15 أبريل 2023

Jenis, Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Sleep Apnea

Sleep apnea

Sleep apnea adalah suatu kondisi terganggunya napas berulang kali saat tidur. Apnea didefinisikan sebagai berhenti atau hampir berhentinya pernapasan yang membuat aliran udara menurun sampai 25% di bawah normal. Lamanya pernapasan berhenti atau menurun biasanya antara 10 sampai 30 detik. Hal ini terjadi karena saluran napas yang terhalang atau terblokir, sehingga oksigen tidak dapat masuk ke paru-paru dengan baik. Jika sleep apnea terjadi berulang kali, maka akan menurunkan kualitas tidur seseorang.

Jenis dan penyebab sleep apnea

Ada tiga jenis kejadian pernapasan pada sleep apnea, yaitu:
  • Obstructive sleep apnea (OSA): Obstruktif sleep apnea adalah jenis sleep apnea yang paling umum terjadi. Disebabkan oleh penyumbatan sementara, parsial atau lengkap dari saluran napas. Penyebab umumnya meliputi:
    • Septum nasal menyimpang
    • Hidung tersumbat
    • Jalan napas sempit
    • Pembesaran tonsil (amandel)
    • Otot faring lemah
    • Cedera pita suara
    • Trauma wajah yang mengarah ke bagian jalan napas yang terdistorsi
    • Retraksi lidah ke bagian belakang tenggorokan.
  • Central sleep apnea (CSA): Sentral sleep apnea terjadi ketika sistem saraf pusat yang mengatur pernapasan gagal mengirimkan sinyal yang cukup ke otot-otot pernapasan saat tidur. Hal ini mengakibatkan berhentinya napas selama beberapa detik hingga satu menit. Jenis sleep apnea ini lebih jarang terjadi dibandingkan dengan obstruktif sleep apnea, dan seringkali terkait dengan kondisi medis tertentu seperti gagal jantung, stroke, dan gangguan sistem saraf pusat. Penyebab umumnya meliputi:
    • Stroke
    • Gagal jantung
    • Penggunaan obat tertentu
    • Kelainan bawaan
    • Berada di ketinggian tinggi.
  • Mixed sleep apnea: Kombinasi dari dua jenis apnea di atas.

Faktor risiko sleep apnea

Selain penyebab umum sleep apnea seperti, ada juga beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami sleep apnea, diantaranya:
  • Obesitas: Kegemukan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sleep apnea. Hal ini terjadi karena lemak di sekitar leher dapat menekan saluran napas atas, sehingga menyebabkan sumbatan.
  • Struktur fisik saluran napas: Adanya kelainan atau gangguan pada saluran napas seperti sinus yang tersumbat, polip hidung, adenoid yang membesar, atau tonsil yang besar dapat menyebabkan obstruksi pada saluran napas atas.
  • Kebiasaan merokok dan alkohol: Merokok dan mengonsumsi alkohol dapat merusak jaringan di sekitar saluran napas dan membuatnya lebih mudah untuk terjadi obstruksi.
  • Usia: Risiko seseorang mengalami sleep apnea meningkat seiring bertambahnya usia.
  • Kelainan genetik: Beberapa kelainan genetik seperti sindrom Down dan kelainan kraniofasial dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sleep apnea.
  • Gangguan hormonal: Beberapa kondisi seperti hipotiroidisme dan akromegali (peningkatan kadar hormon pertumbuhan) dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sleep apnea.
  • Faktor lingkungan: Polusi udara, asap rokok, dan debu dapat menyebabkan peradangan pada saluran napas atas dan meningkatkan risiko seseorang mengalami sleep apnea.
  • Posisi tidur: Beberapa orang lebih cenderung mengalami sleep apnea saat tidur dengan posisi tertentu, seperti tengkurap atau miring ke belakang.
Perlu diketahui bahwa sleep apnea bisa terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita, dan semua usia tapi jarang mengenai anak-anak. Namun, faktor risiko tersebut dapat membantu seseorang untuk mencegah atau mengatasi sleep apnea.

