04 Mei 2023

25 Jenis Obat Berdasarkan Fungsi dan Cara Kerjanya

Obat medis

Obat adalah zat yang digunakan untuk mengobati atau mencegah penyakit pada tubuh manusia. Obat memiliki berbagai jenis dan fungsinya yang berbeda-beda tergantung pada penyakit yang ingin diobati. Jenis obat ini dapat dibagi berdasarkan fungsinya dan cara kerjanya. Setiap jenis obat memiliki cara kerja yang berbeda pada tubuh manusia. Artikel ini akan membahas jenis obat berdasarkan fungsinya dan cara kerjanya.

Jenis obat berdasarkan fungsinya

Jenis obat berdasarkan fungsinya mengacu pada klasifikasi obat berdasarkan tujuan penggunaannya dalam pengobatan. Berikut adalah 25 jenis obat berdasarkan fungsinya.

1. Analgesik

Analgesik adalah obat yang digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa sakit/nyeri pada tubuh. Obat ini dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu analgesik opioid dan non-opioid. Contoh analgesik opioid adalah morfin, oksikodon, dan kodein yang bekerja dengan mengikat reseptor opioid di otak dan sistem saraf pusat untuk meredakan rasa sakit. Sedangkan contoh analgesik non-opioid adalah aspirin, ibuprofen, dan parasetamol yang bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin dalam tubuh yang bertanggung jawab atas rasa sakit dan peradangan.

2. Antipiretik

Antipiretik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh yang tinggi atau demam. Obat ini bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin dalam tubuh yang bertanggung jawab atas kenaikan suhu tubuh. Contoh obat antipiretik meliputi aspirin, parasetamol, dan ibuprofen. Aspirin dapat digunakan pada orang dewasa, sedangkan parasetamol dan ibuprofen dapat digunakan pada anak-anak.

3. Antiinflamasi

Antiinflamasi adalah obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan atau pembengkakan di dalam tubuh. Peradangan biasanya terjadi sebagai respons tubuh terhadap cedera atau infeksi, dan dapat menyebabkan rasa sakit, kemerahan, pembengkakan, dan demam. Obat antiinflamasi dapat bekerja dengan mengurangi produksi zat kimia inflamasi di dalam tubuh atau menghambat respons sistem kekebalan tubuh. Beberapa contoh obat antiinflamasi yang umum digunakan adalah aspirin, ibuprofen, naproxen, dan diklofenak. Obat ini sering digunakan untuk mengurangi gejala sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, arthritis, dan gangguan muskuloskeletal lainnya.

4. Antibiotik

Antibiotik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri pada tubuh. Antibiotik bekerja dengan membunuh bakteri atau menghambat pertumbuhannya sehingga tubuh dapat melawan infeksi dengan lebih efektif. Contoh antibiotik yang sering digunakan antara lain amoksisilin, azitromisin, ceftriaxone, dan metronidazole. Penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan hati-hati dan hanya atas rekomendasi dokter, karena penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap obat dan mengurangi efektivitasnya dalam mengatasi infeksi di masa depan.

5. Antivirus

Antivirus adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati infeksi virus pada tubuh. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan atau mereplikasi virus dalam tubuh, sehingga membantu mengurangi gejala dan mempercepat proses pemulihan. Contoh obat antivirus yang sering digunakan antara lain acyclovir untuk mengobati infeksi herpes, oseltamivir untuk mengobati influenza, dan remdesivir untuk mengobati COVID-19. Namun, seperti halnya antibiotik, penggunaan antivirus harus dilakukan dengan hati-hati dan hanya atas rekomendasi dokter, karena bisa memiliki efek samping dan penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan virus menjadi resisten terhadap obat tersebut.

6. Antijamur

Antijamur adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada tubuh. Obat ini bekerja dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi, sehingga membantu mengurangi gejala dan mempercepat proses pemulihan. Contoh obat antijamur yang sering digunakan antara lain fluconazole, terbinafine, dan nystatin.

7. Antiparasit

Antiparasit adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati infeksi parasit pada tubuh. Parasit dapat menyebar melalui makanan, air, atau melalui gigitan serangga dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Obat antiparasit bekerja dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan parasit sehingga membantu mengurangi gejala dan mempercepat proses pemulihan. Contoh obat antiparasit yang sering digunakan antara lain metronidazole untuk mengobati infeksi amuba dan giardia, ivermectin untuk mengobati infeksi cacing, dan praziquantel untuk mengobati infeksi cacing pita.

