01 Agustus 2014

Gejala Depresi Pasca Melahirkan (Depresi Postpartum)

Depresi pasca melahirkan

Melahirkan merupakan peristiwa yang sangat berharga dalam hidup seorang wanita. Bahkan sebagian wanita menganggap melahirkan menimbulkan perasaan sukacita, bahagia dan kepuasan tingkat tinggi yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

Meski demikian, melahirkan juga dapat menimbulkan stres emosional, fisik, dan fisologis yang serius, dan tidak jarang pula beberapa wanita mengalami kecemasan atau bahkan depresi setelah melahirkan bayi mereka. Depresi inilah yang disebut sebagai "depresi postpartum" atau "depresi pasca melahirkan" yang dapat bersifat ringan hingga berat.

Depresi pasca melahirkan harus segera ditangani demi mencegah konsekuensi jangka panjang. Namun depresi pasca melahirkan harus bisa dibedakan dengan sindrom "baby blues", yang merupakan keadaan sedih dan bingung ringan yang sangat umum dialami wanita pasca melahirkan.

Gejala Depresi Pasca Melahirkan

Seperti halnya kasus-kasus depresi klinis, gejala depresi pasca melahirkan bisa berubah menjadi parah, dan dapat berlangsung selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Dalam periode depresi tersebut, sang ibu mungkin akan merasa putus asa dan kehilangan minat pada bayinya.

Pada kasus yang cukup jarang terjadi, wanita depresi pasca melahirkan juga memiliki keinginan untuk melukai dirinya sendiri atau menyakiti bayinya. Inilah alasan mengapa kasus depresi pasca melahirkan harus segera mendapat bantuan dari profesional kesehatan.

Tanda atau gejala yang umum dikaitkan dengan depresi pasca melahirkan biasanya muncul dalam tahun pertama setelah melahirkan, dan mungkin dipicu oleh beberapa faktor, bisa dari perubahan hormon dalam tubuh ibu, hingga perubahan fisik dan emosional yang dialami pasca melahirkan. Selain itu, stres juga memainkan peran penting, dan beberapa fakta menyebutkan bahwa stres adalah pemicu nyata dari depresi pasca melahirkan.

Meskipun depresi pasca melahirkan dapat disertai dengan serangkaian gejala (mulai dari yang tidak jelas hingga yang parah), namun gejalanya yang paling umum adalah:
  • Marah tanpa alasan yang tiba-tiba dan tidak terkendali
  • Sedih
  • Merasa bersalah
  • Merasa kehilangan harapan
  • Tidak peduli pada bayi
  • Menangis
  • Lelah
  • Insomnia
  • Perubahan besar pola perilaku dan pola makan. 

Namun seperti yang disebutkan di awal, depresi pasca melahirkan harus dibedakan dengan sindrom "baby blues" yang mana hanya hanya berlangsung selama satu atau dua minggu, berbeda dengan depresi pasca melahirkan yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. 

Memang secara umum gejala "baby blues" agak mirip dengan depresi pasca melahirkan, seperti menangis, kesedihan dan kecemasan, namun perbedaan utamanya adalah tingkat keparahan gejalanya jauh lebih parah dari sindrom "baby blues."

Ada pula kondisi yang sangat serius lainnya yang dapat terjadi pasca melahirkan yaitu "psikosis postpartum" atau "psikosis pasca melahirkan", yang konsekuensinya jauh lebih parah dari depresi pasca melahirkan.

Tanda dan gejala psikosis pasca melahirkan yang khas antara lain, paranoia, kebingungan, disorientasi, delusi dan bahkan halusinasi. Jika setelah melahirkan Anda atau keluarga Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segeralah hubungi dokter, terutama jika gejalanya memburuk atau tidak hilang dalam beberapa minggu dan sudah mengganggu kehidupan sehari-hari.

Penyebab Depresi Pasca Melahirkan

Penyebab depresi pasca melahirkan sangat beragam, dapat terjadi dari satu penyebab atau kombinasi dari beberapa penyebab. Perubahan emosional yang terjadi pasca melahirkan seringkali menjadi penyebab utamanya, karena berhubungan erat dengan kurangnya tidur dan kecemasan dalam merawat bayi baru.

Di sisi lain, proses kehamilan dan persalinan juga banyak membuat perubahan fisik, dan khususnya perubahan hormonal yang dapat mengarah pada depresi pasca melahirkan. Tidak hanya terjadi perubahan hormon seksual, hormon tiroid juga mengalami perubahan dramatis setelah kehamilan, yang dapat menyebabkan kelelahan, depresi, perubahan mood dan gejala lainnya yang berhubungan dengan ketidakseimbangan hormon.

Faktor Risiko Depresi Pasca Melahirkan

Meskipun belum ditemukan cara untuk memprediksi ibu mana yang bisa mengalami depresi pasca melahirkan, namun beberapa faktor risiko sudah diyakini dapat meningkatkan kans seorang ibu untuk mengalami depresi pasca melahirkan, yaitu:
  • Sebelumnya pernah mengalami depresi
  • Pernah mengalami depresi pasca melahirkan
  • Memiliki masalah dalam rumah tangga/pernikahan (termasuk masalah ekonomi, emosional dan kepercayaan pada pasangan). 

Tiga faktor risiko diatas diyakini akan meningkatkan risiko seorang ibu untuk mengalami depresi pasca melahirkan. Selain itu, mereka yang menderita gangguan tertentu seperti PPD (paranoid personality disorder) atau bipolar (juga dikenal sebagai penyakit manic depressive) berisiko tinggi mengalami psikosis pasca melahirkan, yang bisa lebih berbahaya dari depresi pasca melahirkan.

Stres dan kurangnya dukungan emosional, moral dan keuangan, dan riwayat keluarga psikosis atau depresi dapat meningkatkan risiko secara keseluruhan.

Depresi pasca melahirkan merupakan kondisi yang sangat serius yang dalam beberapa kasus dapat berubah menjadi psikosis. Inilah alasan mengapa salah satu gejala diatas tidak boleh diabaikan, terutama jika Anda adalah single parent, atau memiliki status sosial ekonomi yang lemah, atau jika kehamilan itu tidak diinginkan.

Gambar: ottawa-psychologist.net