Terapi hewan peliharaan telah menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir sebagai pengobatan alternatif untuk kesehatan mental. Berinteraksi dengan hewan peliharaan seperti kucing, kelinci, atau bahkan kuda tidak hanya memberikan rasa bahagia dan kenyamanan secara fisik, tetapi juga dapat menjadi pengobatan alami untuk berbagai masalah kesehatan mental seperti stres, kecemasan, depresi, dan kesepian.
Beberapa penelitian bahkan menunjukkan mendukung fakta bahwa interaksi dengan hewan peliharaan dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang terapi hewan peliharaan sebagai pengobatan alami untuk kesehatan mental dan manfaatnya.
Sejarah terapi hewan peliharaan
Terapi hewan peliharaan telah digunakan sebagai pengobatan alami untuk kesehatan mental sejak ribuan tahun yang lalu. Sejarah terapi hewan dapat ditemukan pada beberapa budaya dan agama di seluruh dunia.
Salah satu contohnya adalah di Mesir Kuno, di mana kucing dianggap sebagai simbol kebahagiaan dan kemakmuran. Kucing dijadikan teman dan peliharaan bagi orang-orang di Mesir Kuno, dan mereka bahkan memuja kucing sebagai dewa. Selain itu, ada catatan sejarah yang mengatakan bahwa dokter Yunani Kuno, Galen, menggunakan hewan peliharaan sebagai pengobatan untuk meredakan stres dan kecemasan.
Pada abad ke-18, terapi hewan peliharaan diperkenalkan di Inggris oleh Quaker, yang memperkenalkan interaksi dengan hewan untuk membantu rehabilitasi orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental. Selain itu, pada abad ke-19, Florence Nightingale, seorang perawat terkenal, mengembangkan terapi hewan peliharaan sebagai bagian dari program perawatan untuk pasien dengan masalah kesehatan mental.
Pada tahun 1942, seorang psikiater bernama Boris Levinson menemukan bahwa hewan peliharaan dapat membantu anak-anak dengan masalah kesehatan mental. Ia mengembangkan teknik terapi yang disebut "pet therapy" atau "animal-assisted therapy", di mana pasien berinteraksi dengan hewan peliharaan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental mereka.
Sejak itu, terapi hewan peliharaan terus berkembang dan semakin populer sebagai pengobatan alternatif untuk kesehatan mental.
Penelitian-penelitian tentang terapi hewan peliharaan
Berbagai studi telah menunjukkan manfaat dari terapi hewan peliharaan untuk kesehatan mental, di antaranya:
- Studi pada tahun 2015 yang dipublikasikan dalam jurnal "International Journal of Workplace Health Management" menunjukkan bahwa menghadirkan hewan peliharaan di tempat kerja dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kebahagiaan dan produktivitas karyawan.
- Sebuah studi pada tahun 2016 yang dipublikasikan dalam "Journal of Psychiatric Research" menemukan bahwa interaksi dengan hewan peliharaan dapat mengurangi gejala depresi dan kecemasan pada orang dewasa yang mengalami stres.
- Studi pada tahun 2018 yang dipublikasikan dalam "Frontiers in Psychology" menunjukkan bahwa interaksi dengan anjing terlatih dapat mengurangi gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD) pada veteran militer.
- Sebuah studi pada tahun 2019 yang dipublikasikan dalam "The Journal of Positive Psychology" menemukan bahwa pemilik hewan peliharaan memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dan tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki hewan peliharaan.
- Sebuah studi pada tahun 2020 yang dipublikasikan dalam "Applied Animal Behaviour Science" menunjukkan bahwa interaksi dengan kuda dapat meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan pada remaja dengan masalah kesehatan mental.
Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa terapi hewan peliharaan dapat memberikan manfaat kesehatan mental yang signifikan pada berbagai kelompok, termasuk pada orang dewasa yang stres, veteran militer dengan PTSD, dan remaja dengan masalah kesehatan mental.
Bagaimana cara terapi hewan peliharaan?
Terapi hewan peliharaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada kebutuhan pasien dan jenis hewan yang digunakan. Berikut adalah beberapa cara umum untuk melakukan terapi hewan peliharaan:
- Animal-assisted therapy (AAT): AAT dilakukan dengan bantuan seorang terapis yang memiliki hewan peliharaan terlatih untuk memberikan dukungan emosional dan fisik kepada pasien. Terapis akan mengarahkan interaksi antara pasien dan hewan peliharaan dengan tujuan meredakan stres, kecemasan, dan depresi.
