23 Oktober 2013

Otak Anak Gagap Memiliki Materi Abu-abu yang Minim

Anak gagap

Anak yang mengalami gangguan kegagapan (gagap) ternyata lebih sedikit memiliki materi abu-abu (grey matter) yang bertanggung jawab untuk stimulasi berbicara, para peneliti mengungkapkan.

Penelitian ini dilakukan oleh para ahli di Universitas Alberta, Kanada, menunjukkan bahwa kelangkaan materi abu-abu di area kunci dari otak yang bertanggungjawab untuk produksi perkataan pada anak-anak yang gagap, telah menegaskan pentingnya intervensi dini dilakukan.

Penelitian

Untuk tujuan penelitian, para peneliti menjaring 28 anak-anak dari usia 5 hingga 12 tahun. Sementara setengah dari anak-anak yang dijaring didiagnosis menderita gagap, setengah lainnya terbentuk dalam kelompok kontrol. Semua anak menjalani scan MRI untuk memeriksa ada tidaknya perbedaan struktur otak.

Para peneliti menemukan bahwa anak-anak gagap memiliki gangguan perkembangan di wilayah inferior frontal gyrus dari otak, area yang bertanggung jawab mengontrol "articulatory coding mandatory" yang memproduksi perkataan.

Miskinnya perkembangan atau abnormalnya bagian otak ini telah menghalangi pemrosesan bahasa, sorot peneliti.

"Kita tidak bisa meyakini apakah perbedaan struktur atau fungsi otak tersebut merupakan awal hasil untuk mengatasi gangguan bicara atau apakah perbedaan otak tersebut memang sudah terjadi sejak awal," jelas Beal, ahli patologi bahasa-pidato dalam sebuah siaran pers.

"Jika Anda berfikir mengenai karakteristik gagap -pengulangan suara pertama atau suku kata dalam sebuah kata, perpanjangan suara dalam kata- mudah untuk berhipotesis bahwa itu adalah masalah speech-motor-control," Deryk Beal, peneliti utama dari penelitian tersebut yang berasal dari Lembaga Penelitian dan Pengobatan Kegagapan ISTAR, Fakultas Kedokteran Rehabilitasi Universitas Alberta, menjelaskan.

"Jenis pengobatan gagap yang kami berikan di ISTAR berdasarkan keterbatasan sistem bicara dalam pikiran, dan kami memiliki tingkat keberhasilan yang baik dalam pengobatan gagap."

Meskipun beberapa studi sebelumnya juga menegaskan adanya perbedaan otak anak gagap dengan anak normal, namun scan tersebut baru diambil setelah munculnya kondisi kegagapan.

Sebaliknya, temuan ini membantu kita agar lebih memahami bagaimana gagap sangat dipengaruhi oleh materi abu-abu pada otak anak. "Semakin kita tahu banyak tentang motor learning anak-anak, maka semakin kita dapat menyesuaikan pengobatan dalam waktu yang lebih singkat, menyembuhkannya dengan lebih efektif," kata Beal. Penelitian ini sendiri diterbitkan dalam jurnal Cortex.