitu:
  • Amenore primer - belum terjadi menstruasi pada usia 13 tahun dengan karakteristik seksual belum berkembang, seperti perkembangan payudara dan rambut kemaluan, atau menstruasi belum terjadi hingga usia 16 tahun, meskipun karakteristik seksual telah berkembang.
  • Amenore sekunder - tidak menstruasi selama lebih kurang 4 bulan setelah sebelumnya pernah mengalami menstruasi.

Siklus menstruasi

Siklus menstruasi dikontrol oleh suatu bagian otak yang disebut hipotalamus dan kelenjar pituitari. Kelenjar pituitari memproduksi hormon yang memicu ovarium (indung telur) untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini akan membuat lapisan rahim menebal guna mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan kehamilan.

Ketika tidak terjadi kehamilan, kadar hormon ini akan turun dan lapisan ini akan meluruh dan dibuang. Inilah yang disebut menstruasi. Siklus ini kemudian terjadi terus menerus. Gangguan pada hipotalamus, kelenjar pituitari, dan ovarium dapat mempengaruhi siklus menstruasi yang menyebabkan amenore.

Organ reproduksi wanita

Gejala amenore

Gejala utama amenore adalah tidak adanya siklus menstruasi. Tergantung dari penyebabnya, ada gejala yang mungkin muncul ketika amenore, seperti:
  • Keluar cairan dari puting payudara
  • Rambut rontok
  • Sakit kepala
  • Mual
  • Gangguan penglihatan
  • Pertumbuhan rambut wajah berlebih
  • Perubahan ukuran payudara
  • Nyeri panggul
  • Jerawat.

Penyebab amenore

Amenore dapat terjadi karena banyak hal. Selain karena disebabkan faktor alami, amenore juga mungkin merupakan efek dari obat-obatan, gaya hidup, dan ketidakseimbangan hormon.

Amenore alami
Pada kehidupan normal, amenore dapat terjadi karena penyebab alami, seperti:
  • Kehamilan
  • Menyusui
  • Menopause.

Kontrasepsi
Sebagian wanita yang mengonsumsi pil KB mengalami amenore, bahkan ketika penggunaan pil KB telah dihentikan. Hal ini karena diperlukan waktu beberapa lama hingga ovulasi terjadi lagi dan menstruasi kembali normal. KB suntik dan KB tanam juga dapat menyebabkan amenore.

Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat menyebabkan amenore, antara lain:

Gaya hidup
Amenore juga bisa disebabkan karena gaya hidup tertentu, seperti:
  • Berat badan rendah. Berat badan yang sangat rendah - sekitar 10 persen di bawah berat badan normal - akan menyebabkan gangguan fungsi hormonal tubuh, yang berpotensi mencegah ovulasi. Wanita yang memiliki gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia, sering juga mengalami amenore.
  • Olahraga berlebihan. Biasanya ini terjadi pada wanita yang menjalani latihan ketat, seperti balet atau kegiatan atlet. Energi tinggi yang keluar secara kontinyu dapat mengganggu siklus menstruasi.
  • Stres. Stres dapat mengganggu fungsi hipotalamus yang mengakibatkan terhentinya menstruasi. Ketika stres berkurang, siklus menstruasi akan berangsur normal.

Ketidakseimbangan hormon
Beberapa kondisi kesehatan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormonal, diantaranya:
  • Sindrom ovarium polikistik (PCOS). Merupakan gangguan fungsi ovarium. PCOS menyebabkan kadar hormon yang relatif tinggi dan berkelanjutan, dan bukan tingkat fluktuasi yang terlihat pada siklus menstruasi normal. Gejalanya, periode menstruasi tidak teratur, dan pertumbuhan rambut berlebih seperti pada wajah, dada, atau punggung. 
  • Malfungsi tiroid. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) atau kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme) dapat menyebabkan amenore.
  • Tumor kelenjar pitutari. Tumor jinak (non-kanker) di kelenjar pituitari dapat mengganggu regulasi hormon menstruasi.
  • Hyperandrogenemia. Kondisi dimana tubuh memproduksi hormon pria (androgen) dalam kadar yang tinggi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem reproduksi. Hyperandrogenemia dapat disebabkan oleh tumor ovarium atau kelenjar adrenal, atau merupakan kondisi bawaan lahir.
  • Hyperprolactinaemia. Kondisi dimana tubuh memproduksi hormon prolaktin (hormon menyusui) dalam kadar yang tinggi. Peningkatan produksi hormon ini bisa disebabkan karena kelenjar pituitari yang terlalu aktif atau karena adanya tumor pada kelenjar pituitari.
  • Kegagalan ovarium atau menopause dini. Kadar hormon estrogen yang rendah menyebabkan ovulasi (proses pelepasan telur untuk dibuahi) terhenti, akibatnya tidak terjadi menstruasi. Menopause biasanya dimulai pada usia sekitar 50 tahun. Namun, sebagian wanita sudah mengalami menopause sebelum usia 40 tahun, dan menstruasi terhenti.

