18 Maret 2023

Ilmu Kedokteran Forensik: Sejarah, Konsep, dan Peran dalam Penegakan Hukum

Ilmu kedokteran forensik

Ilmu kedokteran forensik adalah cabang ilmu kedokteran yang fokus pada penggunaan ilmu forensik dalam bidang kedokteran. Ilmu ini membantu memecahkan kasus-kasus hukum yang melibatkan bukti-bukti medis atau kesehatan.

Ilmu forensik kedokteran mencakup pemeriksaan forensik jasmani dan pemeriksaan forensik non-jasmani. Pemeriksaan forensik jasmani meliputi pemeriksaan tubuh korban dan penyelidikan terhadap penyebab kematian. Sedangkan pemeriksaan forensik non-jasmani meliputi pemeriksaan dokumen medis, seperti rekam medis, hasil tes laboratorium, atau hasil pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendukung atau menyanggah klaim-klaim medis yang diajukan dalam kasus hukum.

Ilmu forensik sendiri didefinisikan sebagai ilmu yang digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan bukti-bukti ilmiah yang terkait dengan kasus hukum. Ilmu forensik melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, kimia, fisika, psikologi, dan kriminologi, untuk memecahkan kasus kriminal atau sengketa hukum.

Kata "forensik" sendiri berasal dari bahasa Latin "forensis", yang berarti "dari forum". Di Romawi kuno, forum adalah tempat di mana para pengacara dan ahli hukum berkumpul untuk membahas kasus-kasus hukum dan melakukan persidangan. Kata "forensik" kemudian diadopsi sebagai istilah yang merujuk pada penggunaan ilmu pengetahuan dan teknik investigasi dalam proses hukum.

Sejarah ilmu kedokteran forensik
Sejarah ilmu kedokteran forensik dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno, tetapi secara resmi disebut sebagai ilmu pada abad ke-18 oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman bernama Johann Peter Frank. Pada awalnya, forensik medis digunakan untuk mengidentifikasi korban kejahatan atau untuk memastikan identitas dari orang yang telah meninggal.

Pada abad ke-19, ilmu forensik medis berkembang pesat, terutama di Eropa. Dr. Rudolf Virchow, seorang ahli patologi berkebangsaan Jerman, memperkenalkan konsep tentang "kelainan post-mortem" atau patologi forensik, yang berkaitan dengan pemeriksaan medis terhadap jenazah untuk menentukan penyebab kematian.

Selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, forensik medis menjadi semakin penting dalam mengidentifikasi korban dan tentara yang tewas. Selama periode ini, teknologi medis terus berkembang, dan ahli forensik medis mulai menggunakan teknik-teknik baru seperti sidik jari, pemetaan gigi, dan analisis DNA untuk mengidentifikasi korban dan pelaku kejahatan.

Pada abad ke-20, ilmu forensik medis terus berkembang dan terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan perubahan dalam hukum. Sebagai contoh, pada tahun 1960-an, ahli forensik medis mulai menggunakan komputer dan teknologi komunikasi untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan kasus-kasus forensik.

Saat ini, forensik medis telah menjadi bidang yang penting dalam penegakan hukum dan investigasi kejahatan. Ahli forensik medis bekerja sama dengan penyidik, ahli kimia, ahli kriminologi, dan ahli-ahli terkait lainnya untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memberikan bukti yang dapat digunakan di pengadilan. Dalam hal ini, ilmu forensik medis terus berkembang dan memainkan peran penting dalam membantu menyelesaikan kasus-kasus hukum yang rumit.

Tiga bidang ilmu utama kedokteran forensik
Secara garis besar ilmu kedokteran forensik dibagi dalam tiga kelompok bidang ilmu, yaitu:
  1. Ilmu patologi forensik: Patologi forensik membantu memecahkan kasus kriminal atau kasus yang melibatkan kematian secara ilmiah dan obyektif. Ahli patologi forensik memeriksa jenazah atau bahan biologis lainnya, seperti cairan tubuh atau jaringan, untuk menentukan penyebab kematian atau melacak asal-usul sampel biologis. Contoh kasus yang sering ditangani oleh ahli patologi forensik adalah kasus pembunuhan, kasus bunuh diri, atau kasus kecelakaan yang melibatkan kematian.
  2. Ilmu forensik klinik: Cabang ilmu forensik yang berkaitan dengan penerapan ilmu kedokteran dalam kasus hukum yang tidak melibatkan kematian, seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, penganiayaan, dan pelecehan anak. Ahli forensik klinik bertugas untuk mengevaluasi dan memberikan laporan tentang cedera atau kerusakan pada tubuh seseorang yang diduga terjadi akibat tindakan kriminal atau perilaku yang tidak pantas. Mereka juga dapat memberikan kesaksian ahli di pengadilan dan membantu memastikan bahwa korban menerima perawatan medis yang tepat.
  3. Ilmu laboratorium forensik: Berkaitan dengan analisis sains di laboratorium untuk membantu dalam penyelidikan kejahatan dan kasus hukum. Ilmu laboratorium forensik meliputi berbagai teknik dan metode untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi bukti-bukti forensik, seperti DNA, serologi, balistik, toksikologi, dan sebagainya. Dalam ilmu laboratorium forensik, para ahli forensik menggunakan berbagai peralatan dan teknik untuk menguji bukti-bukti dan menyajikan hasil analisis secara ilmiah.