8. Antidiabetik

Obat antidiabetik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi masalah diabetes. Diabetes adalah penyakit yang menyebabkan kadar gula darah tinggi dalam tubuh dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang. Antidiabetik bekerja dengan cara mengatur kadar gula darah dalam tubuh dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin. Contoh obat antidiabetik yang sering digunakan antara lain metformin, glipizide, dan insulin.

9. Antiasma

Antiasma adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi serangan asma. Asma adalah kondisi yang menyebabkan pembengkakan dan penyempitan saluran udara yang mengarah ke paru-paru, sehingga menyulitkan seseorang untuk bernafas. Obat antiasma bekerja dengan cara membuka saluran udara yang sempit dan mengurangi peradangan yang terjadi pada saluran udara. Contoh obat antiasma yang sering digunakan antara lain albuterol, salmeterol, dan fluticasone.Beberapa jenis obat antiasma hanya dapat digunakan untuk mengatasi serangan asma, sedangkan yang lain digunakan untuk pencegahan jangka panjang.

10. Antidepresan

Antidepresan adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan depresi atau suasana hati yang rendah. Depresi adalah kondisi psikologis yang dapat menyebabkan perasaan sedih, cemas, dan hilangnya minat pada aktivitas sehari-hari. Obat antidepresan bekerja dengan cara mengatur kadar neurotransmitter di otak, seperti serotonin dan noradrenalin, yang bertanggung jawab untuk mengatur suasana hati seseorang. Contoh obat antidepresan yang sering digunakan antara lain fluoxetine, sertraline, dan escitalopram.

11. Antipsikotik

Antipsikotik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan psikotik, seperti skizofrenia dan bipolar. Gangguan psikotik adalah kondisi psikologis yang menyebabkan gangguan pada pemikiran, persepsi, dan perilaku seseorang. Obat antipsikotik bekerja dengan cara mengatur kadar neurotransmitter di otak, seperti dopamin dan serotonin, yang bertanggung jawab atas regulasi emosi dan pemikiran seseorang. Contoh obat antipsikotik yang sering digunakan antara lain haloperidol, risperidone, dan olanzapine.

12. Antihipertensi

Antihipertensi adalah jenis obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah yang tinggi atau hipertensi. Hipertensi adalah kondisi medis di mana tekanan darah seseorang berada di atas batas normal dan dapat menyebabkan risiko penyakit jantung dan stroke. Obat antihipertensi bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah atau mengurangi jumlah air dan garam dalam tubuh, sehingga menurunkan tekanan darah. Contoh obat antihipertensi yang sering digunakan antara lain diuretik, beta-blocker, ACE inhibitor, dan calcium channel blocker.

13. Antiangina

Antiangina adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi angina atau nyeri dada yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah pada jantung. Angina adalah kondisi medis yang sering dirasakan sebagai rasa sakit atau tekanan di dada, yang biasanya terjadi saat aktivitas fisik atau stres. Obat anti-angina bekerja dengan cara meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke jantung, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya serangan angina. Contoh obat anti-angina yang sering digunakan antara lain nitrogliserin, beta-blocker, dan calcium channel blocker.

14. Antikoagulan

Antikoagulan adalah jenis obat yang digunakan untuk mencegah atau mengobati pembekuan darah yang berlebihan dalam tubuh. Pembekuan darah yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti serangan jantung, stroke, atau emboli paru. Obat antikoagulan bekerja dengan cara menghambat koagulasi atau pembekuan darah, sehingga mencegah pembentukan gumpalan darah yang berbahaya. Contoh obat anti-koagulan yang sering digunakan antara lain warfarin, heparin, dan rivaroxaban.

15. Antitrombotik

Antitrombotik adalah jenis obat yang digunakan untuk mencegah atau mengobati pembekuan darah yang berlebihan dan membantu menghentikan pembekuan darah yang sudah terjadi. Pembekuan darah yang berlebihan bisa menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti serangan jantung, stroke, atau emboli paru. Obat antitrombotik bekerja dengan cara menghambat aktivitas platelet atau menghambat pembentukan fibrin, yang merupakan zat yang membentuk gumpalan darah. Contoh obat anti-trombotik yang sering digunakan antara lain aspirin, clopidogrel, dan heparin.

