05 Desember 2014

Hubungan Kenaikan Berat Badan dan Menopause

Hubungan Kenaikan Berat Badan dan Menopause

Masa menopause dimulai ketika seorang wanita telah berhenti berovulasi dan berhenti menstruasi. Wanita menopause sering mengalami kenaikan berat badan, terutama di area sekitar perut. Kondisi ini umumnya disebabkan karena menurunnya kadar hormon estrogen, kehilangan jaringan otot terkait usia, dan faktor gaya hidup seperti diet dan kurang berolahraga. Namun, penyebab pasti naiknya berat badan pada wanita menopause masih belum dipahami sepenuhnya.

Perubahan tubuh ketika menopause

Seiring bertambahnya usia, massa otot akan menurun dan metabolisme melambat. Perubahan ini dapat menyebabkan peningkatan berat badan di sekitar masa menopause.

Sedangkan perubahan fisik lainnya yang terkait dengan menopause, antara lain:
  • Perubahan kulit, seperti kering dan hilang elastisitas
  • Kekeringan vagina
  • Rambut rontok

Perubahan-perubahan ini tentu akan mempengaruhi citra tubuh seorang wanita. Dengan menerapkan langkah-langkah tepat dalam memanajemen gejala menopause, seorang wanita dapat tetap tampil baik.

Estrogen dan pendistribusian lemak

Kadar hormon estrogen dapat mempengaruhi distribusi lemak tubuh. Di tahun-tahun awal menopause, banyak wanita yang mengalami peningkatan lemak sebagai akibat kadar estrogen mereka yang menurun. Wanita usia subur cenderung menimbun lemak di bagian bawah tubuh (bentuk tubuh seperti buah pir), sedangkan laki-laki dan wanita pasca menopause menimbun lemak di sekitar perut (seperti bentuk buah apel). Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa kekurangan hormon estrogen menyebabkan kenaikan berat badan secara berlebihan, meskipun mekanisme pastinya belum diketahui.

Faktor lain yang mempengaruhi kenaikan berat badan saat menopause

Selain karena kadar hormon estrogen yang menurun, beberapa faktor lain juga dapat berkontribusi dalam menaikkan berat badan setelah menopause, antara lain:
  • Hilangnya jaringan otot terkait usia
  • Metabolisme tubuh menurun
  • Kurangnya aktivitas fisik
  • Perubahan kebiasaan - misalnya, lebih banyak kesempatan/kebebasan untuk makan. 

Terapi penggantian hormon (TPH)

Bertentangan dengan kepercayaan masyarakat, terapi penggantian hormon (TPH) tidak terkait dengan berat badan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa TPH hanya meningkatkan sedikit lemak dan efek menguntungkannya terjadi pada massa otot.

Jika seorang wanita rentan mengalami kenaikan berat badan sebelum menopause, berat badannya tetap akan naik terlepas apakah ia menggunakan TPH atau tidak. Sebagian wanita mungkin merasakan gejala-gejala di awal pengobatan TPH, seperti kembung dan rasa penuh pada payudara, mungkin inilah yang disalahartikan sebagai peningkatan berat badan. Faktanya, gejala ini biasanya akan hilang setelah dosis disesuaikan.

Menopause dan penyakit kardiovaskular

Sebagaimana usia seorang bertambah, risiko penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) juga meningkat. Hal ini bisa disebabkan oleh kecenderungan pasca menopause yakni terjadi penambahan berat badan di sekitar perut. Lemak tubuh yang tersimpan di dalam dinding perut dan di sekitar organ internal (lemak visceral) merupakan faktor yang meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular.

TPH dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan cara mencegah akumulasi lemak pada perut. Selain itu, pengganti hormon estrogen akan meningkatkan kadar kolesterol darah 'baik' (lipoprotein densitas tinggi, atau HDL) dan menurunkan kadar kolesterol darah 'jahat' (lipoprotein densitas rendah, atau LDL).

Manajemen berat badan terkait menopause

Untuk memanajemen berat badan pasca menopause, cobalah untuk:
  • Makan makanan rendah lemak
  • Diet tinggi serat
  • Olahraga aerobik secara teratur setidaknya 30 menit setiap hari. Ini akan meningkatkan metabolisme tubuh
  • Membangun dan mempertahankan massa otot dengan latihan beban
  • Hindari stres. Pahami dan terima perubahan yang terjadi pada tubuh. 

Hindari diet ketat

Diet ketat akan sangat mengurangi jumlah makanan yang dimakan dalam waktu yang singkat. Tubuh akan merespon pengurangan pasokan energi ini dengan menggunakan jaringan otot sebagai bahan bakar. Otot akan banyak menghabiskan energi, jadi jika seseorang kehilangan jaringan otot, kemampuan tubuh dalam membakar energi juga berkurang,. Hal ini berarti si pelaku diet ketat akan segera mengalami kenaikan berat badan ketika diet ketat telah dihentikan.

Leptin (hormon lemak) berperan penting dalam mengontrol berat badan, karena berkontribusi dalam mengendalikan nafsu makan dan tingkat metabolisme tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa kadar leptin akan menurun setelah diet ketat, sehingga napsu makan akan meningkat dan metabolisme tubuh menjadi lambat.