12 Oktober 2020

Pertanyaan Populer dan Fakta tentang Imunisasi

Imunisasi

Apakah yang dimaksud dengan imunisasi?
Imunisasi adalah upaya aktif untuk menimbulkan antibodi atau kekebalan spesifik / khusus yang efektif mencegah penularan penyakit tertentu dengan cara memberikan vaksin.

Apa saja penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi?
Penyakit yang dapat dicegah degan imunisasi antara lain Hepatitis B, Tuberkulosis, Polio, Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus, Campak dan Pneumonia (radang paru) serta Meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan oleh bakteri Haemophylus Influenzae tipe b.

Apa saja imunisasi dasar lengkap yang harus diberikan pada bayi?
Imunisasi Hepatitis B (1 kali), BCG (1 kali) Polio tetes (4 kali), Polio suntik (1 kali), DPT-HB-Hib (3 kali) dan Campak (1 kali)

Apabila bayi sudah diimunisasi lengkap, apakah masih perlu diberikan imunisasi lagi?
Imunisasi lanjutan masih perlu diberikan pada usia 18 bulan atau 1,5 tahun berupa imunisasi DPT-HB-Hib dan Campak masing-masing 1 kali, serta saat sekolah dasar (SD/MI atau yang sederajat) melalui kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yaitu imunisasi Campak dan DT bagi siswa kelas 1 dan imunisasi Td bagi siswa kelas 2 dan 5. Imunisasi tersebut diberikan untuk meningkatkan perlindungan terhadap penyakit Campak, Difteri, Pertusis dan Tetanus.

Benarkah imunisasi aman untuk bayi dan balita?
Benar. Pemberian imunisasi sudah berdasarkan hasil penelitian dan kajian para ahli imunisasi baik dari dalam maupun luar negeri. Vaksin yang diberikan sudah diuji keamanan, khasiat dan mutunya oleh badan resmi negara (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Saat ini 194 negara melaksanakan imunisasi untuk bayi dan balita

Benarkah bayi dan balita yang tidak diimunisasi lengkap rawan tertular penyakit berbahaya?
Benar. Bayi dan balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak memiliki kekebalan sempurna terhadap penyakit-penyakit berbahaya sehingga mudah tertular penyakit, menderita sakit berat, menularkan penyakit ke anak-anak lain, bahkan dapat berujung pada kematian dan kecacatan.

Benarkah di semua vaksin terdapat zat-zat berbahaya yang dapat merusak otak?
Isu itu tidak benar. Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi dinyatakan aman oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Bagaimana jika anak yang berusia 18 bulan (1,5 tahun) belum menerima imunisasi dasarnya?
Anak yang belum lengkap imunisasi dasarnya pada saat berusia 18 bulan (1,5 tahun), maka harus melengkapi terlebih dahulu imunisasi dasarnya kecuali imunisasi Hepatitis B untuk bayi baru lahir dan BCG. Setelah itu dapat diberikan imunisasi lanjutan dengan interval minimal 12 bulan dari dosis ketiga untuk DPT-HB-Hib dan minimal 6 bulan dari dosis pertama untuk campak.

Sesudah diimunisasi, apakah masih mungkin tertular penyakit tersebut?
Meskipun kemungkinannya kecil, bayi atau anak yang telah diimunisasi masih mungkin tertular penyakit tersebut, namun gejalanya jauh lebih ringan dan tidak berbahaya.

Apakah bayi dan anak yang sedang pilek, batuk boleh diimunisasi?
Boleh. Batuk pilek ringan tanpa demam boleh diimunisasi, kecuali bila bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda 1-2 minggu kemudian.

Apakah bayi atau anak yang sedang minum obat antibiotik boleh diimunisasi?
Boleh. Antibiotik tidak mengganggu potensi vaksin, namun perlu dipertimbangkan apabila bayi atau anak menderita penyakit berat, berikan imunisasi setelah penyakitnya sembuh.

Apabila anak diberikan beberapa suntikan sekaligus apakah tidak berbahaya?
Tidak berbahaya, asalkan imunisasi dilakukan di bagian tubuh yang berbeda (misalnya paha / lengan kiri dan kanan) serta menggunakan alat suntik yang berlainan.

Apabila bayi atau anak sudah pernah sakit Campak, Difteri atau Pertusis (batuk rejan) bolehkah diimunisasi untuk penyakit-penyakit tersebut?
Boleh, karena pemberian imunisasi pada bayi atau anak yang pernah menderita penyakit tersebut dapat menambah kekebalan.

Apakah anak yang menderita Epilepsi boleh diimunisasi?
Boleh. Riwayat kejang atau Epilepsi di dalam keluarga bukan halangan untuk memberikan imunisasi. Orangtua atau pengasuh harus diingatkan bahwa sesudah imunisasi DPT-HB-Hib dan Campak dapat timbul demam, oleh karena itu dianjurkan untuk segera memberikan obat penurun panas. Harus diingatkan pula bahwa setelah imunisasi Campak, demam dapat timbul pada hari ke 5 sampai dengan hari ke 10 setelah imunisasi.

Apakah setelah diimunisasi, bayi atau anak akan selalu menderita demam?
Tidak selalu. Demam merupakan reaksi pertahanan tubuh terhadap imunisasi yang diberikan pada setiap anak, tergantung kondisi kesehatannya. Kalau anak demam, dapat disimpulkan bahwa tubuhnya memiliki reaksi pertahanan tubuh yang bagus dan vaksin yang diberikan tidak percuma. Vaksin mahal pun tidak dapat menjamin seratus persen bahwa anak yang diimunisasi tidak akan demam.

Vaksin yang sering menimbulkan demam adalah DPT-HB-Hib dan Campak. Demam pada DPT-HB-Hib timbul segera setelah imunisasi, sedangkan pada Campak demam timbul pada hari kelima sampai dengan hari kesepuluh setelah imunisasi.

Apakah anak yang menderita alergi boleh diimunisasi?
Pasien yang menderita alergi seperti Asma, Eksim, dan Pilek boleh diimunisasi tetapi kita harus berhati-hati jika anak alergi berat terhadap telur, karena beberapa vaksin mengandung protein telur seperti vaksin Campak.

Apakah benar mutu vaksin di Puskesmas atau Posyandu berbeda dengan di dokter spesialis?
Tidak. Dari segi mutu dan efektivitas vaksin sama walaupun merk berbeda. Semua vaksin yang digunakan di Indonesia sudah diteliti dan mendapatkan jaminan mutu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).