16. Hipnotik dan Sedatif

Obat hipnotik dan sedatif adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati masalah tidur dan kecemasan. Obat hipnotik umumnya digunakan untuk membantu seseorang tertidur dan menjaga tidurnya tetap nyenyak, sedangkan obat sedatif digunakan untuk mengurangi rasa cemas atau ketegangan. Obat hipnotik dan sedatif bekerja dengan cara mempengaruhi aktivitas sistem saraf pusat, sehingga menimbulkan rasa tenang dan mengurangi aktivitas otak. Contoh obat hipnotik antara lain zolpidem dan eszopiclone, sedangkan contoh obat sedatif antara lain diazepam dan lorazepam.

17. Imunosupresan

Imunosupresan adalah jenis obat yang digunakan untuk menekan atau menghambat sistem kekebalan tubuh. Obat ini digunakan untuk mencegah atau mengobati reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan, seperti pada kasus transplantasi organ, lupus, atau penyakit autoimun lainnya. Obat imunosupresan bekerja dengan cara menghambat atau mengurangi aktivitas sel-sel sistem kekebalan tubuh yang memicu reaksi autoimun. Contoh obat imunosupresan yang sering digunakan antara lain siklosporin, azatioprin, dan metotreksat.

18. Antireumatik

Antireumatik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengurangi inflamasi dan rasa sakit yang terkait dengan penyakit reumatik, seperti rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan lupus. Obat ini bekerja dengan cara menghambat atau mengurangi produksi zat yang menyebabkan inflamasi pada sendi dan jaringan tubuh lainnya. Contoh obat anti-reumatik yang sering digunakan antara lain nonsteroid antiinflamasi (NSAID) seperti ibuprofen, diklofenak, dan naproksen. Selain itu, ada juga obat golongan DMARD (disease-modifying antirheumatic drugs) yang digunakan untuk meredakan gejala dan mengurangi kerusakan pada sendi, seperti methotrexate dan sulfasalazine.

19. Antikanker

Antikanker adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah pertumbuhan sel-sel kanker. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan sel kanker atau merusak sel kanker sehingga tidak bisa berkembang lebih lanjut. Jenis obat anti-kanker yang digunakan akan tergantung pada jenis kanker dan stadium kankernya. Contoh obat anti-kanker yang sering digunakan antara lain obat-obat kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi. Kemoterapi melibatkan penggunaan obat-obatan yang menyerang sel-sel yang tumbuh secara cepat, termasuk sel-sel kanker. Terapi target menghambat pertumbuhan sel kanker dengan mengincar protein atau molekul tertentu yang penting bagi sel kanker. Sedangkan, imunoterapi bekerja dengan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk membunuh sel kanker.

20. Antiemetik

Antiemetik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi mual dan muntah. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sinyal mual dan muntah dari mencapai pusat muntah di otak atau mengurangi aktivitas di saluran pencernaan. Obat antiemetik digunakan untuk mengatasi mual dan muntah akibat berbagai kondisi, seperti efek samping kemoterapi, mabuk perjalanan, mabuk udara, migrain, atau infeksi saluran pencernaan. Beberapa contoh obat antiemetik yang umum digunakan antara lain ondansetron, metoclopramide, dan prochlorperazine.

21. Antihiperglikemia

Antihiperglikemia adalah jenis obat yang digunakan untuk menurunkan kadar glukosa (gula) dalam darah pada pasien dengan diabetes. Obat ini bekerja dengan cara merangsang produksi insulin oleh pankreas, meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin, atau menghambat penyerapan karbohidrat oleh usus. Jenis obat antihiperglikemia yang digunakan dapat berbeda-beda tergantung pada jenis diabetes, tingkat keparahan kondisi, dan faktor lainnya. Contoh obat antihiperglikemia meliputi metformin, glipizide, glibenclamide, pioglitazone, dan insulin.

22. Antihistamin

Antihistamin adalah jenis obat yang digunakan untuk meredakan reaksi alergi dengan menghambat efek histamin, yaitu zat kimia yang dilepaskan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap bahan asing seperti alergen. Gejala alergi yang dapat diatasi dengan antihistamin termasuk gatal-gatal, ruam kulit, hidung tersumbat, dan mata berair. Contoh antihistamin yang umum digunakan meliputi cetirizine, fexofenadine, diphenhydramine, loratadine, dan desloratadine

23. Antikolesterol

Antikolesterol adalah jenis obat yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Obat antikolesterol biasanya digunakan sebagai bagian dari perawatan untuk mencegah atau mengobati penyakit kardiovaskular. Contoh obat antikolesterol yang umum digunakan meliputi statin, niacin, fibrate, ezetimibe, dan PCSK9 inhibitor

