14 Maret 2013

Deteksi Dini Gangguan Pendengaran Pada Bayi

Sejak dini, fungsi pendengaran bisa dideteksi. Pendeteksian pendengaran sejak awal diharapkan akan dapat menurunkan tingkat ketulian. Tuli sejak lahir menyebabkan gangguan bicara, bahasa dan kognitif. Bila terlambat diketahui, maka hambatan yang  dihadapi semakin besar. Dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak berkualitas. Lalu kapan waktu yang tepat untuk mendeteksi pendengaran?

Pendeteksian pendengaran sudah dapat dilakukan sejak usia dini. Bayi yang baru lahir 1 atau 2 hari pun sudah dapat untuk dideteksi pendengarannya. Karena kurangnya pengetahuan orang tua terhadap perkembangan bayinya, menyebabkan diagnosis yang sering terlambat. Sehingga setelah umur >2 tahun barulah orang tua sadar kenapa anaknya berbeda dengan anak lain.

Padahal, dampak gangguan pendengaran dapat dicegah atau dibatasi bila gangguan pendengaran diketahui sejak awal melalui program deteksi dini, stimulus pendengaran penting pada masa 6 bulan pertama kehidupan untuk menjamin perkembangan berbicara dan berbahasa.

Deteksi Dini Gangguan Pendengaran Pada Bayi

Gangguan pendengaran yang terdeteksi dini bisa dilakukan rehabilitasi yang memadai yang memungkinkan berkomunikasi optimal. Sehingga dapat berinteraksi dengan lingkungannya dan ikut dalam fasilitas pendidikan umum yang normal, walau mungkin memerlukan alat bantu dengar.

Terlambatnya deteksi dini ini akan menyebabkan tumbuh kembang anak terganggu. Terutama dalam hal kemampuan bicara. Misalnya, anak seusianya sudah pandai bicara, bahkan bernyanyi, yang mengalami gangguan pendengaran mungkin baru bisa mengucapkan kata-kata pendek.

Deteksi pendengaran memang bukan satu prosedur medis yang wajib bagi setiap bayi baru lahir, Apalagi rentang waktu cukup panjang untuk melakukan hal tersebut. Namun, sebaliknya pendeteksian pendengaran ini dilakukan sesegera mungkin. Kalau anak dia atas dua tahun belum bisa berbicara, bisa saja ia menderita gangguan pendengaran. Biasanya anak mula berbicara satu sampai dua tahun. Kalau sudah lewat dari dua tahun, agak sulit untuk di terapi wicara.

Memang, kemungkinan munculnya gangguan pendengaran pada bayi ini cukup kecil. Namun, beberapa faktor/resiko bisa menyebabkan gangguan pendengaran menjadi lebih besar. Sebut saja bayi yang memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan pendengaran. Faktor tersebut akan memperbesar peluang bayi lahir dengan gangguan pendengaran menjadi lebih besar. Jadi, ada faktor genetik.

Selain itu, bayi lahir dengan bobot lebih rendah dari rata-rata bobot bayi pada umunya juga memiliki risiko yang tinggi terkena gangguan pendengaran . Bayi yang lahir dengan gangguan hiperbilirubinia (gangguan kulit berwarna kuning) juga berpotensi mengalami gangguan pendengaran.

Bayi yang mengalami gangguan pendengaran sebenarnya cukup mudah untuk dicirikan. Salah satu indikatornya adalah suara. Bayi dengan gangguan pendengaran sering kali tidak memberikan respons yang baik terhadap gelombang suara atau bunyi.

Kredit foto : www.mirror.co.uk