24 يناير 2018

Akibat dan Bahaya Kelebihan Zat Besi

Zat besi
Zat besi merupakan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh. Namun, seperti halnya nutrisi lain, kelebihan zat besi akan menimbulkan bahaya.

Faktanya, zat besi akan menjadi zat yang beracun bila jumlahnya di dalam tubuh melebihi batas. Karena itu, penyerapan zat besi dari saluran pencernaan harus terkontrol dengan ketat. Kontrol penyerapan zat besi yang ketat ini akan meminimalkan efek berbahaya dari zat besi.

Namun, ketika mekanisme penyerapan zat besi ini bermasalah atau gagal, maka di situ masalah kesehatan akan muncul.

Artikel ini akan fokus membahas efek berbahaya dari zat besi jika kadarnya berlebihan di dalam tubuh.

Apa itu zat besi?

Zat besi adalah mineral yang sangat dibutuhkan tubuh, utamanya digunakan oleh sel-sel darah merah.

Zat besi merupakan bagian penting dari hemoglobin, suatu protein di dalam sel darah merah. Hemoglobin bertanggung jawab mengangkut dan mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh.

Ada dua jenis zat besi:
  • Zat besi heme: Jenis zat besi ini hanya ditemukan pada makanan hewani, utamanya pada daging. Zat besi heme lebih mudah diserap daripada zat besi non-heme.
  • Zat besi non-heme: Sebagian besar zat besi yang dikonsumsi adalah zat besi non-heme. Zat besi non-heme ini ditemukan pada hewan dan tumbuhan. Penyerapannya di dalam tubuh tidak sebaik zat besi heme. Namun, penyerapannya dapat meningkat dengan asam organik, seperti vitamin C, dan juga dapat mengalami penurunan penyerapan karena senyawa tanaman seperti fitat.

Orang yang kurang atau tidak mengonsumsi zat besi, berisiko tinggi mengalami defisiensi (kekurangan) zat besi.

Banyak orang yang kekurangan zat besi, terutama wanita. Fakta menyebutkan bahwa defisiensi zat besi adalah kekurangan mineral yang paling umum terjadi di dunia.

Kebutuhan zat besi tubuh

Ada dua alasan mengapa kadar zat besi tubuh harus berada dalam ambang batas tertentu, yakni:
  • Zat besi merupakan nutrisi penting yang berperan dalam banyak fungsi dasar tubuh, jadi kadarnya di dalam tubuh harus cukup.
  • Kelebihan zat besi tubuh berpotensi menjadi racun, jadi mengonsumsi zat besi dalam dosis tinggi tanpa adanya alasan kesehatan bukanlah hal yang bijaksana.

Tubuh mengatur kadar zat besi dengan menyesuaikan lajur penyerapannya dari saluran pencernaan.

Hepcidin, hormon yang mengatur zat besi tubuh, bertanggung jawab dalam menjaga agar kadar zat besi tetap seimbang. Fungsi utama hepcidin adalah menekan penyerapan zat besi.

Secara garis besar, beginilah cara kerja hepcidin:
  • Zat besi dalam jumlah besar -> Kadar hepcidin meningkat -> Penyerapan zat besi menurun.
  • Zat besi dalam jumlah kecil -> Kadar hepcidin menurun > Penyerapan zat besi meningkat.

Biasanya mekanisme ini selalu bekerja dengan baik. Namun, beberapa gangguan yang menekan produksi hepcidin bisa menyebabkan kelebihan zat besi tubuh. Dan di sisi lain, kondisi yang merangsang produksi hepcidin berlebih dapat menyebabkan defisiensi zat besi.

Keseimbangan zat besi juga dipengaruhi oleh jumlah zat besi dari makanan. Seiring waktu, diet rendah zat besi bisa menyebabkan defisiensi zat besi. Demikian pula berlebihan mengonsumsi suplemen zat besi dapat menyebabkan overdosis berat zat besi.

Toksisitas zat besi

Toksisitas zat besi bisa bersifat mendadak atau juga bertahap. Banyak masalah kesehatan serius yang bisa disebabkan oleh overdosis zat besi yang tidak disengaja, seperti karena mengonsumsi suplemen zat besi dosis tinggi untuk waktu yang lama, atau kelainan kelebihan zat besi kronis.

Pada kondisi normal, sangat sedikit zat besi bebas yang beredar di aliran darah.

Zat besi aman terikat pada protein, seperti transferin yang mencegahnya menjadi bahaya.

Namun, toksisitas zat besi dapat secara signifikan meningkatkan kadar zat besi bebas.

Zat besi bebas adalah pro-oksidan - kebalikan dari antioksidan - dan dapat menyebabkan kerusakan pada sel.

Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan hal ini, antara lain:
  • Keracunan zat besi: Keracunan zat besi dapat terjadi bila orang (biasanya anak-anak) mengonsumsi suplemen zat besi secara berlebihan.
  • Hemokromatosis herediter: Kelainan genetik yang ditandai dengan penyerapan zat besi berlebihan dari makanan.
  • Kelebihan zat besi Afrika (African iron overload): Jenis kelebihan zat besi "dietary" yang disebabkan oleh tingginya kandungan zat besi di dalam makanan atau minuman. Ini pertama kali diobservasi di Afrika, dimana penduduk membuat bir sendiri yang diseduh dengan panci yang terbuat dari besi.

Keracunan zat besi akut terjadi apabila seseorang mengalami overdosis suplemen zat besi.  Gejala awal keracunan zat besi bisa meliputi sakit perut, mual dan muntah.

Kelebihan zat besi akan terakumulasi di dalam organ secara bertahap, menyebabkan kerusakan fatal pada otak dan hati.

Baca: Angka Kebutuhan Normal Zat Besi

Kelebihan zat besi

Kelebihan zat besi mengacu pada pembentukan zat besi dalam tubuh secara bertahap. Ini disebabkan oleh sistem tubuh yang gagal mengontrol penyerapannya.

Pada sebagian orang, kelebihan zat besi tidak menjadi masalah serius. Namun, akan menjadi masalah serius bagi mereka yang secara genetik cenderung memiliki sistem penyerapan zat besi berlebihan dari saluran pencernaan.

Kelainan kelebihan zat besi yang paling umum adalah hemokromatosis herediter yang menyebabkan terbentuknya zat besi dalam jaringan dan organ tubuh.

Seiring waktu, hemokromatosis yang tidak diobati akan meningkatkan risiko radang sendi, kanker, gangguan hati, diabetes, dan gagal jantung.

Tubuh tidak memiliki mekanisme mudah untuk membuang kelebihan zat besi. Cara yang paling efektif untuk menghilangkan kelebihan zat besi adalah dengan kehilangan darah.

Karena itulah wanita yang sedang haid jarang sekali mengalami kelebihan zat besi. Demikian juga pada orang-orang yang rutin mendonorkan darahnya.

Jika Anda termasuk orang yang rentan kelebihan zat besi, Anda dapat meminimalkan risikonya dengan:
  • Mengurangi asupan makanan kaya zat besi, seperti daging merah.
  • Mendonorkan darah secara rutin.
  • Menghindari mengonsumsi vitamin C berbarengan dengan makanan yang kaya akan zat besi.
  • Menghindari penggunaan peralatan masak dari besi.

Namun, jika Anda belum didiagnosis kelebihan zat besi, mengurangi asupan zat besi tidaklah dianjurkan.

Zat besi dan risiko kanker

Tidak ada keraguan bahwa kelebihan zat besi dapat menyebabkan kanker pada hewan dan manusia.

Kebiasaan mendonorkan darah dapat menurunkan risiko kelebihan zat besi.

Studi obrservasional menunjukkan bahwa asupan zat besi heme yang tinggi dapat meningkatkan risiko kanker usus besar.

Percobaan klinis pada manusia telah menunjukkan bahwa zat besi heme dari suplemen atau daging merah dapat meningkatkan pembentukan senyawa N-nitroso, penyebab kanker di saluran pencernaan.

Zat besi dan risiko infeksi

Baik kelebihan zat besi atau defisiensi zat besi, dapat membuat orang lebih rentan terhadap infeksi.

Ada dua alasan untuk hal ini:
  • Sistem kekebalan tubuh menggunakan zat besi untuk membunuh bakteri berbahaya, sehingga sebagian zat besi dibutuhkan untuk melawan infeksi.
  • Peningkatan kadar zat besi dalam jumlah besar akan merangsang pertumbuhan bakteri dan virus, jadi kelebihan zat besi dapat memiliki efek kebalikan dan meningkatkan risiko infeksi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplementasi zat besi dapat meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan infeksi, walaupun beberapa penelitian lain tidak menemukan efeknya.

Orang dengan hemokromatosis herediter juga lebih rentan terhadap infeksi.

Bagi orang dengan risiko tinggi infeksi, suplementasi zat besi merupakan keputusan yang sangat beralasan. Namun, semua potensi risiko harus diperhitungkan sebelumnya.

Biasanya, kecuali Anda memang memiliki kelainan kelebihan zat besi, maka Anda tidak perlu khawatir akan kelebihan zat besi hanya dari makanan.

Suplemen zat besi adalah cerita lain. Suplemen zat besi akan membantu penderita defisiensi zat besi, tapi bisa menyebabkan kerusakan pada orang yang tidak kekurangan zat besi.

Singkatnya, kelebihan zat besi bisa membahayakan. Jangan pernah mengonsumsi suplemen zat besi kecuali jika memang disarankan ahlinya.

Article Resources
  • https://www.healthline.com/nutrition/why-too-much-iron-is-harmful#section7