24. Imunomodulator

Imunomodulator adalah jenis obat yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh untuk membantu tubuh melawan infeksi atau penyakit. Obat ini dapat meningkatkan atau menekan respons kekebalan tubuh tergantung pada kondisi medis yang diobati. Imunomodulator biasanya digunakan dalam pengobatan kondisi yang melibatkan gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti penyakit autoimun, kanker, dan transplantasi organ. Beberapa contoh obat imunomodulator yang umum digunakan adalah interferon, methotrexate, azathioprine, cyclosporine, dan Tumor Necrosis Factor (TNF) inhibitors

25. Antikonvulsan

Antikonvulsan adalah jenis obat yang digunakan untuk mencegah atau mengontrol kejang atau epilepsi. Obat ini bekerja dengan menekan aktivitas listrik yang berlebihan dalam otak yang dapat menyebabkan kejang. Beberapa contoh obat antikonvulsan yang umum digunakan adalah fenitoin, karbamazepin, valproat, gabapentin, dan lamotrigin

Cara kerja obat

Cara kerja obat di dalam tubuh tergantung pada jenis obat tersebut. Secara umum, setelah obat diminum atau diinjeksikan, obat akan masuk ke dalam aliran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Obat kemudian akan berikatan dengan reseptor atau target khusus di dalam tubuh, baik di permukaan sel maupun di dalam sel. Setelah berikatan dengan target, obat akan memicu respons tubuh tertentu, seperti menghambat atau merangsang aktivitas sel atau enzim, atau mengubah metabolisme sel.

Beberapa obat, seperti antibiotik, bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Antijamur dan antiparasit bekerja dengan cara serupa, tetapi dengan target yang berbeda. Antiinflamasi dan analgesik, seperti aspirin atau ibuprofen, bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin, zat kimia yang merangsang peradangan dan rasa sakit di dalam tubuh.

Beberapa obat, seperti antidepresan dan antipsikotik, bekerja dengan cara mengatur keseimbangan zat kimia di dalam otak. Obat antihipertensi bekerja dengan menurunkan tekanan darah, sementara obat antiangina bekerja dengan meningkatkan aliran darah ke jantung. Obat antitrombotik dan antikoagulan bekerja dengan cara menghambat pembentukan bekuan darah yang berbahaya, sementara obat anti-kanker bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.

Namun, tidak semua obat bekerja dengan cara yang sama pada setiap orang. Setiap orang memiliki respons tubuh yang berbeda terhadap obat tertentu, dan faktor seperti dosis, frekuensi pemberian, dan interaksi obat dengan obat lain atau makanan juga dapat mempengaruhi cara kerja obat di dalam tubuh.

Efek samping obat

Efek samping obat adalah efek yang tidak diinginkan yang terjadi setelah mengonsumsi obat. Efek samping dapat bervariasi dari ringan hingga berat dan dapat terjadi pada berbagai sistem tubuh, seperti sistem pencernaan, sistem saraf, dan sistem pernapasan. Efek samping yang paling umum termasuk mual, muntah, diare, pusing, sakit kepala, dan ruam kulit.

Beberapa efek samping obat dapat memerlukan perhatian medis segera, seperti reaksi alergi yang parah atau efek samping yang mengancam jiwa. Efek samping juga dapat terjadi karena interaksi obat yang tidak diinginkan atau overdosis. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengikuti dosis dan instruksi penggunaan yang tepat, serta berkonsultasi dengan dokter jika ada efek samping yang tidak diharapkan terjadi. Dokter dapat merekomendasikan perubahan dosis atau jenis obat yang berbeda untuk mengurangi kemungkinan efek samping yang tidak diinginkan.

Article Resources
  • National Institutes of Health (NIH) - https://www.nih.gov/
  • Centers for Disease Control and Prevention (CDC) - https://www.cdc.gov/
  • World Health Organization (WHO) - https://www.who.int/
  • MedlinePlus - https://medlineplus.gov/
  • Mayo Clinic - https://www.mayoclinic.org/
  • Drugs.com - https://www.drugs.com/
  • WebMD - https://www.webmd.com/
  • RxList - https://www.rxlist.com/
  • American Society of Health-System Pharmacists (ASHP) - https://www.ashp.org/
  • European Medicines Agency (EMA) - https://www.ema.europa.eu/