Cabang ilmu forensik
Cabang ilmu kedokteran forensik meliputi:
  • Forensik Patologi atau Patologi Forensik: Ilmu ini berkaitan dengan pemeriksaan medis terhadap jenazah untuk menentukan penyebab kematian. Biasanya, forensik patologi digunakan untuk menyelidiki kematian yang tidak wajar atau tidak alami, seperti kematian karena kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri.
  • Forensik Psikiatri: Ilmu ini berkaitan dengan evaluasi dan diagnosis gangguan mental pada tersangka kriminal atau korban kejahatan. Ahli forensik psikiatri dapat memberikan kesimpulan mengenai kondisi mental seseorang, misalnya apakah seseorang menderita gangguan jiwa yang dapat mempengaruhi perilaku kriminal.
  • Forensik Antropologi: Ilmu ini berkaitan dengan identifikasi korban yang tidak teridentifikasi atau tidak dikenal dengan cara mempelajari sisa-sisa tulang. Ahli forensik antropologi dapat menentukan jenis kelamin, usia, tinggi badan, ras, dan tanda-tanda lain dari korban.
  • Forensik Toksikologi: Ilmu ini berkaitan dengan pengujian obat-obatan dan bahan-bahan kimia lain pada sampel tubuh, seperti darah, urine, atau rambut, untuk menentukan apakah seseorang telah terkena zat-zat berbahaya atau obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi perilaku kriminal.
  • Forensik DNA: Ilmu ini berkaitan dengan analisis DNA pada sampel biologis, seperti darah atau air liur, untuk mengidentifikasi seseorang atau menentukan hubungan kekerabatan antara orang-orang tertentu. Analisis DNA juga dapat digunakan untuk menguatkan atau menyangkal keterlibatan seseorang dalam suatu kejahatan.
  • Forensik Dokumentasi: Ilmu ini berkaitan dengan dokumentasi bukti-bukti dalam suatu kejahatan, termasuk foto-foto, rekaman video, dan data digital lainnya. Ahli forensik dokumentasi dapat membantu menyajikan bukti-bukti dalam bentuk visual yang dapat digunakan dalam persidangan.

Selain itu, ada juga cabang-cabang ilmu forensik lainnya, seperti forensik balistik, forensik serologi, dan forensik odontologi. Semua cabang ilmu forensik ini saling terkait dan bekerja sama untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan kasus kriminal.

Bagaimana menjadi seorang ahli kedokteran forensik?
Untuk menjadi seorang ahli kedokteran forensik, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
  • Menyelesaikan pendidikan kedokteran. Seorang ahli forensik biasanya memiliki latar belakang pendidikan dalam kedokteran, dan telah menyelesaikan gelar dokter. Proses pendidikan ini biasanya memakan waktu sekitar 6 tahun, tergantung pada negara dan institusi yang memperoleh gelar.
  • Mengikuti pelatihan di bidang forensik. Setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran, langkah berikutnya adalah mengambil pelatihan di bidang forensik. Pelatihan ini dapat berupa program magister atau doktor di bidang forensik atau program pelatihan khusus yang diselenggarakan oleh lembaga yang relevan.
  • Mendapatkan pengalaman praktis. Setelah menyelesaikan pelatihan, seorang ahli forensik harus memperoleh pengalaman praktis di bidangnya. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja di laboratorium forensik atau dengan berpartisipasi dalam proyek-proyek riset.
  • Mendapatkan sertifikasi. Sertifikasi atau lisensi adalah syarat yang diperlukan dalam banyak negara untuk bekerja sebagai ahli forensik. Sertifikasi ini dapat diperoleh melalui organisasi profesional yang menetapkan standar untuk praktek forensik.
  • Mengembangkan keterampilan komunikasi dan interpersonal. Sebagai ahli forensik, penting untuk dapat berkomunikasi dengan baik dengan rekan kerja, polisi, jaksa, dan hakim. Kemampuan untuk bekerja dalam tim dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain juga sangat penting.
  • Terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Karena bidang forensik terus berkembang, ahli forensik harus terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka dengan mengikuti seminar, konferensi, atau kursus pendidikan lanjutan lainnya.
  • Proses untuk menjadi seorang ahli kedokteran forensik memerlukan kesabaran, kerja keras, dan dedikasi. Namun, karir yang menantang dan bermanfaat di bidang ini bisa sangat memuaskan bagi mereka yang berminat.

Ilmu forensik kedokteran memegang peran penting dalam menegakkan keadilan dalam kasus-kasus hukum yang melibatkan bukti-bukti medis atau kesehatan. Ahli forensik kedokteran yang terlatih akan memastikan bahwa bukti-bukti medis diperoleh dan ditafsirkan dengan benar untuk membantu pengambilan keputusan yang tepat dalam kasus hukum.


Article Resources
  • Berbagai sumber