29 Desember 2014

Penyebab dan Gejala Rabies (Penyakit Anjing Gila)

Gigi anjing

Rabies adalah penyakit serius yang mempengaruhi sistem saraf yang ditularkan dari hewan yang sudah terinfeksi virus rabies. Penyakit rabies telah dikenal manusia sejak 4.000 tahun silam. Namun, meskipun ilmu kesehatan semakin modern, penyakit rabies terus terjadi dan menyebabkan kematian bagi penderitanya.

Rabies dapat dicegah dengan pengobatan yang tepat. Sejatinya setiap orang mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan ketika terpapar dengan sesuatu yang berisiko menularkan rabies dan segera mendapatkan perawatan medis yang tepat sebelum gejalanya muncul.

Sekitar 55.000 orang diseluruh dunia meninggal setiap tahunnya akibat rabies, sebagian besar kasus kematian terjadi di Asia dan Afrika. Dan sebagian besar kasus rabies di seluruh dunia adalah akibat gigitan anjing rabies, meskipun rabies juga dapat ditularkan dari kelelawar.

Penyebab rabies

Untuk tertular rabies, maka dua hal harus terjadi:
  • Pertama, harus terpapar dengan hewan yang terinfeksi rabies.
  • Kedua, paparan tersebut harus memungkinkan transmisi virus rabies, yang melibatkan paparan air liur hewan yang terinfeksi yang biasanya melalui gigitan atau goresan. 

Virus rabies menular kepada manusia melalui luka akibat gigitan hewan, atau luka terbuka pada kulit Anda yang terpapar dengan air liur hewan terinfeksi rabies, atau terpapar dengan selaput lendir (misalnya mata, hidung atau mulut). Virus ini kemudian menyebar dari lokasi paparan menuju ke otak hingga akhirnya menyebar ke seluruh bagian tubuh.

Gigitan dari hewan yang terinfeksi rabies merupakan penyebab penularan rabies yang paling sering. Risiko penularan rabies melalui cakaran hewan yang terinfeksi rabies kemungkinan jauh lebih kecil, tetapi tetap saja dianggap sebagai penyebab rabies yang potensial. Oleh karena itu, pengobatan mungkin diperlukan setelah tergigit atau tercakar oleh anjing dan kelelawar.

Selain dua cara tersebut, rabies jarang ditularkan dengan cara lain. Misalnya dengan menghirup udara di gua yang penuh dengan sekresi kelelawar atau pada para peneliti yang bekerja di laboratorium untuk mempelajari rabies.

Gejala rabies

Gejala rabies pada hewan

Hewan yang terinfeksi rabies biasanya akan terlihat sakit, gila, atau galak. Inilah alasan mengapa penyakit ini disebut sebagai penyakit "anjing gila." Namun, hewan yang terinfeksi rabies juga dapat menunjukkan gelagat yang bersahabat, jinak atau ramah atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Perilaku hewan yang terinfeksi rabies juga seringkali aneh, seperti binatang liar nokturnal (hewan malam hari) yang beraktivitas di siang hari (misalnya kelelawar atau rubah) atau binatang liar yang menjadi jinak. Waspadai hewan-hewan yang berperilaku aneh seperti ini karena bisa jadi sudah terinfeksi rabies.

Gejala rabies pada manusia

Rata-rata masa inkubasi (waktu mulai terinfeksi hingga gejala berkembang) rabies pada manusia adalah 30-40 hari, tapi juga dapat berkisar antara kurang dari 10 hari hingga bertahun-tahun.

Umumnya gejala awal rabies adalah nyeri, kesemutan atau gatal-gatal dari lokasi gigitan tempat masuknya virus. Gejala non spesifik lainnya adalah demam, menggigil, kelelahan, nyeri otot, dan mudah tersinggung. Gejala-gejala awal rabies seringkali mirip dengan gejala flu. Pada awalnya, gejala-gejala tampak sama dengan gejala virus pada umumnya, kecuali sensasi aneh pada area gigitan. Kemudian gejalanya akan bertambah parah seiring waktu, seperti demam tinggi, kebingungan, agitasi, dan akhirnya kejang, koma, hingga kematian..

