05 April 2013

Kenali Ciri dan Gejala Anak Autis

Anak autis

Jika anak tak nyambung (tidak menghiraukan) ketika diajak mengobrol, orang tua harus mewaspadai. Mungkin saja anak tersebut mengidap autis. Autis merupakan gangguan perkembangan perilaku yang terjadi karena adanya kerusakan di otak. Penyandang autis sering dianggap memiliki dunia dan kepribadian sendiri.

Ada beberapa kriteria anak penyandang autis, di antaranya tak nyambung ketika diajak mengobrol dan selalu mengulang pembicaraannya, tidak pemah melakukan kontak mata, tersenyum, atau minta dipeluk saat berada dekat sang ibu. Ini semua lantaran adanya gangguan interaksi sosial pada anak autis. Jadi, penyandang autis seakan tidak peduli dengan keberadaan orang di sekitarnya.

Selain itu, anak penyandang autis juga mengalami gangguan perilaku, misalnya, bersikap hiperaktif atau melakukan perilaku aneh berulang-ulang, seperti memukul meja, mengepakkan tangan, atau memutar-mutar badan. Saat bermain pun, permainannya tak bervariasi. Mainan hanya dipegang, dilempar, atau paling sering dibariskan memanjang begitu saja.

Menurut para ahli kesehatan, perilaku autis sudah bisa terlihat sejak anak berusia 1 tahun setengah. Jadi, seharusnya sudah terdiagnosis bila orang tua menyadari dan peka terhadap kondisi sang anak. Ketika anak sudah dipastikan mengalami autis, maka harus diobati secepat mungkin sebelum si anak berusia 2 tahun. Ini mengingat pada usia tersebut, otak anak sedang berkembang dengan pesatnya.

Pengobatan untuk anak autis adalah dengan mengkonsumsi obat-obatan dan berlatih. Obat diberikan oleh dokter anak atau psikiater anak guna memperbaiki perhatian, perilaku, maupun hiperaktivitasnya sehingga anak peduli lingkungan. Dilanjutkan dengan latihan, mulai dari latihan sosialisasi, bermain, motorik dan geraham. Terapinya memang akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Hingga saat ini, penyebab autis belum diketahui secara pasti. Tapi diperkirakan autis disebabkan karena adanya gabungan beberapa hal, mulai dari kelainan genetik dimana gennya sudah ada kelainan untuk menjadi autis ditambah dengan faktor-faktor lain. Faktor lain tersebut, misalnya, pernah mengalami infeksi saat di dalam kandungan, bisa juga karena ada masalah dalam proses persalinan, seperti trauma lahir, bayi tidak langsung menangis. Sebagian juga beranggapan, autis muncul karena gangguan pada metabolisme tubuh, dari makanan yang dikonsumsi dan kontaminasi dari polusi, misalnya, keracunan logam berat dari limbah industri.

Untuk pencegahan, sangat penting untuk menerapkan perilaku hidup sehat ketika hamil, menjaga tubuh agar tetap sehat. Saat melahirkan jangan ada komplikasi persalinan dan jaga tubuh agar terhindar dari infeksi. Pada artikel berikutnya, akan kita bahas lebih lanjut mengenai autis.

Kredit foto : myaspergerschild.com