29 أبريل 2013

Penyebab, Gejala dan Jenis Anemia

Sel darah merah

Terdapat lebih kurang lima liter darah yang beredar melalui vena (pembuluh balik), arteri (pembuluh nadi) dan organ-organ tubuh yang lainnya. Aliran yang berwarna merah ini terus mengaliri tubuh dengan bantuan jantung.

Bila tidak ada masalah pada peredaran darah atau masalah pada darah itu sendiri, maka tentu kita tidak perlu mengkhawatirkannya. Namun adakalanya volume darah berubah, sehingga jumlah-jumlah sel darah merah (eritrosit) jauh menurun dibawah 5.000.000/mm3. Kondisi inilah yang dikenal dengan anemia.

Anemia bisa disebabkan karena banyak hal, dan terbagi dalam beberapa jenis. Berikut beberapa jenis anemia dan penyebabnya.

Anemia Karena Perdarahan

Orang yang mengalami kecelakaan, pasca pembedahan atau karena penyakit yang serius, dan akhirnya kehilangan banyak darah, juga bisa mengalami anemia. Dalam kondisi ini, tubuh sebenarnya sudah mencoba mengganti kekurangan sel darah merah yang terjadi secara tiba-tiba ini dengan mengeluarkan cairan atau plasma dalam jumlah yang banyak. Namun tetap saja sel-sel darah merah tidak dapat tergantikan semudah itu (untuk jumlah yang banyak). Si korban mungkin memiliki cukup plasma di dalam peredaran darahnya, namun sel darah merahnya tetap rendah. Ini salah satu contoh anemia yang disebabkan karena kehilangan banyak darah atau anemia karena perdarahan.

Perdarahan yang terjadi akibat adanya luka pada lambung atau juga usus juga bisa menimbulkan anemia. Jika sel-sel darah merah hilang lebih cepat daripada yang digantikan oleh tubuh, penderita tentu akan segera merasakan gejala-gejala anemia.

Kehilangan sel-sel darah merah secara perlahan melalui saluran kemih juga akan mengakibatkan hal yang sama. Anemia juga bisa terjadi pada wanita yang mengalami haid, yang akhirnya menyebabkan si wanita merasa lemah.

Anemia Hemolitica

Dalam beberapa kasus, seperti pada anemia hemolitica, sel-sel darah menjadi rapuh. Sel-sel tersebut sensitif dalam beberapa hal sehingga banyak dari sel-sel itu yang dibinasakan di dalam limpa. Hal yang sama juga terjadi pada penderita malaria yang di dalamnya terdapat parasit-parasit yang memasuki sel-sel darah merah dan mengambil makanan di sel darah merah tersebut, dan selanjutnya berkembang menjadi delapan atau enam belas organisme baru yang akan menyerang sel-sel darah merah yang lainnya.

Logam-logam tertentu seperti timah, arsen, perak bisa membinasakan sel-sel darah merah. Demikian juga bahan kimia lain dan obat-obatan yang menjadi terapi untuk salah satu penyakit juga bisa menyebabkan anemia.

Sferositosis Herediter

Sel-sel darah merah mungkin tidak terbentuk dengan sempurna. Normalnya adalah berbentuk bulat dan pipih layaknya piring, namun pada anemia jenis ini, sel darah merah mungkin akan berbentuk seperti bola (spheris) atau dalam bentuk-bentuk tidak teratur lainnya. Sel-sel darah merah yang tidak sempurna ini akan menjadi masalah di limpa (terperangkap di dalam limpa dan limpa mungkin membengkak) dan mungkin saja terjadi borok-borok pada kaki, dan juga mengakibatkan beberapa perubahan pada tulang.

Pada dewasa muda, diagnosa untuk penyakit ini sering terkeliru dengan hepatitis. Pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.

Talasemia

Merupakan salah satu jenis anemia hemolitica, dimana hemoglobin tidak terbentuk dengan sempurna sehingga tidak dapat melaksanakan fungsi normalnya. Biasanya penyakit ini disebabkan oleh faktor bawaan / keturunan. Namun sayang, keadaan seperti ini akan sulit diobati.

Untuk bisa bertahan hidup, penderita talasemia memerlukan perawatan yang rutin, seperti melakukan transfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar hemoglobin di dalam tubuhnya ± 12 gr/dl dan menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk memantau kadar zat besi di dalam tubuh.

Penderita talasemia juga diharuskan menghindari makanan yang diasinkan atau diasamkan dan produk fermentasi yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Dua cara yang dapat ditempuh untuk mengobati tasalemia adalah transplantasi sumsum tulang belakang dan teknologi sel punca.