Masalah organ reproduksi
Masalah pada organ reproduksi juga dapat menyebabkan amenore. Contohnya meliputi:
  • Jaringan parut uterus. Sindrom Asherman, kondisi dimana terbentuk jaringan parut di lapisan rahim, kadang dapat terjadi setelah dilatasi dan kuretase (D&C), operasi caesar, atau pengobatan untuk fibroid uterus. Jaringan parut uterus akan mencegah penebalan dan peluruhan lapisan uterus sehingga  menyebabkan amenore.
  • Organ reproduksi tidak lengkap. Wanita yang tidak memiliki sebagian sistem reproduksi, seperti rahim, leher rahim, atau vagina tidak dapat memiliki siklus menstruasi.
  • Kelainan pada vagina. Kondisi seperti selaput dara yang menyumbat vagina menyebabkan darah menstruasi tidak dapat keluar. Gejala dari kondisi langka ini antara lain, perut membengkak, sakit perut, dan amenore.

Faktor risiko

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko amenore meliputi:
  • Riwayat keluarga. Jika ada seseorang di keluarga Anda pernah mengalami amenore, maka Anda juga berisiko mengalami amenore.
  • Gangguan makan. Jika Anda memiliki gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia, Anda berisiko tinggi mengalami amenore.
  • Pelatihan atlet. Latihan atletik yang ketat dapat meningkatkan risiko amenore.

Komplikasi

Komplikasi amenore bisa meliputi:
  • Infertilitas atau ketidaksuburan. Jika tubuh wanita tidak berovulasi dan tidak menstruasi, maka  tidak bisa hamil.
  • Osteoporosis. Jika amenore disebabkan oleh kadar estrogen yang rendah, maka akan berisiko osteoporosis - keropos atau melemahnya tulang.

Diagnosis amenore

Amenore bisa menjadi pertanda adanya serangkaian masalah hormonal yang kompleks. Seringkali untuk menemukan penyebabnya dibutuhkan waktu yang cukup lama dan dengan pengujian atau pemeriksaan beberapa kali.

Tes laboratorium
Tes laboratorium yang mungkin dilakukan, antara lain:
  • Tes kehamilan. Biasanya ini akan menjadi tes pertama untuk mengetahui penyebab amenore. Jika hasilnya negatif, maka dilanjutkan ke tes atau pemeriksaan lain.
  • Uji fungsi tiroid. Mengukur kadar hormon perangsang tiroid (TSH) di dalam darah untuk menentukan apakah kelenjar tiroid normal.
  • Uji fungsi ovarium. Mengukur jumlah hormon perangsang folikel (FSH) di dalam darah untuk menentukan apakah ovarium normal.
  • Uji prolaktin. Kadar hormon prolaktin yang tinggi mungkin merupakan gejala dari adanya tumor kelenjar pituitari.
  • Uji hormon pria. Jika Anda mengalami pertumbuhan rambut wajah berlebih dan suara yang rendah, uji kadar hormon pria mungkin perlu dilakukan.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pelvis (panggul) mungkin akan dilakukan untuk memeriksa masalah pada organ reproduksi. Jika seorang wanita belum pernah mengalami menstruasi, biasanya akan dilakukan pemeriksaan payudara dan alat kelamin untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pubertas normal.

Uji tantangan hormon
Untuk tes ini, obat hormonal akan diberikan selama tujuh sampai 10 hari untuk memicu menstruasi. Dengan uji ini, dokter akan mengetahui apakah kondisi amenore seorang wanita disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen atau bukan

Tes pencitraan
Tergantung dari gejala dan hasil uji darah, dokter mungkin juga akan merekomendasikan salah satu dari beberapa tes pencitraan seperti di bawah ini:
  • USG. Pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi ini dilakukan untuk menghasilkan gambaran organ reproduksi. Jika seorang wanita belum pernah mengalami menstruasi sama sekali, biasanya dokter akan melakukan USG untuk memeriksa adanya kelainan pada organ reproduksi.
  • CT Scan. Cara kerja CT Scan adalah menggabungkan banyak gambar dari sinar-X yang diambil dari arah-arah yang berbeda. CT scan akan mengkonfirmasi apakah rahim, ovarium, dan ginjal normal.
  • Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI adalah pemeriksaan yang memanfaatkan gelombang radio dengan medan magnet yang kuat untuk menghasilkan gambar jaringan lunak di dalam tubuh dengan sangat rinci. MRI mungkin dilakukan jika ada dugaan tumor pitiuitari.

Tes ruang lingkup
Jika tes lain tidak menunjukkan penyebab yang spesifik, dokter mungkin merekomendasikan histeroskopi, yaitu pemeriksaan menggunakan kamera kecil yang dimasukkan melalui vagina dan leher rahim untuk melihat bagian dalam rahim.

Pengobatan amenore

Pengobatan amenore tergantung dari penyebabnya. Jika penyebabnya adalah karena banyak kehilangan berat badan atau karena terlalu banyak berolahraga, maka pengobatannya cukup dengan diet dan pola hidup sehat, dan beristirahat agar berat badan kembali ideal.

Pada sebagian kasus amenore, terapi hormonal dapat mengembalikan siklus menstruasi normal. Sedangkan amenore yang disebabkan oleh kelainan kelenjar tiroid atau kelenjar pituitari, dapat diobati dengan obat-obatan. Namun jika yang menjadi penyebabnya adalah tumor, penyumbatan pada organ reproduksi, atau jaringan parut uterus, maka mungkin diperlukan pembedahan.

Article Resources
  • Amenorrhea. https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/menstruation-amenorrhoea
  • Amenorrhea. https://emedicine.medscape.com/article/252928-overview
  • Amenorrhea. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/amenorrhea/basics/lifestyle-home-remedies/con-20031561
  • Amenorrhea. https://familydoctor.org/condition/amenorrhea/