Gejala sleep apnea

Beberapa gejala sleep apnea dapat muncul secara bertahap dan mungkin tidak terdeteksi secara langsung. Namun, beberapa gejala umum yang dapat dikenali adalah sebagai berikut:
  • Sering terbangun pada malam hari dan sulit untuk kembali tidur
  • Terbangun dengan perasaan lelah meskipun sudah tidur cukup lama
  • Mengalami sakit kepala pagi hari
  • Mengantuk atau lelah saat melakukan aktivitas sehari-hari
  • Mengalami kesulitan konsentrasi dan gangguan memori
  • Nafas berhenti secara tiba-tiba selama tidur
  • Mengorok atau mengeluarkan suara napas yang keras saat tidur
  • Sering merasa gelisah saat tidur
  • Mengalami insomnia (kesulitan tidur)
  • Sering terbangun dengan keringat dingin atau terbangun dengan nafas yang memburuk
  • Lekas marah dan bertemperamen tinggi.
Gejala sleep apnea dapat bervariasi tergantung pada jenisnya. Pada obstruktif sleep apnea, gejala yang paling mencolok adalah nafas terhenti sementara dan suara mengorok yang keras. Sedangkan pada sentral sleep apnea, gejala utama adalah kesulitan bernapas dan rasa lelah.

Dampak sleep apnea pada kesehatan

Sleep apnea yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan seseorang. Beberapa dampak kesehatan sleep apnea yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
  • Penurunan kinerja kognitif: Sleep apnea dapat mengganggu fungsi otak dan mempengaruhi kinerja kognitif seseorang, seperti kesulitan konsentrasi, gangguan memori, dan penurunan daya ingat.
  • Masalah kardiovaskular: Sleep apnea dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung dan stroke karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung yang tidak teratur.
  • Kegemukan: Sleep apnea dapat menyebabkan kegemukan atau memperburuk kondisi kegemukan yang sudah ada, karena dapat mengganggu kadar hormon yang mengatur nafsu makan dan metabolisme tubuh.
  • Gangguan mood dan emosi: Sleep apnea dapat menyebabkan gangguan mood dan emosi, seperti depresi, kecemasan, dan mudah marah.
  • Masalah seksual: Sleep apnea dapat mengganggu fungsi seksual seseorang, seperti disfungsi ereksi pada pria dan penurunan libido pada pria dan wanita.
  • Kecelakaan: Sleep apnea dapat menyebabkan rasa mengantuk dan kelelahan di siang hari, sehingga dapat meningkatkan risiko kecelakaan saat mengemudi atau bekerja.
Jika Anda mengalami sleep apnea atau gejala yang mengkhawatirkan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Penanganan sleep apnea dapat membantu mengurangi risiko komplikasi dan memperbaiki kualitas hidup seseorang.

Diagnosis sleep apnea

Diagnosis sleep apnea dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
  • Tes Polisomnografi: Tes Polisomnografi adalah pemeriksaan tidur yang dilakukan di laboratorium tidur atau rumah sakit. Selama tes, dokter akan memantau aktivitas otak, mata, dan otot seseorang saat tidur untuk menentukan apakah ada gangguan tidur, termasuk sleep apnea.
  • Pengukuran saturasi oksigen: Saturasi oksigen dalam darah dapat diukur dengan alat yang disebut oksimeter. Jika kadar oksigen dalam darah rendah selama tidur, dapat menjadi tanda adanya sleep apnea.
  • Pemeriksaan fisik: Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan hidung, mulut, dan tenggorokan, untuk menentukan apakah ada penyebab fisik yang dapat menyebabkan sleep apnea.
  • Pengukuran kualitas tidur: Beberapa alat pengukur kualitas tidur, seperti pengukur gerakan tubuh, dapat membantu dokter menentukan apakah seseorang mengalami gangguan tidur.
  • Wawancara medis: Dokter akan melakukan wawancara medis untuk menentukan gejala-gejala yang dialami oleh seseorang, riwayat kesehatan, dan riwayat tidur.
Jika seseorang didiagnosis dengan sleep apnea, dokter dapat meresepkan perawatan yang tepat, seperti mesin Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) atau perubahan gaya hidup, seperti mengubah kebiasaan tidur dan menurunkan berat badan.

Pemeriksaan lain

Selain melakukan tes sleep apnea, dokter mungkin akan melakukan:
  • Tes darah (misalnya, untuk memeriksa fungsi tiroid)
  • Elektrokardiogram
  • Tes fungsi paru.