Anemia Pernisiosa

Pada jenis anemia ini, sel-sel darah merah berukuran lebih besar dari biasanya, namun jumlahnya sedikit. Jumlahnya mungkin turun menjadi 1.000.000/mm3. Anemia pernisiosa mungkin muncul karena tidak adanya faktor intrinsik yang biasanya dihasilkan oleh lambung untuk menjaga penyerapan vitamin B12 dari usus. Dulu, penyakit ini sangat berbahaya, namun sekarang tidak lagi. Terapi suntikan vitamin B12 yang diberikan secara rutin (sesuai kebutuhan) akan mengembalikan para penderita anemia pernisiosa ke keadaan normal kembali.

Kekurangan zat besi

Kadar zat besi di dalam tubuh juga bisa menurun, salah satunya bisa disebabakan karena perdarahan, dan karena tidak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Zat besi di dalam tubuh juga bisa hilang karena mencret menahun dan keadan-keadaan lain seperti sprue. Seseorang yang menderita infeksi cacing tambang mungkin juga akan mengalami anemia. Zat besi tidak diserap dengan baik karena lambung tidak menghasilkan HCL (asam klorida) dalam jumlah yang cukup. Kadang-kadang keadaan ini juga terjadi pada masa kehamilan. Waspada, pada kehamilan penyakit ini tidak hanya akan mempengaruhi sang ibu, namun juga bayi yang dikandungnya.

Para penderita ini biasanya akan mengalami perasaan lemah, lekas lelah, lekas marah atau lekas tersinggung. Gejala-gejala lain antara lain nyeri lambung, kembung, nyeri pada bagian perut, nyeri di mulut, perasaan kaku dan kesemutan pada anggota-anggota gerak, dan jantung yang berdebar-debar. Kulit dan selaput lendir pucat, kuku-kuku rapuh, dan mungkin terdapat retak atau nyeri di sudut-sudut bibir/mulut. Dalam anemia seperti ini, sel-sel darah merah berbentuk lebih kecil dari biasanya dan memiliki bentuk yang tidak teratur.

Perawatan untuk keadaan ini meliputi perbaikan gizi dengan mengutamakan bahan makanan yang mengandung zat besi. Penderita juga diberikan zat besi oral sulfas ferrosus dua kali sehari. Bila terdapat luka, maka harus segera mendapatkan perawatan. Kehilangan darah yang berlebih-lebihan karena haid bisa diatasi dengan pengobatan medis. 

Anemia Sumsum Tulang

Banyak faktor yang menyebabkan terganggunya produksi sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang. Berbagai infeksi dan peradangan seperti rheumatoid arthritis, tumor, kanker tulang, dan zat kimia tertentu mungkin akan menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang. Zat-zat radioaktif lainya seperti sinar-X (rontgen) dan radiasi nuklir (atom) juga bisa menyebabkan hal ini. Di masa mendatang, radiasi-radiasi seperti ini mungkin akan terjadi lebih banyak dari yang kita alami saat ini.

Pada anemia sumsum tulang, penderita akan merasa lemah, kulitnya pucat dan kehilangan licin (lilin) pada kulit. Bisa juga ia mengalami perdarahan di bawah selaput lendir di sekeliling mata. Jumlah sel-sel darah merah mungkin akan turun di bawah 2.000.000/mm3 dan sel darah putih kemungkinan juga akan turun dari 7.000/mm3 menjadi kurang dari 1.000/mm3. Untuk perawatan keadaan seperti ini, yang pertama harus diketahui adalah penyebabnya. Setiap penderita harus menghindari pengobatan yang menyebabkan alergi. Transfusi darah seringkali diperlukan untuk keadaan ini. Suntikan vitamin B12 mungkin akan menolong mengembalikan sumsum tulang kepada kegiatannya yang normal, asalkan belum rusak total.

Polycythemia

Polycythemia dalah penyakit yang muncul secara perlahan karena sel darah merah yang terlalu banyak, sehingga menyebabkan darah menjadi hitam dan kental. Mungkin sel darah merah naik dari 5.000.000/mm3 ke 10.000.000/mm3. Penyebab yang sebenarnya belum diketahui secara pasti. Biasanya penderita akan mengeluh sakit kepala, perasaan lemah, pusing, nyeri di perut, dan gejala-gejala lain yang cukup serius. Mungkin juga akan terjadi pitam otak dan perdarahan yang banyak di dalam lambung. Kulit akan terlihat suram dan biru, terutama saat cuaca dingin. Sebagian penderita yang mengalami polycythemia biasanya juga menderita penyakit pirai. Polycythemia juga bisa terjadi pada penyakit jantung bawaan dan juga penyakit menahun lainnya seperti pada paru-paru.

Perawatan yang terbaik adalah phlebotomy, yaitu dikeluarkannya darah yang berlebih. Para penderita juga harus memperhatikan komplikasi-komplikasi yang serius. Selain itu adalah juga terapi fosfor radioaktif (P32). Untuk saat ini masih belum ada pengobatan yang pasti untuk polycythemia, walaupun dalam keadaan ini si penderita biasanya akan bisa hidup normal, asal saja kelebihan darah dikeluarkan secara teratur untuk menghindari komplikasi-komplikasi yang serius.