24 April 2018

Gejala, Jenis, dan Pengobatan Penyakit Antraks

Antraks

Antraks adalah penyakit bakteri langka dan berpotensi fatal. Agen infeksiusnya adalah Bacillus anthracis, bakteri yang paling sering ditemukan pada hewan liar dan ternak seperti sapi, domba, kambing, kuda, dan rusa.

Spora antraks mampu hidup bertahun-tahun

Bakteri Bacillus anthracis membentuk spora, yaitu semacam cangkang keras yang membantunya bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak sesuai.

Spora antraks tetap menular bahkan untuk jangka waktu yang lama. Spora antraks bisa hidup di tanah selama bertahun-tahun. Tanah, rambut, kulit, dan wol adalah tempat hidup bagi spora antraks. Kulit yang diproses dari hewan yang terinfeksi bisa mengandung spora selama bertahun-tahun dan tetap menular.

Antraks di Indonesia

Antraks bukanlah penyakit baru di Indonesia. Antraks tercatat sudah ditemukan di Indonesia sejak abad ke-19. Setelahnya, kasus antraks terus ditemukan hingga saat ini.

Meskipun tidak banyak, kasus antraks di Indonesia tidak hanya endemik pada salah satu pulau atau provinsi saja, melainkan hampir di seluruh Nusantara. Kasus antraks di Indonesia yang terakhir tercatat adalah di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada awal 2017 lalu.

Manusia dapat terinfeksi antraks karena mengolah produk dari hewan yang terinfeksi atau dengan menghirup spora antraks dari produk hewani yang terinfeksi. Siapa pun yang bekerja terkait dengan ternak atau produk sampingannya - seperti pekerja rumah potong hewan, penyamak kulit, dokter hewan, dan petani - lebih berisiko terpapar bakteri antraks.

Antraks relatif jarang

Antraks adalah infeksi yang relatif jarang terjadi pada manusia. Di antara hewan, penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia namun cenderung lebih sering dijumpai daerah-daerah tertentu, termasuk:
  • Afrika
  • Asia
  • Karibia
  • Amerika Tengah
  • Amerika Selatan
  • Eropa Timur
  • Eropa Selatan
  • Timur Tengah.

Gejala pada manusia

Antraks biasanya berkembang dalam dua sampai tujuh hari setelah penularan. Gejala antraks pada manusia tergantung dari bagaimana penyakit ini menyerang, namun gejalanya meliputi:
  • Lesi kulit
  • Demam
  • Malaise
  • Sakit kepala
  • Gangguan gastrointestinal, seperti muntah
  • Batuk
  • Gejala seperti flu
  • Sakit dada
  • Sakit sendi.

Jenis-jenis infeksi antraks

Antraks bisa menyerang berbagai bagian tubuh dan menghasilkan gejala-gejala tersendiri. Jenis-jenis antraks diantaranya:

Antraks kulit

Kulit adalah bagian tubuh yang paling sering terserang. Terjadi pada sekitar 95 persen kasus antraks. Bakteri masuk ke tubuh melalui luka atau lecet pada kulit. Kulit menjadi gatal, kemudian dapat melepuh yang bisa pecah dan berdarah. Dalam dua sampai tujuh hari, lepuh yang pecah menjadi cekungan pada kulit, berwarna gelap atau hitam.

Tanpa pengobatan, infeksi bisa menyebar ke kelenjar getah bening atau darah (septikemia). Kematian jarang terjadi bila antibiotik yang diberikan sudah tepat. Tingkat kematian dari antraks kulit yang tidak diobati adalah 5-20 persen.

Antraks paru

Bila spora bakteri antraks terhirup, infeksi paru-paru yang langka bisa terjadi. Awalnya hanya tampak seperti infeksi saluran pernapasan bagian atas yang ringan, seperti flu. Kemudian, kesehatan penderitanya akan dengan cepat memburuk dalam beberapa hari ke depan, disertai masalah pernapasan dan syok yang parah.

Tanpa pengobatan, tingkat kematiannya adalah 70 sampai 80 persen. Dalam banyak kasus, antraks paru berakibat fatal bahkan meskipun sudah diobati.

Antraks usus

Antraks usus terjadi jika seseorang makan daging tidak matang dari hewan yang terinfeksi. Gejala awalnya meliputi mual, muntah, muntah darah, diare, dan demam. Jika infeksi menyebar ke darah (septikemia), angka kematiannya antara 25-60 persen.

Penderita antraks tidak dianggap menular

Penularan antraks dari orang ke orang sangat tidak mungkin terjadi. Namun, orang yang terinfeksi biasanya diisolasi di rumah sakit sebagai tindakan pencegahan selama mereka menjalani perawatan. Penularan tidak menjadi perhatian selama perawatan. Pemulihan biasanya diikuti dengan perkembangan kemampuan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut.

Diagnosis

Antraks didiagnosis dengan menggunakan sejumlah tes, termasuk:
  • Tes kulit
  • Tes darah
  • X-ray dada
  • Spinal tap cairan serebrospinal.

Perawatan

Pengobatan antraks harus disegerakan. Pengobatan antraks akan terdiri dari pemberian antibiotik dan perawatan intensif. Antibiotik yang mungkin diberikan antara lain ciprofloxacin, doksisiklin dan amoksilin. Amoksisilin terutama digunakan untuk anak-anak.

Menghilangkan antraks dari lingkungan

Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, dan badan terkait bekerjasama untuk menyelidiki kasus-kasus antraks.

Begitu orang atau hewan didiagnosis dengan antraks, sumber infeksi harus ditemukan dan diisolasi. Beberapa strategi untuk mencegah penularan antraks meliputi:
  • Menginformasikan kejadian pada aparat pemerintah yang berkepentingan.
  • Vaksinasi semua hewan yang berisiko.
  • Jika mungkin, kubur bangkai hewan dengan kapur di lokasi kematiannya, jika mungkin kremasi. Jangan melakukan otopsi dan jangan membakar di lapangan terbuka.
  • Dekontaminasi tanah pada peternakan yang terinfeksi dengan formalin lima persen.
  • Razia produk hewan yang dicurigai.
  • Bakar produk hewani yang terinfeksi.
  • Gunakan formaldehid untuk mendesinfeksi tempat dan mesin yang terkontaminasi.
  • Sterilisasi pakan impor sebelum digunakan sebagai pakan ternak.
  • Sterilkan wol, rambut, kulit dan produk terinfeksi lainnya dengan gas ethylene oxide atau radiasi gamma.

Ringkasan:
  • Antraks adalah penyakit bakteri langka dan berpotensi fatal yang paling sering menyerang kulit.
  • Antraks cenderung menginfeksi hewan yang berkuku dan tapi manusia juga dapat terinfeksi.
  • Perawatan intensif dan antibiotik merupakan bentuk pengobatan antraks.

Article Resources
  • https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/anthrax
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Antraks_di_Indonesia
  • https://www.liputan6.com/health/read/2834119/rekam-jejak-kasus-antraks-di-indonesia