Biasanya, orang dengan rabies akan mengalami kontraksi dan kejang otot pernapasan bila terpapar dengan air (hydrophobia), hal ini juga yang menjadikan alasan nama penyakit ini anjing gila. Penderita juga mungkin akan menunjukkan respon yang sama ketika merasakan hembusan angin (aerophobia).

Akhirnya, berbagai organ tubuhnya sudah terkena, dan penderita akan meninggal meskipun telah mendapatkan bantuan respirator, obat-obatan, dan perawatan modern.


Ada pula bentuk rabies lain yang cukup jarang, yaitu rabies lumpuh. Pada rabies ini, orang digigit akan mengalami kelumpuhan, atau ketidakmampuan menggerakkan bagian tubuh yang digigit. Biasanya ini disebabkan oleh kelelawar vampir. Infeksinya juga akan menyebar ke seluruh tubuh secara bertahap, dan akhirnya penderita akan meninggal. Hydrophobia (takut air) kurang umum terjadi pada rabies lumpuh dibandingkan dengan rabies klasik.

Diagnosis rabies

Tidak ada pengujian khusus untuk mengetahui apakah seseorang sudah tertular rabies atau tidak. Juga tidak perlu repot-repot untuk membawa anjing yang menggigit ke rumah sakit atau dokter karena mereka juga tidak memiliki metode pengujian rabies terhadap hewan tersebut (melihat sifat dan fisik hewan tidak menunjukkan keberadaan infeksi rabies pada hewan secara pasti). Namun dokter akan melihat tanda-tanda vital, seperti suhu, denyut jantung, peredaran dan tekanan darah dan gejala-gejala lainnya.

Diagnosis rabies sangatlah kompleks dan tidak dapat diputuskan hanya di ruang gawat darurat atau ruang seorang dokter. Rabies dapat terlihat sangat mirip dengan penyakit serius lainya, seperti meningitis (infeksi membran pelindung otak dan sumsum tulang belakang).

Perawatan luka gigitan

Luka gigitan hewan harus segera dicuci dengan air mengalir, sabun dan larutan antiseptik seperti iodine (seperti Betadine). Langkah ini akan membantu membunuh bakteri umum penyebab infeksi sekaligus mengurangi kemungkinan penularan virus rabies.

Paparan virus rabies kelelawar cukup berbeda dengan hewan lain. Jika hewan lain seperti anjing umumnya melalui gigitan, namun paparan virus rabies dengan kelelawar seringkali tanpa teridentifikasi.

Selain karena gigitan kelelawar langsung, kondisi-kondisi dibawah ini juga berkemungkinan menyebabkan penularan rabies, seperti:
  • Menemukan kelelawar di dalam kamar ketika bangun tidur
  • Melihat kelelawar di kamar anak yang sebelumnya tidak diawasi. 

Pengobatan rabies

Pengobatan untuk mencegah rabies terdiri dari tiga komponen penting, yaitu:
  • Perawatan luka dengan cara membersihkannya dengan sabun dan cairan pembunuh virus (tindakan ini harus dilakukan pada setiap gigitan hewan).
  • Suntikan human rabies immune globulin (HRIG), untuk perlindungan jangka pendek terhadap rabies.
  • Suntikan vaksin rabies setelah paparan. 

Pada kondisi tertentu, human rabies immune globulin (HRIG) dan vaksin rabies aman digunakan selama kehamilan.

Jika Anda mengonsumsi obat-obatan, seperti prednison atau steroid atau memiliki penyakit yang menurunkan sistem kekebalan tubuh terhadap vaksin rabies, maka beritahukan dokter. Biasanya akan dilakukan pemeriksaan darah untuk melihat bagaimana respon vaksin atau apakah vaksin sudah memberikan kekebalan terhadap rabies.


Article Resources
  • Gambar: www.edgarsnyder.com