- Pet therapy: Pet therapy melibatkan interaksi antara pasien dan hewan peliharaan, seperti anjing, kucing, kelinci, atau bahkan kuda. Interaksi ini dapat dilakukan di rumah pasien, di tempat kerja, atau di tempat-tempat umum seperti taman atau rumah sakit.
- Animal-assisted activities (AAA): AAA dilakukan dengan menghadirkan hewan peliharaan ke tempat-tempat umum seperti sekolah, perpustakaan, atau taman. Tujuannya adalah untuk memberikan kebahagiaan dan kenyamanan kepada orang-orang yang berinteraksi dengan hewan peliharaan tersebut.
- Equine-assisted therapy (EAT): EAT melibatkan interaksi antara pasien dengan kuda dan digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk masalah kesehatan mental seperti PTSD, kecanduan, dan masalah kesehatan mental lainnya. Interaksi ini dapat dilakukan dengan berjalan-jalan atau berkuda bersama dengan bantuan seorang terapis.
Penting untuk diingat bahwa terapi hewan peliharaan sebaiknya dilakukan oleh profesional yang terlatih dan hewan peliharaan yang digunakan harus terlatih untuk memberikan dukungan emosional dan fisik kepada pasien. Jangan mencoba melakukan terapi hewan peliharaan sendiri tanpa bimbingan profesional yang tepat.
Hewan peliharaan apa saja yang bisa digunakan untuk terapi?
Banyak jenis hewan peliharaan yang dapat dijadikan sebagai terapi hewan peliharaan, tergantung pada kebutuhan pasien dan jenis terapi yang digunakan. Berikut adalah beberapa contoh hewan peliharaan yang sering digunakan dalam terapi hewan peliharaan:
- Kucing: Kucing juga dapat digunakan dalam terapi hewan peliharaan karena sifatnya yang tenang dan penyayang. Kucing dapat membantu meredakan stres dan kecemasan, serta memberikan kenyamanan dan kebahagiaan.
- Kelinci: Kelinci juga dapat digunakan dalam terapi hewan peliharaan karena sifatnya yang lembut dan penyayang. Kelinci dapat membantu meredakan stres, kecemasan, dan depresi, serta memberikan kebahagiaan dan kenyamanan.
- Kuda: Kuda digunakan dalam terapi hewan peliharaan yang dikenal sebagai equine-assisted therapy (EAT). EAT membantu orang untuk mengatasi masalah kesehatan mental seperti kecanduan, PTSD, dan masalah kesehatan mental lainnya.
- Reptil: Reptil seperti kura-kura, ular, dan iguana juga dapat digunakan dalam terapi hewan peliharaan. Reptil dapat membantu meredakan stres dan kecemasan serta memberikan kesenangan dan kebahagiaan.
- Burung: Burung juga dapat digunakan dalam terapi hewan peliharaan karena sifatnya yang riang dan ceria. Burung dapat membantu meningkatkan suasana hati dan memberikan kebahagiaan.
- Anjing: Anjing adalah hewan peliharaan yang paling umum digunakan dalam terapi hewan peliharaan. Anjing dikenal karena sifatnya yang ramah dan mudah bergaul, serta dapat membantu meredakan stres, kecemasan, dan depresi.
Selain hewan peliharaan yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi hewan peliharaan yang dapat digunakan dalam terapi hewan peliharaan, seperti hamster, kelinci mini, ikan, dan bahkan kucing hutan. Namun, sebelum digunakan dalam terapi, hewan peliharaan harus diperiksa oleh dokter hewan dan dilatih secara khusus untuk memastikan bahwa mereka memiliki kepribadian yang cocok untuk terapi hewan peliharaan dan aman untuk digunakan.
Pemilihan hewan peliharaan dalam terapi juga harus disesuaikan dengan jenis terapi yang digunakan. Misalnya, anjing dan kucing lebih cocok digunakan dalam terapi animal-assisted therapy (AAT) yang melibatkan interaksi antara hewan dan manusia, sedangkan kuda lebih cocok digunakan dalam EAT yang melibatkan interaksi antara manusia dan kuda.
Penting juga untuk memperhatikan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, ukuran, dan tingkat aktivitas hewan peliharaan. Hewan peliharaan yang terlalu aktif atau terlalu besar dapat menimbulkan risiko cedera atau ketakutan pada pasien, sementara hewan peliharaan yang terlalu kecil mungkin tidak memberikan pengalaman yang memuaskan dalam terapi.