26 مايو 2018

Macam Penyakit Menular Anak dan Imunisasi

Vaksin imunisasi

Difteri

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang ditemukan di mulut, tenggorokan dan hidung. Difteri menyebabkan selaput tumbuh di sekitar bagian dalam tenggorokan. Selaput tersebut dapat menyebabkan kesusahan menelan, bernapas, dan bahkan bisa mengakibatkan mati lemas.

Bakteri Corynebacterium diphtheriae menghasilkan racun yang dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti kelumpuhan dan gagal jantung. Sekitar 10 persen penderita difteri akan meninggal akibat penyakit ini. Difteri dapat ditularkan melalui batuk dan bersin orang yang terkena penyakit ini.

Tetanus

Tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang berada di tanah, debu, dan kotoran hewan. Bakteri ini dapat memasuki tubuh melalui luka sekecil tusukan jarum. Tetanus tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain.

Tetanus adalah penyakit yang menyerang sistem saraf dan seringkali menyebabkan kematian. Tetanus menyebabkan kekejangan otot yang mula-mula terasa pada otot leher dan rahang. Tetanus dapat mengakibatkan kesusahan bernapas, kejang-kejang yang terasa sakit, dan detak jantung yang tidak normal.

Karena imunisasi yang efektif, penyakit tetanus kini jarang ditemukan, namun penyakit ini masih mungkin terjadi pada orang-orang yang tidak pernah mendapatkan imunisasi tetanus.

Batuk Rejan

Batuk rejan adalah penyakit yang menyerang saluran udara dan pernapasan dan sangat mudah menular. Penyakit ini menyebabkan serangan batuk parah yang berkepanjangan. Di antara serangan batuk ini, anak akan megap-megap untuk bernapas. Serangan batuk seringkali diikuti oleh muntah muntah dan serangan batuk dapat berlangsung sampai berbulan-bulan.

Dampak batuk rejan paling berat bagi bayi berusia 12 bulan ke bawah dan seringkali memerlukan rawat inap di rumah sakit. Batuk rejan dapat mengakibatkan komplikasi seperti pendarahan, kejang kejang, radang paru–paru, koma, pembengkakan otak, kerusakan otak permanen, dan kerusakan paru–paru jangka panjang. Sekitar satu di antara 200 anak di bawah usia enam bulan yang terkena batuk rejan akan meninggal.

Batuk rejan dapat ditularkan melalui batuk dan bersin orang yang terkena penyakit ini.

Hepatitis B

Virus Hepatitis B mempengaruhi hati dan dapat menyebabkan:
  • demam
  • mual dan diare
  • kelemahan
  • air seni berwarna gelap dan kulit berwarna kuning.

Virus Hepatitis B biasanya disebarkan melalui kontak dengan cairan tubuh (darah, air liur, air mani) penderita penyakit ini, atau dari ibu ke anak pada saat melahirkan. Kebanyakan anak kecil yang terkena virus Hepatitis B akan menjadi "pembawa virus". Ini berarti mereka dapat memberikan penyakit tersebut pada orang lain walaupun mereka tidak menunjukan gejala apapun.

Jika seorang anak terkena Hepatitis B dan menjadi "pembawa virus", mereka akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit hati dan kanker nantinya dalam hidup.

Polio

Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang sistem pencernaan dan sistem saraf. Polio menyebabkan demam, muntah-muntah, dan kekakuan otot dan dapat menyerang saraf-saraf, mengakibatkan kelumpuhan permanen.

Penyakit ini dapat melumpuhkan otot pernapasan dan otot yang mendukung proses penelanan, menyebabkan kematian. Di antara dua sampai lima persen penderita polio akan meninggal akibat penyakit ini dan sekitar 50% pasien yang masih bertahan hidup menderita kelumpuhan seumur hidup.

Polio dapat ditularkan jika tinja penderita mencemari makanan, air atau tangan.

