01 Juli 2014

Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Kolera

Vibrio cholerae

Kolera adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan karena mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi dengan bakteri vibrio cholerae (v. cholerae). Kolera menjadi masalah kesehatan bagi penduduk di negara-negara berkembang di dunia, terutama di Afrika, Asia Selatan, dan Amerika Latin.

Sebagian orang yang terkena kolera akan mengalami diare berat dan mengalami dehidrasi hebat hingga menyebabkan kematian. Umumnya orang akan terkena kolera setelah menelan bakteri vibrio cholerae yang sudah mengontaminasi sumber makanan atau air. Sekitar 5-10% dari orang yang sebelumnya sehat akan mengalami diare hebat dalam waktu sekitar satu sampai lima jam setelah menelan bakteri vibrio cholerae.

Gejala dan tanda kolera

Gejala dan tanda kolera adalah diare yang biasanya disertai dengan bintik-bintik putih (lendir dan sel epitel) yang seukuran beras. Volume diare bisa sangat tinggi yaitu bisa 10 sampai 18 liter selama 24 jam pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg. Selain diare hebat, biasanya juga disertai salah satu atau beberapa gejala berikut:
  • Muntah
  • Denyut nadi cepat
  • Hilang elastisitas kulit
  • Membran mukosa (lapisan kulit dalam) kering
  • Tekanan darah turun
  • Haus
  • Kram otot
  • Gelisah atau lekas marah (terutama pada anak-anak).

Mereka yang terinfeksi kolera memerlukan terapi rehidrasi segera agar penyakit ini tidak berkembang menjadi keadaan serius. Jika tidak diobati, dehidrasi berat akibat kolera akan menyebabkan syok hingga kematian. Dehidrasi berat seringkali terjadi pada 4-8 jam setelah diare pertama, dan bila tidak diobati biasanya akan berakhir dengan kematian dalam waktu sekitar 18 jam.

Penyebab kolera

Bakteri vibrio cholerae biasanya ditemukan pada air kotor atau pasokan air minum yang terkontaminasi dengan pembuangan kotoran. Kolera jarang sekali ditularkan dari orang ke orang. Bakteri ini akan masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi olehnya.

Bakteri vibrio cholerae sering mengontaminasi:
  • Pasokan air massal
  • Es yang terbuat dari sumber air massal
  • Makanan dan minuman yang diproduksi dengan higiene yang buruk
  • Sayuran yang tumbuh dengan diairi limbah
  • Kerang dan ikan mentah dan makanan laut lainnya yang diperoleh dari perairan yang tercemar limbah.

Bagaimana bakteri vibrio cholerae mempengaruhi tubuh?

Bakteri vibrio cholerae umumnya sangat sensitif terhadap keberadaan asam di lambung dan saluran pencernaan. Asam lambung akan membunuh sejumlah kecil bakteri sebelum akhirnya mereka berkembang biak di dalam tubuh. Tapi, ketika bakteri dalam jumlah besar mengeroyok sistem pertahanan alami tubuh, mereka akan tumbuh di usus kecil dan turut keluar melalui kotoran (feces) orang yang terinfeksi. Orang yang terinfeksi kolera ringan atau yang tidak menunjukkan gejala -terutama bagi mereka yang personal higiene-nya buruk- akan menyebarkan infeksi dengan mengontaminasi makanan langung dengan kotoran yang sudah terinfeksi.

Mencegah kolera

Langkah terbaik untuk mencegah kolera adalah:

1. Hanya menggunakan air yang telah dimasak atau bahan kimia yang didesinfeksi untuk:
  • Minum, atau menyiapkan minuman seperti teh atau kopi
  • Menyikat gigi
  • Mencuci wajah dan tangan
  • Mencuci buah-buahan dan sayuran
  • Mencuci peralatan makan
  • Mencuci wadah, kaleng, dan botol-botol yang akan diisi makanan atau minuman.

2. Menghindari makan atau minum dari sumber yang tidak diketahui. Setiap makan mentah bisa terkontaminasi, termasuk:
  • Buah-buahan dan sayuran
  • Susu dan produk olahan susu yang tidak dipasteurisasi
  • Daging mentah
  • Kerang-kerangan
  • Ikan yang ditangkap dari daerah karang tropis (bukan laut terbuka).

Vaksin kolera tersedia untuk usia minimal dua tahun, dan telah terbukti aman dan efektif. Menurut WHO, enam bulan setelah vaksin kolera diberikan, tingkat keberhasilan di semua kelompok usia adalah 85%-90%, dan menurun menjadi 62% pada orang dewasa dalam waktu satu tahun.

Pengobatan kolera

Untuk kondisi diare yang hebat, yang terjadi terus menerus, atau disertai muntah, segeralah minta pertolongan medis daripada mencoba mengobatinya sendiri.

Pengobatan untuk kolera akan ditentukan berdasarkan:
  • Kondisi dan riwayat kesehatan pasien
  • Tingkat keparahan
  • Toleransi terhadap obat-obatan, prosedur, atau terapi tertentu
  • Keluhan
  • Kemungkinan penyebarannya.

Pengobatan untuk kolera biasanya melibatkan proses rehidrasi, yaitu dengan:
  • Solusi rehidrasi melalui oral (oralit)
  • Solusi rehidrasi dengan intravena (infus) untuk kasus kolera berat.

Rehidrasi yang direkomendasikan WHO

Kondisi Pasien Pengobatan Pedoman; usia dan berat badan
Non dehidrasi Oralit Anak-anak < 2 tahun: 50 mL-100 mL, hingga 500 mL/hari
Anak-anak 2-9 tahun: 100 mL-200 mL, hingga 1.000 mL/hari
Anak-anak > 9 tahun: sebanyak mungkin, hingga 2.000 mL/hari
Dehidrasi sedang Oralit (dalam 4 jam pertama) Bayi < 4 bulan (< 5 kg): 200-400 mL
Bayi 4 bulan-11 bulan (5 kg-7,9 kg): 400-600 mL
Anak-anak 1-2 tahun (8 kg-10,9 kg): 600-800 mL
Anak-anak 2-4 tahun (11 kg-15,9 kg): 800-1.200 mL
Anak-anak 5-14 tahun (16 kg-29,9 kg): 1.200-2.200 mL
Pasien > 14 tahun (30 kg atau lebih): 2.200-4.000 mL
Dehidrasi berat IV drip Ringer Lactate, atau jika tidak tersedia,
oralit seperti uraian diatas
Usia < 12 bulan: 30 mL/kg dalam satu jam*, kemudian 70 mL/kg selama 5 jam
Usia > 1 tahun: 30 mL/kg dalam 30 menit*, kemudian 70 mL/kg selama dua setengah jamX
* Ulangi sekali lagi jika nadi masih sangat lemah atau tidak terdeteksi

Pantau terus keadaan pasien selama satu sampai dua jam dan terus lakukan rehidrasi. Jika dengan rehidrasi kondisi tidak membaik, berikan infus 200 ml/kg atau lebih mungkin akan dibutuhkan dalam 24 jam pertama. Setelah enam jam (bayi) atau tiga jam (pasien yang lebih tua), lakukan observasi penuh. Beralih ke oralit jika rehidrasi berhasil dan pasien dapat minum.

Pengobatan dengan antiobiotik terkadang juga diterapkan untuk mempercepat durasi penyakit, meskipun bukan dianggap hal utama untuk keberhasilan pengobatan kolera.