Pengobatan sleep apnea

Pilihan pengobatan sleep apnea yang tepat akan tergantung pada berbagai faktor, seperti tingkat keparahan sleep apnea, penyebabnya, dan preferensi pasien. Terdapat beberapa pilihan pengobatan untuk sleep apnea, yaitu:

Terapi perilaku

  • Menurunkan berat badan jika obesitas
  • Menghindari penggunaan obat penenang, obat tidur, alkohol, dan nikotin yang cenderung akan memperburuk sleep apnea
  • Tidur miring ke kanan, bukan terlentang
  • Tempatkan bantal sehingga membuat Anda nyaman
  • Menghindari makan atau berolahraga sebelum tidur
  • Bila mengantuk di siang hari, terapkan langkah-langkah keamanan, seperti menghindari menyetir atau mengoperasikan peralatan yang berpotensi berbahaya.

Terapi mekanik

Mesin Continuous positive airway pressure (CPAP) diterapkan melalui masker di hidung dan/atau mulut selama tidur. Pasokan udara yang konstan akan mengaliri saluran napas untuk mencegah kolapsnya jaringan yang akan menghalangi jalan napas. Dalam beberapa kasus, peralatan gigi untuk membantu mengatur posisi lidah atau rahang dapat bermanfaat.

Operasi

Untuk beberapa kasus, operasi mungkin diperlukan. Operasi paling menguntungkan bagi pasien anak-anak.

Jenis operasi yang dapat mengobati kasus sleep apnea yang parah, meliputi:
  • Uvulopalatopharyngoplasty - Dokter mengangkat jaringan lunak berlebih dari hidung dan/atau tenggorokan.
  • Maxillomandibular advancement - Mereposisi tulang rahang ke depan.
  • Tracheotomy - Dilakukan untuk kasus sleep apnea yang mengancam jiwa, dilakukan paa tenggorokan agar pasien dapat bernapas dengan normal.
Operasi bariatrik akan menurunkan berat badan bagi orang-orang yang obesitas. Operasi ini dapat menurunkan risiko komplikasi-komplikasi yang terkait dengan obesitas, termasuk sleep apnea.

Obat-obatan

Obat-obatan hanya digunakan pada kondisi central apnea. Acetazolamide akan membantu meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur pernapasan. Secara umum, belum ada bukti yang menunjukkan obat-obatan dapat mengobati sleep apnea.

Oksigen dapat diberikan jika kadar oksigen terlalu rendah saat tidur, bahkan ketik jalan napas telah terbuka.

Pencegahan sleep apnea

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah sleep apnea, beberapa tindakan dapat membantu mengurangi risiko terjadinya sleep apnea, antara lain:
  • Menjaga berat badan yang sehat: Kegemukan atau obesitas adalah salah satu faktor risiko utama dari sleep apnea. Menjaga berat badan yang sehat dapat membantu mengurangi risiko terjadinya sleep apnea.
  • Menghindari konsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu: Konsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu dapat membuat otot-otot di tenggorokan menjadi rileks dan menyebabkan penyempitan saluran napas.
  • Menjaga kesehatan hidung dan tenggorokan: Menjaga kesehatan hidung dan tenggorokan dapat membantu mengurangi risiko terjadinya sleep apnea.
  • Mengubah kebiasaan tidur: Tidur dengan posisi telentang dapat memperburuk sleep apnea. Sebaiknya tidur dengan posisi miring atau menyangga kepala dengan bantal.
  • Menjaga kesehatan umum: Menjaga kesehatan umum dengan mengonsumsi makanan sehat, melakukan olahraga teratur, dan mengurangi stres juga dapat membantu mengurangi risiko terjadinya sleep apnea.
Pencegahan sleep apnea tidak selalu efektif, terutama jika faktor risiko yang mendasar tidak dapat diubah, seperti usia dan keturunan. Namun, melakukan tindakan pencegahan di atas dapat membantu mengurangi risiko terjadinya sleep apnea dan meningkatkan kualitas tidur dan kesehatan secara umum. 

Article Resources
  • National Sleep Foundation. http://www.sleepfoundation.org/
  • Emedicine Health. http://www.emedicinehealth.com/obstructive_and_central_sleep_apnea/article_em.htm
  • American Sleep Apnea Association. (2021). Sleep Apnea Information for Clinicians. https://www.sleepapnea.org/learn/sleep-apnea-information-clinicians/
  • Cleveland Clinic. (2021). Sleep Apnea. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15553-sleep-apnea
  • Mayo Clinic. (2021). Sleep Apnea. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sleep-apnea/symptoms-causes/syc-20377631
  • National Heart, Lung, and Blood Institute. (2021). Sleep Apnea. https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/sleep-apnea
  • American Academy of Sleep Medicine. (2021). International Classification of Sleep Disorders - Third Edition (ICSD-3).