Hib

Penyakit Hib (Haemophilus influenzae Tipe b) adalah adalah infeksi mematikan pada anak berusia di bawah lima tahun. Kasus infeksi Hib sebelum tersedianya vaksin paling sering terjadi pada anak berusia di bawah lima tahun dan jarang terjadi setelah usia lima tahun.

Meskipun kemiripan namanya, penyakit ini tidak ada hubungannya dengan influenza. Haemophilus influenzae adalah bakteri yang biasanya hidup di jalur pernapasan bagian atas.

Penyakit Hib dapat menyebabkan:
  • Meningitis, infeksi pada selaput yang melindungi otak
  • Epiglottitis, bengkaknya tenggorokan yang dapat menghambat pernapasan
  • Septic arthritis, infeksi pada sendi
  • Cellulitis, infeksi pada jaringan di bawah kulit biasanya di muka
  • Radang paru-paru.

Gejala tersebut dapat berkembang cepat dan jika dibiarkan tanpa perawatan, dapat cepat menyebabkan kematian.

Imunisasi fifteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, polio dan Hib

Difteri, tetanus, batuk rejan, polio, hepatitis B, dan Hib dapat dicegah melalui sebuah kombinasi vaksin yang aman dan efektif yang disebut Infanrix. Beberapa kali suntikan dibutuhkan sebelum anak mendapatkan kekebalan yang baik.

Vaksin Infanrix mengandung sejumlah kecil toksin difteri dan tetanus yang telah dimodifikasi sehingga tidak berbahaya. Vaksin ini juga mengandung bagian dari bakteri pertussis yang telah dimurnikan, bagian dari virus hepatitis B yang tidak aktif, tiga jenis virus polio yang tidak aktif, dan ‘gula’ Hib. Vaksin ini juga mengandung sejumlah kecil garam aluminium, sejumlah kecil antibiotik, pengawet dan mungkin juga mengandung protein dari ragi.

Untuk program imunisasi nasional, pemerintah menyediakan vaksin Pentabio. Sama seperti Infanrix, hanya saja tidak menyertakan vaksin polio di dalamnya. Vaksin polio dalam program imunisasi nasional diberikan terpisah dalam bentuk tetesan (drop) yang ditelan bayi.

Kemungkinan efek samping imunisasi difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, polio dan Hib

Reaksi terhadap vaksin difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, polio dan Hib jauh lebih jarang terjadi dibandingkan komplikasi yang disebabkan penyakit-penyakit tersebut.

Efek samping yang umum:

  • Mudah marah, rewel atau gelisah
  • Lemah
  • Demam ringan
  • Kesakitan, kemerahan dan pembengkakan pada tempat bekas suntikan
  • Benjolan kecil sementara pada tempat bekas suntikan.

Efek samping yang sangat jarang terjadi:

  • Reaksi alergi berat
  • Peristiwa kejadian Hypotonic-hyporesponsive episode (HHE).

Hypotonic-hyporesponsive episode (HHE) adalah kondisi dimana bayi mungkin terlihat pucat, lemah dan tidak bereaksi apapun. Hal ini dapat terjadi sekitar satu sampai 48 jam setelah vaksinasi. Gejala ini dapat berlangsung selama beberapa menit sampai 36 jam. Pemeriksaan lebih lanjut pada anak yang mengalami HHE menunjukkan bahwa tidak ada dampak jangka panjang pada saraf atau efek samping lainnya.

Mengatasi efek samping imunisasi

Jika reaksi ringan terjadi, reaksi tersebut dapat berlangsung selama sehari sampai dua hari. Efek samping tersebut bisa dikurangi dengan:
  • Minum lebih banyak cairan
  • Tidak memakai pakaian tebal
  • Mengompres tempat bekas suntikan dengan kain basah yang dingin
  • Memberikan paracetamol untuk mengurangi demamnya (perhatikan dosisnya atau tanya dokter).

Jika efek samping terus berlanjut atau semakin parah, jangan panik, hubungi dokter.