04 أغسطس 2013

7 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Imunisasi

Imunisasi adalah usaha memberikan/memasukkan vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk menciptakan kekebalan terhadap suatu penyakit. Imunisasi juga sering disebut sebagai vaksinasi.

Berikut adalah 7 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi:

Difteri

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri penyebab difteri disebarkan melalui melalui kontak dari manusia ke manusia yaitu karena menghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi penderita.

Penyakit ini mempengaruhi sistem pernapasan bagian atas dan bisa berakibat fatal karena bisa memblokir saluran napas, dan dapat melepaskan racun yang menyebabkan kelumpuhan dan gagal jantung.

Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit menelan dan bernapas, dan mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan (membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan dan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.

Vaksin difteri pertama kali dikembangkan pada 1940-an. Sebelum vaksin difteri ada, sekitar 100 ribu hingga 200 ribu kasus difteri dilaporkan telah terjadi di Amerika Serikat. Setelah vaksin diproduksi massal, saat ini hanya sekitar satu kasus yang dilaporkan terjadi di Amerika Serikat setiap tahun.

Campak

Campak merupakan infeksi pada sistem pernapasan dan merupakan penyakit yang sangat menular. Campak disebabkan oleh paramiksovirus (virus campak). Penularannya terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease).

Gejalanya meliputi rasa menggigil/kedinginan dan demam, batuk, pilek, hidung dan mata berair dan merah, dan ruam-ruam di sekujur tubuh.

Sejak vaksin campak pertama kali dikembangkan pada tahun 1963, 99 persen kasus campak hilang di beberapa negara. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya biasanya dia akan kebal terhadap penyakit ini.

Polio

Polio atau Poliomielitis disebabkan oleh virus poliovirus (PV) yang disebarkan melalui air liur dan tinja. Masuk ke tubuh melalui mulut, dan menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot. Polio dapat menyebabkan kelumpuhan yang diiringi dengan gejala lain.

Sebelum adanya vaksin polio, puluhan ribu orang pertahun lumpuh karena virus ini dan ribuan orang telah meninggal. Jonas Salk menciptakan vaksin polio pertama kali pada tahun 1955, dan sekarang penyakit polio sudah hampir dieliminasi dari negara-negara barat namun belum di Asia.

Cacar (Variola)

Cacar juga disebabkan oleh virus, yaitu virus poks, cacar merupakan penyakit yang menyebar dengan cepat dan mematikan. Gejalanya demam, pilek, nyeri sendi, sakit kepala dan muncul gelembung-gelembung berisi nanah di sekujur tubuh yang bisa meninggalkan bekas atau bopeng.

Pengembangan vaksin cacar merupakan kemenangan sejati dalam dunia imunisasi. Pada tahun 1980, Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengumumkan bahwa cacar telah diberantas dari planet ini.

Lalu mengapa masih ada cacar saat ini? Cacar yang ada saat ini bukan cacar yang dimaksud di atas. Cacar di atas adalah variola, sedangkan cacar saat ini adalah varisela atau biasa kita sebut cacar air. Gejalanya memang mirip, hanya saja gelembung-gelembung yang muncul biasanya berwarna bening (tidak bernanah seperti variola) dan tidak berbahaya. Untuk di Indonesia, imunisasi cacar air tidak menjadi wajib pada imunisasi dasar.

Tetanus

Tetanus disebabkan oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku. Tetanus dapat menyebabkan kontraksi otot, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, termasuk kejang-kejang dan paralisis pernapasan.

Imunisasi tetanus pertama kali dilakukan saat Perang Dunia II. Imunisasi tetanus 100 persen efektif untuk menghentikan efek bakterinya. Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). Bagi yang sudah dewasa sebaiknya menerima booster.

Demam kuning

Demam kuning dibawa oleh nyamuk betina (nyamuk demam kuning, Aedes aegypti, dan spesies lain) dan ditemukan di kawasan tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika, namun tidak di Asia.

Virus yang dibawa nyamuk ini telah menjangkiti sekitar 200.000 orang di seluruh dunia dan menyebabkan sekitar 30.000 kematian pertahun (sekitar 90% infeksi terjadi di Afrika).

Awalnya vaksin ini dikembangkan pada tahun 1927, vaksin ini efektif 95 persen dan telah memberikan perlindungan selama 10 tahun. Namun mulai 1980-an, jumlah kasus demam kuning kembali meningkat dan menjadikannya sebagai penyakit yang bangkit kembali.

Karena belum ada terapi untuk penyakit ini, program vaksinasi ini, bersama peraturan mengurangi populasi nyamuk pengangkut virus, memiliki peran besar di daerah-daerah terjangkit.

Batuk rejan

Batuk rejan disebabkan oleh infeksi bakteri yang ditandai dengan batuk dan kesulitan bernapas. Batuk rejan merupakan penyakit yang sangat menular. Di dunia terjadi sekitar 30 sampai 50 juta kasus per tahun, dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus (data dari WHO).

Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun dan 90 persen kasus ini terjadi di negara berkembang. Penyakit ini umumnya diakibatkan oleh bacterium Bordetella namun tidak jarang diakibatkan oleh B. parapertussis.

Batuk rejan masih menjadi ancaman hingga saat ini, dan baru-baru ini para peneliti merekomendasikan bahwa selain anak-anak, orang dewasa juga harus mendapatkan vaksinasinya.

Imunisasi dilakukan pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan dan 4-6 tahun. Diharapkan kemungkinan terkenanya pertusis akan makin rendah dengan diberikannya imunisasi, dan seandainya tetap terkena, gejalanya tidak akan seberat mereka yang tidak divaksinasi.